au bukan karena permintaan sang Papa, Carissa tidak akan sudi magang di perus
hari. Dan Carissa semakin tidak menyukai Fachmi setelah tahu bahwa lelaki itu seorang pemberi harapan palsu. Sudah beberapa kali dia hendak bertunangan tapi mendadak dia membatalkannya tanpa alasan yang jelas. Bahkan Carissa per
ssa memuncak. Akhirnya dia menggeleng pelan, mengenyahkan bayangan si bos,
l
arena kedua tangannya penuh. Begitu
ali kubilang, k
balik meja besarnya. Tapi lalu dia hanya mengangkat bahu, meneruskan lang
UK
mata kecokelatan di hadapannya. "Jangan karena kau putri sahabat Papaku, aku akan mengist
ak tahu cara bersikap sopan pada atasannya. Yang membuat Carissa tidak suka adalah fakta Fachmi ingin dirinya m
ng membuat Carissa semakin tidak ingin mengetuk pintu sebelum mas
alu menanggapi ucapan Fachmi tadi. "
kau tidak benar
a benar-bena
terangkat tidak perca
tu saya per
ngg
nnya. Dia kembali berdiri di depan meja Fach
as meja, lalu bersandar dengan nyaman di sandaran kursi, masih dengan tata
ah
partemen, apa kau tidak keberatan?" Fac
a ingin tinggal di sebuah apartemen. Bahkan salah seorang teman pernah mengajak saya tinggal di apartemennya. Tapi Papa dan Mama melarang." Nada
gus
ag
sa dan bertanya hal lain. "Apa Papa
rutama mengenai larangan-larangan yang dia bua
entah mengapa membuat jantung Cariss
a dia meny
ada bibir Fachmi yang memang jarang menampilkan senyum, selain
eduanya kerap kali bertemu mengingat betapa akrabnya orang tua mereka. Carissa hanya tahu Fachmi dari pengamatan jarak jauh dan cerita orang-orang sekitar. Begitu pula Fachmi, hanya tahu Carissa dari pengamatan dan c
ekerja. Anda benar, saya harus bersi
tidak mencegah. Hanya memperhatikan punggung Carissa yang semakin me
yang ternyata mendapat persetujuan dari keluarga besar Fachmi dan Carissa. Dan setahu Fachmi, persiapan pesta pernikahan sudah hampir selesai.
ngaja. Bahkan Fachmi sendiri masih tidak per
*
, tapi ternyata kebagian lembur juga. Ada banyak kumpulan data yang harus dia rekap d
rpaksa lembur. Meskipun Carissa tergolong gadis yang suka berkelahi dan mela
arissa refleks hendak melayangkan tinju dengan tangan yang lain. Tapi ternyata, orang di depannya juga
s saja hidu
era dia menarik tangannya lalu menyatukannya di depan dengan si
Kau minta maaf tap
Anda yan
elihat bibir Carissa mengerucut kesal. "Kita gunakan l
ak pernah sekalipun Fachmi menawarkan
Fachmi kembali mencekal pergelangan tangan Car
a membuntuti Fachmi ke dalam lift lalu menunggu li
i sini, besok saya naik apa?" ak
an menj
Fachmi, menatap lelaki itu dari samping. "Ru
Farrel kau senang sekali merepotkan?" tanpa bi
dak sedekat itu, dasar si tua mesum. "Eh,
Carissa mengalihkan pembicaraan. "
i tiap hari-ups!" Carissa menutup mulut dengan satu tangan menyadari kelancangannya. Saa
dak sedang bekerja, kalia
rissa meringis. Tampaknya m
a duga, dengan tangannya yang bebas lel
E
tu lift terbuka dan Fachmi kembali menarik lembut tangan Carissa. Mereka menyusur
lihat Fachmi membukakan pintu untuknya lalu menunggunya
abuk pen
engaman lalu duduk dengan gelisah. Kedu
jadi sangat perhatian. Bahkan tanpa bisa dicegah, Carissa menurut saja atas ajakan dan perintahnya. Padahal biasa
pulang?" Fachmi bertan
ak, langsung pulang saja." Makan m
guk kecil. "Kau tahu
t tidak mengerti lalu
artemenku," ujar Fachmi san
?" Carissa
emu denganku, kau tah
tal. Terserahlah. Toh Carissa tidak perna
eka bicarakan. Keduanya sama-sama t
*
ta canggung setelah Fachmi me
a Fachmi dengan kilat geli di matan
rbelalak.
ang entah mengapa seolah mempo
ali ke mobil, menyalakannya lalu melaju pergi. M
itu? Apa dia salah memakan s
elalui pintu dekat pos jaga. Sejenak ia te
Alan dan Destia sudah m
anya Destia cemas seraya menghampiri putr
n Carissa sudah kirim pesa
hanya khawatir kamu m
u, Alan lebih dulu berkata, "Carissa, du
berhubungan dengan larangan ini dan laranga
i tunggal di hadapan kedua orang tuanya se
pa dan Mama menyayangi
hanya me
serangan jantung mendadak t
by? Mungkin hobbynya memang tidak biasa bagi seorang gadis. Tapi tetap saja, itu adalah
Mama hanya tidak ingin kehilanganmu seperti kehilangan Kakakmu." Mendadak suara Alan
begitu. Menjadikan kematian sang Kakak sebagai pe
elapan tahun dari Carissa itu terlempar ke dalam sungai dalam aksinya bermain arung jeram. Dia meninggal s
Tapi rasanya berlebihan sampai melarang
ah membuat keputusan
nada final dalam suara Papanya. Mendadak perasaan takut meramba
enikah satu
E
at pendengarannya menjadi pekak. Matanya melebar tidak perca
apa bil
mberi Carissa banyak nasihat. Alan menatap tajam, serius, pertanda di
n?" tanya Carissa
sekali
melemparnya ke sangkar lain karena sangkar emas milik sang Papa tidak berhasil mengurung Carissa
keras. "Siapa lelaki yang Papa pilihkan untukku? Y
rat. "Fachmi Aditama E
E
tu hanya berupa bis
ch
um yang mendadak
perintah Papanya, jadi dia menghukum Carissa dengan cara seperti ini. Melempar d
wasa dengan otak waras pastilah akan berpikir panjang dulu sebelum menerima pinangannya. Belum menikah saja seorang Fachmi bisa dengan tega
ya. "Kenapa harus melakukan ini jika Papa dan Mama ingin Carissa pergi?
eperti itu." Destia ber
arkan biaya untuk sebuah pernikahan. Carissa akan pergi, tanpa membawa
turuti permintaan Papa. Setelah itu
ya sudah lama sekali sejak saat itu. Masa-masa ketika dia masih suka bermanja dalam pelukan sang Papa. Masa-masa saat di
menjernihkan penglihatan. Lalu dia berkata s
E
akan berlutut memohon padanya seperti itu. Ya, di depan sana Alan sedang berlutut dengan air mata yang ia
ap
kakimu, Papa akan melakukannya. Asalkan
tersadar dari keterkejutannya. Dia menggeleng seraya bergegas kemb
uruti permintaan Papa." Carissa terisak s
ngg
gan wajah terbenam di
g. Kau pasti akan ba
mun kali ini dia tidak membanta
ah karena hendak dijodohkan oleh Papanya? Tapi sekarang Destia juga sama frustinya dengan Alan. Lagipula tujuan pernikahan ini bukan karena kepentingan dirinya dan Alan
inya lakukan ini benar-benar mem
---------
ya Emi