AH AKU M
jadi saksi talakku ini!" ucap Mas Gaza begitu ketus saat aku baru s
za menjatuhkan talaknya padaku, padahal baru tadi pagi dia men
hati yang saling mencintai. Apalagi pernikahan ini bukanlah pernikahan akibat sebuah perjodohan, melainkan pernikahan atas dasar cin
ahkan sekadar membayangkannya saja aku tak mampu. Aku sendiri tak paham kenapa Mas Gaza
kan aku di depan banyak orang, di hadapan keluarga besar kami yang masih asyik bercengkerama di ru
para saudara masih duduk lesehan sambil menikmati hidangan, saat itu juga Mas Gaza keluar kamar deng
i ini. Kamu amnesia siapa dia? Dia baru saja bergelar menjadi
ng Alif ikut menimpali. Dia mema
pula aku mau menikahinya lebih dulu sebelum melanjutkan S2 ke Kairo. Tapi apa? Dia jus
ali rasanya. Ingin rasanya aku bertanya apa salahku namun lidah ini ter
edari tadi. Seolah minta maaf atas perlakuan anaknya yang semena-mena. Sedangkan ibu masih duduk
ruh di mana mukaku jika teman-temanku tahu siapa dia. Sekarang, biar dia pulang b
rullah ..
sekali dia melakukan ini semua padaku, di saat keluarga besar masih menikmati suasana bahagia atas pernikahanku. Di saat aku ba
tampan, beriman dan cukup mapan. Bahkan aku sangat bersyukur akhirnya dia lebih memilih aku yang biasa saja dibandingkan perempuan-perempuan lai
menampar pipi Mas Gaza du
an seenaknya. Jangan pernah mengambil keputusan di saat kepala mengebul, jika kamu tak ingin menyesal setelahnya. Tenangkan hati, b
asehati, hati Mas Gaza seolah masih penuh dengan benci. Dia tetap bersikukuh tak ingin
hati ini benar-benar patah karenanya. Aku yang bahkan belum sempat merasakan malam indah bersamanya
esar apa kesalahan Rania sampai kamu teg
ruangan ini menitikkan air mata melihatku begitu terluka. Mungkin ikut merasakan bagaimana sesak
ang menceritakan, Ran!" Mas Gaza be
aza sekasar itu padaku. Dia yang biasanya begitu m
s. Tak akan ada asap kalau tak ada api!" Bentak Mas Gaza lagi. Dia benar-benar dirasuki emosi
gak tuli, kan?"
napa Mas Gaza bisa tiba-tiba murka bahkan kini menjatuhkan ta
*
Kirim Kado, Petaka P