au sudah mulai menca
apkan olehnya. Padahal ini hari kedua mereka bersama dan lagi sedang dalam situasi santai nan damai. S
anya kembali Gyda uar
jukan ekspresi kesal. Kenap
lah. Katamu kau juga sedang ber
ngan hanya berbasa basi. Dia mengetuk-ngetuk meja, seraya menatap ke arah Gyda dengan tatapan penuh tanya yang menuntut. Untungnya Gyda o
lum?" tunt
punya. Dia tidak merasa harus perlu membuat kata-katanya terdengar indah dan bisa pria itu mak
mpat ini. Sebab tempatnya sekarang sudah sangat cocok dan nyaman untuk dia tinggali sejauh ini. Selain itu, sejak kemarin Gyda mulai mulai men
lmar lagi. Meski suaranya terdengar ketus, tapi tampaknya dia sangat tulus ingin membantunya. Padahal meski baru tinggal bersama selama
nis. "Aku baik-baik saja tanpa bantuanmu. Lebih baik malah tidak
k bisa kau gunakan mencari tempat tinggal baru." ujar Delmar dengan tegas. Lihat itu, bahkan ekspresiny
da sempat larut dalam pesonanya. "Pada awal bulan depan, aku tida
tak realis langsung tersadarkan dengan suara yang dibuat oleh Delmar. Di
jadian terpesona kemarin. Gyda secara sukarela langsung menemui ibu pemilik apartment dan membayar penuh selama satu bulan kepadanya. Tentu saja untuk menghindari per
karena aku sudah membayar penuh untuk satu bulan.
an tempat tinggal atau belum. Itu bukan urusanku. Urusanku adalah memasti
-benar tidak mau dengar dan tidak mau peduli. Selebihnya karena dia suda
sambil membawa piring bekas makan dan mencucinya. Mengindahkan Delmar yang tam
ika Gyda memunggungi pemuda itu ketika mencuci piring. Gerutua
inya tiba akan repot dan berisik padahal salahnya sendiri," gerutu Delmar yang kemudian di susul
e it easy. Baginya terlalu memikirkan hal yang tidak pasti hanya memperumit keadaan. Lagipula tiap kejadian
aan rumahnya. Dia sudah sangat siap untuk keluar, karena s
tanya mengerjap sebelum kembali ke posisi ekspresi d
Delmar yang seperti tidak enak mengatakan hal itu. Padahal beberapa saat
di depan pintu. Sengaja menunda jawaban hanya sekadar ingin
at mendecih, sebelum kembali sibuk dengan s
*
sek
wat panggilan telepon saat Gyda berjalan sendirian. Saat menemukan tempat penyebrangan Gyda menoleh ke arah lampu lalu lintas yang masih berwarna merah. Te
menghela napas dari sebrang telepon. Sepertinya dia sedang mencari kata-kata yang pas sebab kalimat
t bibirnya sendiri setelah menjawab pertanyaan sahabatnya. "Dia jelas tidak berada dalam daftar yang memenuhi syarat pria yang mumpuni un
ejut kemudian tertarik. Kau itu mudah di tebak Gyda." Gyda yakin sahabatnya di sana pasti sedang
t dari yang kau duga. Tidak s
ni selalu melakukan hal yang sama, sadar atau tidak. Jujur saja waktu kau bilang kau lihat mantanmu selingkuh dengan laki-laki aku benar-benar ingin tertawa. Aku tidak habis pikir kalau kau baru tahu soal
u tajam sekali. Kau tidak be
-laki straight itu sudah mulai agak susah lho. Mungkin kau memang
o! aku harap yang sekarang itu
erkikik dari sebrang panggilan telepon, sepertinya s
ram dalam lukaku. Bukan salahku, kenapa pula
*
mmy yang bertanya kepada Delmar. Pria dengan tubuh gempal
as. Memikirkan dia harus bercerita pada Jimmy
man sekamar yang baru
k sekadar menghadap ke arah Jimmy. "Kalau saja kau tidak pindah, aku mungkin tidak akan se-
tempatmu. Hanya saja aku tidak punya pilihan aku harus melakukannya untuk mempermudah situasiku," jawabnya. Dia kemudian menepuk bahu sang sobat. "Jadi ceritakan saja padaku apa yan
rustasi. "Ah... merepotkan untuk membicaraka
jika teman sekamarnya pria, Delmar tidak akan berubah semurung ini. Jimmy yang suda
lau teman sekamarku yang ba
ana caranya kau memasukan seorang gadis ke kamarmu? Bagaimana caranya orang sepertimu bisa berhubungan dengannya? Kupikir kau benci berhubungan dengan perempuan dan fuck pantas saja kau meng
ia memukulku dengan kopernya yang berat lalu masuk seenaknya. Di situasi pertama dia bahkan memperlakukan aku seperti pembantunya seolah dia adalah tamu yang memang harus aku jamu dan hormati. Kondisinya begitu cepat sampai ak
arah yang sama dengan sang sobat. "Ya, kurasa k
"Di mataku dia lebih
angnya. Tiba di satu chips yang terakhir dia kemudian terhenti hanya sekadar ingin member
lmar langsung menatap wajah sahabatnya
gold, Delmar
enarkah