n malam. Tentu saja makanan itu hanya untuk dirinya sendiri. Dia tidak ter
but, dan s
erah saat dia ingat adegan
los Carissa yang masih suci. Yah, tidak benar-benar suci karena teman-temannya suka bercerita tentang hal itu. Ta
akanan favorit Carissa. Mamanya juga ingat betul menambahka
a makan. Tapi baru sesuap yang dia telan, suasana hatinya berubah buruk saat mende
elarikan diri dari kamar mandi, Carissa terus mengurung diri di kamar tamu. Fachmi sempat membujuknya keluar kamar dan berjanji ti
ung Fachmi tengah asyik menonton tv. Kesempatan itu Carissa gunakan untuk segera mengganti pakaian lalu bergegas ke
ee
rang meja, tempat Carissa tengah menunduk men
menyiapkan
mengembuskan napas lega karena Fachmi tidak mengungkit kejadian
ah lalu membalas tatapan Fachmi. "Masih b
beg
ga jika Fachmi memaksanya melaksanakan kewajiban sebagai
enemanimu. Aku terbiasa makan sendirian dan rasanya tidak enak. Membuat maka
h ucapan Fachmi barusan adalah sindiran atau bukan karena raut wajah lelaki itu tampak dingin seperti b
sendiri padahal kau bisa mem
dak sedang menyiksa diri sendiri, Carissa. J
tidak khawatir!"
ya mengeluarkan ponsel dari saku celana
akan memedulikan Fachmi. Terserah saja si tua mesum itu mau berbuat
Fachmi yang masih fokus ke layar ponsel. Dia makin tak enak hati. Akhirnya dengan k
nya Carissa ketus tanpa
perti yang kau makan. Tapi tambahkan potongan udang. Sepertin
udah kembali menunduk menatap layar ponsel
sa dengan senyum lembut. "Aku tidak akan
Tanpa bisa dicegah, jantungnya mulai bertalu-talu karena mendapat sen
arissa. Dan juga memaksa gadis itu memanggilnya suamiku seperti yang sudah
a belajar dari kesalahan tadi siang. Perbuatannya yang mengancam dan memaksa Cariss
rsedia menyiapkan makan malam untuknya tanpa
letakkan semangkuk capcay deng
striku," Fachmi
perlu tersenyum sepert
ng bersalah. "Ah, tapi bagaimana
kantor kau juga tid
ganmu, aku jadi ingin terus tersenyum." Fachmi berusaha un
tu dia selalu mempertahankan raut datar dan dinginnya, hingga lawan bicaranya
di gelisah jika Fachmi tersenyum terutama senyum lembut yang jarang dia tampilkan. Karena itu, Fa
ras melihat makanan di hadapannya sudah dingin. Bukannya dia penggila
yan
bal begitu!" ser
an Carissa. "Sayang, kau
id
ambil mangkuk Carissa, membuat gadis itu kebingungan. "Kau makan yang itu saja. Masih hangat
ulkan asap. Dua detik kemudian dia beralih menatap Fachmi denga
Apa sangat sulit b
gat menj
tu, panggil
lihkan per
h sejak kau mengurung diri di kamar tamu." Fachmi memilih jujur. "Mulai saat ini, aku tidak
arissa lalu mengabaikan Fachmi da
r
ukuman yang pasti ampuh membuat Carissa menurut selama beberapa sa
mati makan malam pertama yang dibuatkan istrinya. Ah, salah. Makan malam bu
*
engancam lagi, Carissa. Tapi bukan bera
ut. "Memangnya
h bersedekap saat memandang Carissa yan
rsamamu, Om. Seharusnya ka
a orang tuamu sampai tidak sanggup menghadapimu. Keputusanmu selalu ingin
E
achmi mengungkit tentang orang tua
dapur meski aku ingin. Aku juga tidak menyuruhmu mengerjakan apapun di sini.
ut. Dia takut melihat kilat
." Mendadak Fachmi berbalik menuju pintu tapi lalu berhenti begitu tangan besarnya menyentuh daun pintu. Tanpa menoleh dia berkata, "Kalau ka
mengarah pada punggung Fachmi
yer
ng karena itu berarti Fachmi akan mengabaikan dirinya. Ta
i tapi kau sama sekali tidak mau
r
telah mengikat janji suci denganmu, kembalilah k
ku akan menurutimu, gerutu Carissa
ana tidak gelap gulita. Tampak Fachmi sudah berbaring telentang di satu sisi ran
aring membelakangi Fachmi, menunggu dengan waswas apakah Fachmi akan memeluknya seperti biasa? Buk
u d
de
a d
sudah menuruti kemauannya. Ah, terserah
ba-tiba lengan Fachmi melingkari ping
sekali," ge
in aku
O
dengar nada merajuk Fachmi. Padahal tadi
a. Aku tidak aka
ngantuk. Se
at Carissa semakin ingin tertawa. Untung
pan lembut di puncak kepala Carissa. "Se
r di samping Fachmi. Sebenarnya Fachmi mengerti. Carissa masih terlalu muda tapi sudah terj
adis itu harus sedikit mengurangi sifat keras kepala dan mengerti tanggung jawabnya. Bukankah memang i
--------
ya Emi