eman
*
ggak pernah tahu, ya?" Desi bertanya dengan an
unya tengah berkumpul di ruang ke
olan ringan dengan sang mertua untuk menyel
dan temannya memasuki ruang kerja Papanya
ng bernama Tasya hanya tersenyum simpul mendengar penuturan dari Des
antik di sekolah. Banyak yang menyukai dia, man
Tasya. "Tidak meragukan sih mema
a, pas waktu semester dua, saya harus ik
amu sekarang sudah jadi menantu saya." Tasya semakin merasa tidak en
. "Rasya. Ajak keliling rumah gih, Tasya. Siapa tahu dia merindukan
Zizi yang semakin membu
biasa saja. Buktinya dia bangkit dan mengul
k mau Tasya pun meneri
lu. "Zizi menunggu Kafka saja, ya?" Peremp
*
bantu Bi Rumi yang sedang men
?" Bi Rumi yang sedari tadi diam kini bertanya. Meski
ke sini?" Ava melirik Bi Rumi dengan tangan ya
uga memang Neng Ava tidak berkenalan dengan mereka?" Ava mengerti dari
a sama Ava?" Raut kesedihan kini muncul dari wajah Ava
pun mengelus pundak Ava
ingnya. Setelah selesai ia mengeringka
i ruang keluarga. Sosok perempuan bernama Zizi tidak salah dengar akan dijodohkan dengan
at Ava mengingat masih ada satu lagi wanita yang berada
suami saat melihat wanita itu datang, dan tan
i. Sifat dirinya yang tidak suka berpikiran negatif pada orang lain, membuat perempuan berm
Tasya, Ava hanya berusaha berpikir positif. Itu
di sebelah rak buku penyekat ruangan. Ia menat
hal itu ia tidak dapat melakukan apa-apa. Hanya berdiri me
mah hanya berdua?" Pertanyaan dari tamu sang mertua membuyarkan lamu
mpai mereka bertengkar lalu bercera
ng ia menyampaikan keinginan seperti itu pada orang lain. Seolah pe
rai." Ava melihat betul ucapan itu disertai senyuman yang terkesa
Kalau menantunya tidak bisa memberi cucu? Aku, k
angan Ava terangkat menyentuh dada yang terasa berdenyut nyeri, menahan sesa
ul?" Ava mencoba menulikan pendenga
tidak mandul apa namanya." Tatapan Desi kini beralih pada gadis yang duduk di sa
imang cucu. Kalau anakmu ini mau menikah d
nanti akan iri. Jadi, aku mau mendekatkan Rasya sama Tasya
dari ibu mertuanya. Tidak ingin sakit lebih dal
ihat suaminya tengah asyik mengobrol di taman belakang rumahnya dengan t
p gadis yang saat ini tengah bersamanya. Tanpa beban Rasya menggandeng ta
nyiksa. Memutuskan untuk pulang sendiri tanpa sang suami. Ava m
u, ya?" ucapnya dengan m
hati, Ava masih mempunyai sikap sopan santu
api bisa sendiri, kan? Rasya masih Mama suruh menemani Tasya so
ya lagi, Ava pun dengan segera ingin berlalu.
a Ava mengembuskan napas lega. Baru saja ia kan
Ava hanya mampu men
dia minum." Tatapan Rasya kini beralih
ang, Mas" ja
Ava hanya mampu diam. Mana mungkin jika ia akan menja
lang," ucap Rasya ketika mel
asya keliling, Sya?" tanyanya cepat-cepat. Tidak ingin
ng akan menghampiri Ava. Pria itu menoleh pada perempuan ya
bilang mau pulang sendiri. Mau memberi kamu quality time ber
va sangat berharap kalau Rasya ak
" Napas Ava tercekat dan matanya terpeja
in jika sang suami akan menuruti
am batu besar, keputusan Rasya begitu menyakitinya. Meski Rasya sempat mem
dari pada mengantar dirinya pulang. Ava dapat melihat
a yang entah kenapa tidak juga mau berhenti mengalir. Ava memutuskan untuk mencari taksi dengan jar
*