ter M
*
un ke
ingga menimbulkan denting lonceng pada bagian atas. Sebuah ban
ola, hasil dari merayu sang suami tercinta. Semua pegawai tampak
samping bangunan ini. Sengaja dibangun bersebelahan untuk memudahkan dirinya dalam
a seperti biasa. Saya ada di ruangan jika nanti m
dan menjawab, "Baik, Mbak." Langkah kaki membawa
ca Ava mulai merangkum pendapatan dan pengeluaran kedua toko. Tid
dari laptop. Salah satu pegawainya yang bernama Rina s
nunggu di meja biasa," lapornya pada Ava. K
reka minuman dan ber
anis dengan lesung pipinya itu mengangg
ptop dan segera beranjak untuk menemui
temannya sudah duduk. Seorang perempuan dengan perut buncit akibat kehamil
meja yang diduduki teman-te
itu menoleh, wajah semeringah terbit saat melihat keberadaa
perut buncit, mengulurkan tangan untuk dapat menyentuhnya. "Sudah berapa bulan
y lalu beralih pada perut yang membuncit sembar
i dong." Resty men
mengalihkan pandangan, menatap Clara
enjadi getir. Pandangannya mene
Clara dan Resty secara bergantian. Kedua temannya i
sty menenangkan. Ia hanya bisa mengaminkan dalam hati sebanyak-b
a sudah menginjak angka lima. Ini merupakan salah satu alasan
lain itu, ia juga menghindari ibu mertuanya. Tidak jarang Desi-ibu mertua Ava datang mengunju
ta mana yang tidak akan merasa sakit jika mendapatkan kata-
duga, temannya yang satu ini pasti akan menggelen
siap," uc
Kurang apa lagi coba? Diambil orang baru tahu rasa kamu." Resty mencoba
dan Resty tertawa, lalu
matang. Mereka tahu, alasan di balik semua itu ialah, Clara yang belum juga berhasil sepenuhnya untuk melupakan c
*
n persegi itu. Pelaku yang tidak lain adalah Rasya menatap bawahannya denga
k becus!!" Rasya menunjuk karyawannya, nad
itu pun segera berlalu dari ruangan b
kepala yang terasa berdenyut. Laki-laki berpakaian jas rapi itu menghe
elum lagi salah satu karyawannya yang telah mengerjakan la
benda pipih di atas meja itu dan menatap layar yang menampilkan na
dengan baik apa yang mamany
n setelah pembicaraan dengan sang mama telah selesai. Kembali berk
*
ingerine tipis Ava memutuskan menunggu kedatangan sang suami di r
n di rumah ini selain dirinya dan juga satpam yang menjaga di depan rumah. Asisten ruma
alih atensinya. Segeralah Ava bangkit karena ia me
gan wajah lelah. Baju yang dikenakan tidak serapi saat berangkat. Lengan yang digulung hin
berada di depannya. Tangannya terulur men
ndaratkan satu kecupan sayang di keningnya. "Kamu l
a.
k kamu." Saat Ava ingin melepaskan diri dari pelukan sang
Ava dengan kenin
Ava menaikkan kedua alisnya. Senyumnya merekah kal
tatapan sayu itu mampu membuat dirinya meremang. Cukup menj
susu hangat untukmu," ucap
Kopi, Sayang. Buatkan a
lipat. "Kopi?
it bibir bawahnya. Ia tahu gerakan yang dilakukan adalah sensual. Lihat
mempunyai dua stok di sini." Rasya berucap dengan suara be
ayuan suaminya. Ia meninggalkan pria yang masih menge
*
a yang hanya dibalut handuk sebatas pinggang menampakkan dada bidang yang menggoda. Be
engan segelas kopi di tangan. Senyum menggoda yang terpa
berisi cairan hitam pekat itu dan menatap sang suami yang men
g ada di samping mereka. Pria di hadapannya ini
at tangan Ava mendarat pada bahu sang suami. "Kopinya manis." Tersenyum, ia menikmat
Bibir ini jauh lebih manis. Dan bibir ini, adalah
takan bahwa bibir ini hanya m
nya pada bibir Ava. Menyatukan dalam tarian indah
ang menyatu. Menulis syair lagu nan merdu. Menari dalam tarian indah. Pergerakan dalam ritme yang seirama. Suara-su
*