rjal dan berliku. Kupikir, Mas Gaza adalah laki-laki pertama d
g bisa kecuali Dia. Sekuat apa pun aku mengg
ntuk sekadar menangisinya. Lelah, cape
soal video itu. Karena itulah mereka berpendapat, menerka-ner
yak orang akan menerka-nerka apa yang terjadi. Kamu le
tak ada yang membocorkan masalah ini. InsyaAllah Rania bisa menghadapi." Mas Alif yang menjawab permintaan Mas Azka, sementar
an Gaza untuk mengurus perusahaan keluarga, Ka. Seb
entara aku, tak memiliki kecerdasan sampai ke situ. Aku sudah sangat bersyukur bisa mengembalikan modal usaha dari Umi
asih di samping ibu, diam mendengarkan. Sepertinya ibu tahu apa yang
" Umi masih terus bertanya. Sementara Abah tak terlalu banyak bicara seola
ki sederhana. Itu pun kalau nantinya Rania menerima. K
b pertanyaan Umi tanpa meno
. Umi nggak tega dia kamu ajak tinggal d
a Rania mau, yang pasti jika
mu cemburu pa
menggeleng sem
kankah Mas Gaza yang
. Ternyata ditolak itu menyakitkan apal
za di sini?" Umi terus mencecar, na
juga menjelaskan jika
i diam tak
mi nggak mau Rania kenapa-napa di luar san
mempermalukan Umi lagi. C
angiskah dia? Tapi kenapa dia sampai m
ini aku nggak akan m
sendu dan pilu. Hingga akhirnya Mas Gaza membiarkanku me
api tak apa, mungkin itu membuktikan bahwa dia bukanlah laki-laki tebaik untukku,
tku. Pikiranku tak tenang. Benar-benar kacau. Entah mengap
namun dia bilang sudah beberapa kali bertemu
ak ikut serta, entah kemana dia. Kudengar laki-laki mengungkapk
mu mau menikah denganku, benar?"
mengangguk
istikharahm
dari ibu. Ibu merestui, Umi pun sama. Itu sudah cukup. Apalagi aku tak ing
juga memintaku untuk meminang. Iya, kan?" Senyum tipis itu kembal
ak banyak barang yang kubawa untukmu. Ha
s. Buat apa buku ke
" ucapnya lagi, ak
itu, nanti setelah kita sah menikah. Bersab
uranganku. Kalau kelebihan, sepertinya
tah apa yang sebenarnya mereka tutupi. Aku yakin,
bar dulu, aku ingin membelikanmu sebuah kalung sebaga
uat malu keluarga!" Abah bicara sedikit membentak. Tak pernah kudengar Abah semurka ini.
serumit ini? Mas Azka tak menjawab. Dia
ku tak akan pernah m
sudah mema
u ini." Ibu menengahi. Ada gurat bahagia dan lega di wajah laki-laki itu. Dia
ekecilan. Aku hanya mereka-reka ukuran jarimu. Katakan pada para penggunjing itu, kamu baik-baik saja
pku. Kata-kata yang keluar dari bibirnya membuatku merasa istimewa. Tak te
mana,
iasa, namun membuatku merasa begitu berharga. Rasanya,
*