a
ukul 18.30 menit. Dari kantor ia langsung ke rumah Dian. Ada sesuatu yang ingin ia ceritakan kepada
ki-laki berdiri tepat di hadapannya. Ia tahu bahwa laki-laki itu adalah saudaranya Dian yang bernama Tatang. Karena Dian
a ada?"
kan wanita di hadapannya ini. Ia tidak
e, temann
dan adiknya. Nama itu memang tidak asing baginya. Tapi ia baru tahu, ternyata wanita inilah yang bernama
aja," ucap Tatang, ia memperleb
annya ke segala penjuru ruangan. Ruangan itu ter
unggu aja, sebentar lagi j
ante, kemana?"
atanya sih masih
satu kantor sama Dian, seha
aku samperin ruangan Dian udah gelap. Kirain udah pulang ke rumah, ternyat
kesini?" Tanya
taxi
cap Tatang, ia juga duduk di samping Rene, agar ia b
tang dari New York. Rene lalu membuka tasnya, ia merogoh po
terminal
Rene. Wanita itu memerlukan isi batrainya,
ang y
ya
dan mengikutinya. Rene nampak tidak asing dengan rumah ini. Ia memperhatikan
." ucap
etelah berhasil mencolok
atang b
hi, "enggak sih," u
bercak darah
a lalu menepuk jidat, dan pantasan aj
imana d
n, mungkin kamu bisa me
rdua saja di rumah ini bersama saudaranya Dian itu. Entahlah tatapan Tatang sea
serep nya," ucap Tatang, membuka hendel pin
ne, lalu melangkahkan
nginjak salah satu sendal berbulu, yang di letakkan semb
ik Rene dari belakang. Dirinya bermaksud untuk me
ium lantai, ia membenarkan posisinya. Tatang melirik Rene y
n terlihat tanda-tanda terluka dari tubuh mulus itu. Tatang menelan ludah, karena rok sepan ya
erasa hening. Hanya hembusan nafas terdengar. Begitu juga Tatang, ia malah mengurung Rene dengan ke dua
.." uc
r ia masih sulit berpikir, kar
ium kamu," ucap
u. Tatang menyadarkan dirinya, ia sudah gila, meminta secara terang-terangan mencium teman adiknya send
" ucap
ri Tatang. Ia mendengar Tatang mengatakan maaf. Rene menahan de
.." uc
e arah Rene. Ia menatap mata sendu dan bibir k
Y
ucap Rene p
annya ini. Tatang berjalan mendekat, ia bisa memandang secara j
a di sebelah,
nap
mas aja, jangan di sini,"
nnya eng
api mas maunya di kamar mas," ucap Tatang,
api berwarna biru gelap. Ia melihat Tatang kini sudah di hadapannya. Ia
.." uc
Tatang, ia menge
angannya ke leher Tatang, ia membalas kecupan itu. Jujur ini bukan pertama kalinya ia ciuman, ia pernah melakukan itu kepada mantan-mant
bisa mencium bibir itu dengan leluasa. Hingga akhirnya ke duanya ke habisan naf
memeberi kecupan di leher itu. Ia mengecup leher itu secara perl
cupnya hingga dalam. Sentuhan-sentuhan itu hingga ia melupakan segalannya. Rasanya begitu nikmat dan seakan
ang bulan," u
ngguk dan mulai mengerti. Ia lalu tersenyum kepada Rene, ini bahkan baru per
gung Rene. Ia yakin kancing kemeja itu sudah hil
tara Rene merapikan kemejanya yang setengah t
kancingnya hilang
a. "Yasudah kita beli yang baru. Mas antar pula
da perlu sam
atang, ia melangkah menuju lemari, mengambil salah satu jak
h," uca
**
car," tanya Tatang,
ak ad
gitu," ucap Tata
gak," ucap Tatang lagi, ia me
as?" Tan
apan, kalau
masuk ke dalam mobi
menutup pint
hingga sepanjang ja
***