gerjain proposal dengan Raza sepulang sekolah. T
ng telepon karena Rara
adi sudah janji sama Raza m
lagi kakak samp
ka ada janji sama Raza, membuat gadis itu sedikit merasa bersala
suara Rendy, pria itu m
a janji sama Raza mau m
apa sama te
utkan keningnya mendeng
awab Rara yang kemba
m. Rara langsung mengembangkan senyumannya ketika melihat sosok kakak terc
elukan kakaknya yan
ya?" u
temu, mana kakak pulang gak bilang-bilan
jut
u kejutannya,
Kakak gak ngelawak," Rara tersenyum
ria yang berdiri ag
ia
ngan Adam mende
n ini kakakk
endy mengulurkan tangannya
saling tatap membuat Rara merasa aneh deng
utan tangan mereka terlepas s
ang duluan ya
jawab Rendy sambil
enuju mobil. Adam melajukan mo
ek?" tanya Adam me
en,
rasa curiga dalam diri Adam y
, Kak. Jangan pikir yang macam-macam deh
ara. Setelah ayah Rara tidak ada lagi, kakaknya ini sangat protektif padanya. Apa lagi soal per
kkan kepalanya. Karena jika Adam sudah menunjukan ekspresi demikia
yang tertutup jilbab. Rara sontak menoleh mendapati kakaknya sudah tersenyu
ra yang selalu
ak nggak merasa direpotin, ini sud
rti Kak Adam," ucap Rara dengan
yusul Adam yang sudah berjalan lebih dulu ke dalam rumah. Kedatangan mereka disambut ol
t beasiswa untuk kuliah di Jepang, kulia
mendapati Raza yang telah duduk d
kamu kehujanan, ya?" Raz
rsihkan tubuhnya terlebih dahulu. Sementara Raza masih setia menunggu gadis
edang mengobrol asik dengan Raza, kadang ada tawa di sela obrol
esaikan tuh urusan kalian!" kata Ad
. Urusan apaan k
teriakan adiknya dan melangkah menjauh. Merasa di
jika proposal ini tidak jadi," sahut Raza yan
aat ia memasang ekspresi seperti ini gadi
kerjakan!" ucap Rara tegas
ara, sedangkan kedua jari gadis itu sibuk mengetik dan
ereka telah menyelesaikannya, hingga tidak sadar hari telah berganti malam
melihat apapun. Rasa takut segera menelusup ke dalam dirinya, pobia masa lalu yang pernah
ra Rara bergetar, lampu di rumahnya mati. Dan Raza pali
ra, akan tetapi gadis itu justru semakin panik
iks, aku
sofa tempatnya duduk mencari ponselnya, paling tidak
h tangan dingin yang bergetar. Bisa di pastikan tangan itu adalah ta
Rara, menyalurkan kehangatan dan ketenangan. Tangan Raza yang satuny
dari ponselnya menyorot wajah Rara yang sudah di penuhi oleh air mata. Raza kaget m
n ninggalin kamu sendiri," Raza melihat
papun yang terjadi!" kata Rara dengan sua
pinya yang lembut. Raza mengusapnya lembut, tubuh Rara bergetar merasakan kelembutan tangan Ra
kin deras mengguyur seakan tak mau berhenti sama seperti air yang jatuh dari mata seorang gadis yang m
susah payah menahannya. Namun sinar redup dari ponsel