Suara bel itu mengganggu tidurnya. Orang gila macam apa yang
ng, tin
dak lihat aku sedang jal
i, suara bel malah te
l
u tidak
g ucapan Juan seraya masuk tanpa permisi. "Aku menu
yang kini menuju kamar tamu. Ya, orang gila yang bertamu ternyata saudara sepupunya, F
R
itu sudah tidur telungkup di ranjang, masih lengkap dengan sepatu dan jaket
enmu sendiri?" tanya Juan seraya me
rrel di
mengalahkan kantuk Juan. "Apa
tidur satu ranjang dan sepert
m bisa dipastikan rencanamu berhasil atau tidak. Sud
berdehem seba
n mengatakan bahwa kau akan segera pul
aru beberapa hari. Bisa saja Farrel belu
nasaran pada satu hal. Jika ternyata semua ini gagal, Farrel tetap tidak memiliki perasaan khusus pada Kanza dan dia
ihatnya, aku merasa Kanza cocok untuk Farrel. Karena itu sedari awal aku memang berencana menjodo
sendiri Kanza sudah meny
Kanza akan membenci Farrel dan tidak akan sudi dekat dengannya. Jadi tidak ada alasan l
ang sudah tahu bahwa lelaki yang meneman
idak akan segan mengatakan pada kel
as rencana Fachmi. Setidaknya Fachmi sudah
karena aku mengganggu tidurmu. Sekarang kau
dah memejamkan mata kembali. Dia yang menerobos masuk ke
kulempar kau keluar jendela." Juan menggerut
bersiap tidur kembali. Dia yakin sudah nyaris terlelap sela
ngs
ranjang. Dia mengambil salah satu bantal untuk
bel terdengar dengan ritme yang semakin cepat, menandakan orang
ya sudah siap dengan segala caci-maki yang aka
l
buta?!
ng kau bi
menyadari siapa orang
wab pertanyaan Pap
knya Papa segera masuk. Di luar lumayan dingin." Juan membuka pin
lam datang ke sini? S
asus ini. Alasannya karena wanita itu sangat genit pada Papa," jelas Freddy seraya terus masuk menuju kamar utama. "Tapi mau bagaimana lagi? Papa harus bers
ata-kata sebelumnya terdengar sangat bijak. Namun penilaian tentang bijak
seraya melepas jaket dan sepatunya lalu me
ah
ri kerja, kan? Jadi sebaikny
u tidur di situ."
yuruh Papa tidur di rua
ur di ruang tamu. Aku hendak
mengambil salah satu bantal
mar sebelum yang Papanya lempa
di sini?" gerutu Juan seraya
*
engarah ke tengah ruangan. Dia merasa Fachmi baru saja memperhatikannya tid
dikeroyok beberapa preman di tempat sepi. Mendadak Fachmi datang sambil membawa banyak teman lalu menolong Farrel. Padahal tidak ada yang tahu bahwa saat itu Fa
i-kali Farrel dan Fachmi merasakannya. Orang bilang itu adalah ikat
a Kanza melalui mata Fachmi. Ya, tepat di tengah ruangan itu Fachmi berdiri. Tapi jika itu benar, seharusnya sekarang Fachmi sudah menyeretnya
raya merangkul Kanza lebih erat. Wanita dalam dekapannya itu m
hajarnya jika mengetahui apa yang telah dia lakukan pada Kanza. Melainkan
rasaannya. Seharusnya dia senang jika Fachmi memergoki mereka sekarang lalu memutus hubungan dengan Kanza. Seha
Kanza lalu beranjak bangun. Tapi baru saja dia hendak turun dari ranjang, jemari
anya Kanza denga
buka. Jujur, dia semakin merasa aneh saat Kanza seolah tidak mere
membalas tatapan mata hitam Farrel
han kepergiannya, lalu sebuah ciuman lembut ia daratkan di pu
kan diri ke dalam kamar mandi, m
*
sudah memasakkan makanan kesukaannya. Tentu saja hal itu tidak luput dari perhatian Kanza. Dia ingin menca
ya Kanza hati-hati setelah Farrel menyud
rsenyum kecil l
nta. Padahal biasanya Farrel langsung pergi setelah dia selesai ma
kit?" tanya
k. Ke
agak aneh
m kecil. "Kapan
ya jug
ang. Kau ter
lang dirimu aneh. Ak
amanya ter
birnya di ujung hidung Kanza, mem
nnya." Kanza berkata saat Farrel he
idak s
mencuci dan kau yang me
sangat meragukan kemampua
Farrel yang dibuat-buat. "Ya, sangat di
erdengar lebih sayang pada benda mudah pecah
man
emeluk wanita itu dari belakang. "Kalau begitu a
Kanza masih
a depan tv. Dia duduk bersandar dengan kaki terjulu
kardus itu?" Kanza mendongak menatap Farrel yang tengah memandan
s kebersihan untuk membawanya. Sekaran
endiri bahwa lelaki itu tidak mungkin ia miliki, tapi perasaan ingin memiliki itu kerap kali
ka ada perasaan lebih terhadap Fachmi dalam hatinya, namun dia tetap terbuai. Hi
rr
a yang tengah tenggelam dalam pikirannya masing-masing. Farrel segera mer
o. Ada a
ba tunggu di apartemennya. Aku dapat
E
--------
ya Emi