Kem
*
ik Rasya. Kuda besi itu melaju di jalanan yang lengang.
aling berkecamuk. Bagaimana Ava tengah khawat
saja. Akan tetapi, kenyataan di mana ia juga akan bertemu ibu mertua menjadikan perasaan resah itu
Ava tidak menyadari jika mobil yang
am tangan sang istri. Cukup berhasil mem
rsenyum. Tangan Rasya terangkat
an itu malah mengedarkan pandangan keluar kaca mobil, menatap seke
ereka. Katakanlah ia menantu durhaka. Hanya saja sakit hati karena berbagai ucapan-
napas perlahan. Hanya untuk mencari kekuatan sebelum berperang. Ya, berper
a. Dengan sigap, Rasya menggenggam tan
mobil untuk turun bersama suaminya. Dengan tangan yang berkeringat, perem
mencoba memberi ketenangan dengan
n rumah. Suara perempuan menyapa. Desi-mama
a. Mama sudah kangen sama kamu." Setelah pelukan kedu
eneliti tubuh Ava dari atas hingga bawah. Tida
rbeda dengan Rasya yang memang memiliki sifat kurang peka. "M
raut wajah sang istri yang sudah te
buat Rasya tersadar. Perempuan paruh baya i
anis dari perempuan cantik itu. Sungguh tidak menyangka.
erucap dengan penuh penyesalannya.
kit. Apalagi saat sang suami mengucapkan maaf dengan
pa," jawab
istrinya, rasya menggandeng tangan A
ak, bibir tua itu tersenyum saat melihat kedatangan mereka. Meletakkan ke
meski sikap Desi telah berubah. Papa mertua tetap menyayanginya
anya dengan sayang. Menumpahka
a man
suara berat terdengar dari arah tangga. Seorang
elangkah mendekati sang kakak. Memeluknya erat untuk men
lah adik Rasya. Razali Kafka Yarendra. Ad
nya setelah ia melep
akaknya. Siapa lagi jika bukan Ava istri sang kakak. Ah wanita ini
ri sang kakak. Memeluk wanita yang ia cintai. Yang ia
ia menunjukkan sikap manja. Kafka pun tanpa risi selalu me
buat semua yang di sana ter
da terus kakak iparm
menjahilinya. Bukan begitu, Kak?" Kafka bert
ahili Ava? Benarkah? Tapi kenapa kamu tidak memin
" Rasya menjawabnya mudah dengan mengibaskan tang
un perasaanku yang masih sama." Ucapan i
h siap untuk bergabun
kan tangan, memperlihatkan bahwa ia telah siap dalam segala ha
mengajaknya ke sini?" Raut wajah bahagia yang sebelumnya
at bisa menjawab pertanyaan dari Kafka yang membuat Ava gelisa
Ava. Ingin melawan pun, ia tidak ingin keadaan menjadi lebih
ndul. Ava itu seh
Semua karena papa mertuanya. Seseorang yang tidak pernah me
h punya anak." Ava semakin mencengkeram ujung dressnya
B
entikan Papanya sebelum berucap. Tidak
a mencoba mengalihkan topik pembicaraan. Tidak ingin wan
yang lain," jawab Desi dengan tanpa meng
, Ma?" Kafka mena
dipangku. Beralih menatap penuh pada Kafka. "Mereka punya putri yang juga
ud dari mamanya. "Mama mau menjodohkan aku?" Tunju
pa en
dengan cara Mama yang seperti ini." Tidak, Kafka tidak akan membiarkan hal ini. I
terbaik untuk kamu. Terutama yang sehat. Biar Mama bisa punya cucu." Desi sengaja me
pat Kafka membalas, sebuah s
ng berdiri untuk menyambut sang tamu. Terlihat dua orang paruh
a," puji Desi pada gadis itu. Me
ucap perempuan it
alih pada Kafka. "Gim
i memasang wajah dingin. Begitulah ia jika pada seseorang
"Maafkan sikap Kafka, ya, Sayang. Dia memang begitu kalau
dinya, ada teman Zizi yang menginap di rumah. Jadin
k papa, Sayang. Terus,
nte. Sebentar lagi
at semua orang mengalihkan pandangan. Sosok gadis de
as
*