g semakin menjadi-jadi tingkah lakunya. Aku turun melangkah dengan anggun, menggunakan pakaian lengkap dan s
ngan tatapan cinta dan memuja. Perubahan itu begitu semakin terlihat. Aku duduk berjarak dengannya, Raja memanggil Papanya. Kaisar beranjak dan meng
s Raja bersama Papanya, walau sejujurnya aku rindu, suamiku berubah sikap begitu tampak s
cul. Aku sepertinya harus bersabar. Selesai sarapan sepuluh menit kemudian. Suster Emi sudah siap dengan tas perlengkapan Raja. Aku berjalan menghampiri Kaisar dan
untuk kantorku sendiri. Aku mau mengontrol semua di satu titik. Sebagai wanita dan seorang Ibu, aku ju
ka setuju. Justru, mereka kasihan melihatku. Pertanyaan mereka sama dengan ku, apa yang bisa membuat Kaisar berpaling, apa dia hanya p
a pikiran itu, untuk fokus men
*
r. Sifat dan pembawaan ku berubah. Aku menjadi ketus, dingin dan tega. Aku mengancam semua staff ku, jangan ada yang membocorkan kantor itu, atau mereka akan menanggung semua dengan ku pecat dan ku tarik semua fasilitas yang diberikan kepad
, begitu membantu, ia merasakan apa yang ku rasakan. Ingat Sari,
g pencakar langit, di sebelah tangan kananku, ada sepuluh map berisi laporan keuangan
sebagai fashion stylist salah satu artis Ibu kota dan beberapa artis Asia Te
bisa tau mana uang pribadi ku dan milik suamiku." Aku berbicara dengan konsultan audit dan keuangan swasta. Uang yang dikeluarkan a
*
berjalan mendekat ke arahku yang sedang mengantre membeli minuman dan cupcake disalah satu toko cake and pastry di dekat gedung kantor. Cukup berjalan ke belakang gedung dan akan ditemukan
lagi," sapan
hari mu membaik, Via." Ia bersedekap d
kismis yang terkenal di sini, aku ingin tahu da
ku, chef pastrynya. Senang berjumpa denganmu, Raja Moms, Mama Via c
mencerminkan seorang Koki. Bertato dan, jak
nunduk memberi hormat kepadanya. Ia melepaskan jaket kulitnya yang tampak mahal dan menyisakan kao
dengan Kaisar. Kelan, tubuhnya sangat atletis, bahkan tato di lengan, serta leher dengan kul
n, satu slice lemon cake. Ya, tawarannya membuat ku penasaran sebenarnya. Semu
ndak masuk ke dalam toko kue yang sedang menjadi tempat ku makan siang. Aku beranjak dan panik, aku harus bersembunyi. Toilet. Tujuanku. Na
angku, membawa masuk ke pintu warna hijau tua menuju area dapur. Aku menurut. Tak banyak berkata. Beberapa karyawan hanya men
sambil menatap, aku mengangguk Dan di sinilah aku, dalam ruang ker