Dia sudah siap lelap kembali saat tanpa sengaja tangan
eraba-raba benda di pinggangnya, berusaha mengenali. Hingga
E
enak Kanza sejelas film layar lebar. Wajahny
a. Ciuman itu menjadi semakin panas dan akhirnya merambat ke mana
etul dirinya juga menikmati. Hal itulah
u
terbuka. Seketika jantung Kanza memacu cepa
selama
ra serak Fachmi. Dia tidak menang
lebih erat seraya bibirnya mengecup sisi leher wanita
tatapan tajam ke arah Farrel. Sudah tidak
u terlihat semakin cantik
narik selimut agar menutupi kepalanya. "Pergilah, kembali ke
anza namun wanita itu menahannya. "Aku mau mandi di sini. B
u! Pergi
nyak tanda merah di sekujur tubuhku." Nada suara Farr
merah yang Fachmi maksud. Namun tidak ada apapun di dada telanjang lelaki it
kau men
ebelum Kanza kembali menutup kepalanya dengan selimut, Farrel langsung
apa?" Kanza
mendekatkan wajahnya ke wajah Kanza. "Janga
a Kanza antara b
sebut Fachmi saa
, itu
elahnya bibir Farrel memagut bibir Kanza dengan liar, lalu
*
di seberang meja dengan lahap. Ada yang ingin di
lahapku. Kita sudah melakukannya beberapa kali
an tanpa menatapnya. Seketika semburat merah kembali m
s tatapan mata kecokelatan wanita di hadapannya.
id
a yang
engakui seda
menatapku tapi tid
utup mulut kembali. Percuma memperdebatkan sesuatu yang t
seraya menandaskan
in dipanggil Fachmi?
elum balik bertanya, "Ka
"Tadi pagi kau
ti salah
kau-" Karena kau langsung men
apa?" tant
tidak mungkin
punya rekaman saat ak
r
k di tangannya ke kepala Fachmi. Ber
? Kau tidak
sera
s makan mereka. Sementara itu Farrel tersenyum k
yebut namanya dengan benar saat bersamanya. Namun entah mengapa, Farrel merasa taku
Kenapa dia jadi ingin berlama-lama bersama Kanza? Apa y
arrel banyak yang jauh lebih cantik dengan tubuh lebih seksi. J
l berdiri lalu menghampiri Kanza yang saat ini tengah mencuci piring di wastafel. Perlaha
ari belakang. Dia bahkan nyaris menjatuhkan piring yang ia cuci karena keberadaan
kena
yang k
ebar jantungnya masih bertalu-talu di dada. "Kau suk
i bertanya dengan ka
skan menutup mulut dan fokus pada kegiatan mencuci piring. Tentu
anya Farrel setelah Kanza selesai mengeringk
tanya pe
tu s
u
n mendarat di sisi lehernya. "Hmm, bisakah kau menja
adamu di ranjang, apa
za memera
uga tidak keberatan.
nza malu. "Ah, sudahlah. Aku ing
upan lagi ia daratkan di sisi leher Kanza, lelaki itu mundur
nuju kamar. Buru-buru dia menghentikan lelaki
id
aku membersihkan g
h. "Kau yang punya ide membersihkan gudang dan
antu karena takut pada hewan-hew
ahu?" Farrel mencubit pipi
lalu setengah menyeretnya menuju gu
mu habis-habisan s
ia penuhi. Namun Kanza pura-pura tidak mend
*
unakan jasa taksi daripada harus menghubungi teman atau saudaranya untuk dijemput. Dalam hati dia bertekad akan mempekerjakan s
Pekerjaannya berjalan lancar namun beberapa masalah yang timbul tanpa bisa dicegah membuatnya harus merelakan beberapa jam waktu tid
itu. Dia segera membayar lalu keluar sambil menenteng tas berisi pakaia
chm
gilnya. Dia menoleh ke sumber suara dan langsung mengenali
ya Fachmi dengan nad
e mengerutkan kening. "Ka
pulang setelah pe
kau-shit! Itu
ing yang ingin kau bicara
h berbincang dengan Farrel daripada Fachmi. Dia sel
n pintu apartemen lalu memasukkan kode keamanan. Tiba di dalam, dia melempar tasnya
dia hafal betul letak tiap perabotan dalam rumahnya. Kakinya terus melangkah me
kakan dirinya. Ternyata benda itu adalah kardus penuh barang-barang yang diingat
nyak hal semaunya. Selama yang Farrel lakukan tidak mengganggunya, Fachmi akan memilih diam saja. Dia sudah terbiasa meng
wajah Farrel. Paling sering masalahnya karena wanita. Bukan karena berebut wanita. Tapi Farrel s
l
ti namun suasana tidak segelap di luar kamar karena a
ranjang. Tapi mendadak langkahnya terhenti di tengah kamar dengan tatapan meng
---------
ya Emi