bibirnya lalu beralih pada pipi yang agak memerah. Buru-buru ia menangkupka
Dan itu adalah ci
h berpikir bahwa dia akan kehilangan momen ciuman pertama d
lkan keningnya di cermin yang
ri kenapa harus ada cermin di kamar mandi. Sekarang dia bersyukur karen
tok
kaget hingga kepalanya terantuk cermin. Dia meringi
Nenek
pintu kamar mandi me
ang mendadak jadi menyebalkan itu? Apa
ke kamar mandi secara tiba-tiba begitu Fachmi melepaskan tautan bibir
tok
etukan semakin k
tunya jika belum kau buka dalam
L
ntu kamar mandi terbuka. Dia menatap garang ke a
melewati wanita itu bahkan sengaja menubrukkan bahunya
kau su
kan tubuh lalu bergegas keluar kamar mandi dan tak lupa menutup pintunya rapa
tainya membuka bagian depan celana lalu buang air kecil sambil berdiri di depan kloset? Ya
L
kah, kaget pintu kamar man
au membuat ramuan atau bertapa jangan di kamar mandi. Gara-gara kau, aku harus me
a wajahnya yang memerah melainkan telinganya juga. "Kau-di...di ka
kalah. Dia memang sengaja memilih kamar mandi tempat Kanza bersembunyi untuk mengganggu wanita itu. Sungguh lucu
menghentakkan kaki kesal la
uatkan aku pudi
nar baru aku mau membuatkanmu makanan lagi. Jika tidak, silahkan masak sarapa
n mendahului memegang handle pintu lalu membukanya tanpa permisi. Kanza hanya bisa m
begitu kesadarannya kembali. Lama-lama dia bisa mati be
uju laci nakas setelah mengeluarkan beberapa pakaian
raya menarik lengan Far
apan seperti itu membuat Kanza buru-buru melepaskan lengan Farrel.
dia ingin melakukannya juga. Segera dia mengalihkan perhatian ke arah nak
perhatian Farrel. "Kau belum menja
anya Farrel tanp
a berkerut.
an membalas tatapan Kanza
nza jatuh terjengkang mendengar penuturan Farrel. "Kau benar-benar tid
menjelaskannya padamu?"
mbalas mata hitam Farrel dengan mata cokelatnya. "Namaku Chika Kanza." Entah Fachmi hanya i
mengatakannya dari tadi."
Apa dia mengalami kecelakaan dalam perjalanan
nku Kanza!" Kanz
t bahu tak pedul
k apa
, kota kelahiranmu, dan alam
"Aku enam tahun lebih muda darimu. Dan untuk dua hal
a puluh satu tahun? J
idak sabar sendiri menghadapi Farrel. "Kau pasti me
. "Apa kau tidak mau memberitahu
uk a
harap hadiah dariku d
aneh ini lebih lama lagi. Sebaiknya Kanza tidur. Mungkin besok pagi ada
lemah seraya mendorong punggung
ku susu ha
send
n tunan
idak ingat na
aku suda
mendorong kuat-kuat punggung Farr
apikan kamar itu karena tidak akan bisa tidur dengan barang berserakan. Sekitar lima belas menit kemu
*
pakaia
ke dapur bertelanjang dada dan hanya mengenakan celana pendek, seolah mempertontonkan
rel acuh seraya membuka kulkas lalu mengambil sebo
at begitu?" dengan malu Kanza melirik tubuh Farre
onto
dada lebar Farrel yang sepertinya nyaman untuk bersand
h mana pandangan Kanza. "Terus bertanya dengan setengah melamun sepe
dak digunakannya untuk membuat nasi goreng. Segera dia mematikan nyala kompor lal
perti itu. Kapanpun kau ingin meli
dekat telinganya. Dia berbalik tiba-tiba hingga punggung tang
angannya. Kali ini dia tidak memedulikan posisi tu
r di punggung tangan Kanza. Dia memegang bahu wanit
ntah Farrel tegas la
gan Kanza jadi terluka. Tapi beruntung Farrel seg
asta gigi. Tanpa kata dia berlutut di depan Kanza lalu mengoleska
t Kanza kaget lalu refleks menarik tangannya. Namun tangan Farrel yang
ggunakan mentega juga bisa." Kanza berusaha memecah keheningan yang ti
arrel, dengan perhatian masih tertuj
i, segera Kanza menarik tangannya. "Kurasa sudah cukup, ter
t sarapan." Farrel berkata lembut, ta
mula? Meski kelakuannya bertelanjang dada tidak seperti Fac
angan punggung tegapnya yang menyempit di bagian pinggang. O
membenarkan posisi duduknya. Kedua siku ia letakkan di atas meja
guh sempurna. Seolah Tuhan menciptakannya dengan penuh senyuman. Bahkan Kanza berani mengatakan bahwa dada
padaku." Farrel berkata tanpa membalikkan tubuh. Kedua tangannya ma
. Itu hal wajar
saja kita tidak sampai pelaminan."
berkata seolah mengharapka
ncanakan belum tentu bisa terwujud. Jadi sebaiknya kita bersiap sebelum terluka nanti dan malah tidak bisa bangkit." Kalimat ini Farrel uca
nya bisa berencana dan berharap. Sementa
it dalam pembicaraan mereka. Akhirnya dia memilih tidak me
n segelas jus jeruk sudah tersaji di depan Kanza. Kanza menelan ludah
ani mengacungkan dua jempol untuk sajian, aroma, dan rasanya.
perintah F
arrel yang berdiri di sam
ku masih
eningnya, membuat lidah Kanza kelu dan kehilangan kata-kata. Dia bahkan masih memat
uk pipinya sendiri. Sungguh, keberadaan Fach
k beku. Setelah mengambil napas panjang, Kanza pun menyendo
.hukk..
an garam dengan bumbu nasi. Seg
hh...haaah
sedak dan hidungnya terasa panas ketika air jeruk yang terasa luar biasa pedas itu masuk ke saluran pernapasannya. Buru-buru Kan
anza keras hingga benda-ben
-------
ya Emi