img Ibu Pejabat di Balik Tirai  /  Bab 3 Di Kamar Masing-masing | 42.86%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 3 Di Kamar Masing-masing

Jumlah Kata:1362    |    Dirilis Pada: 15/04/2025

Suite

an kabut panas yang berbau minyak misk dan tubuh berkering

u'alaiku

sudah terbuka, memperlihatkan torso berotot yang dipenuhi

diri, merasakan celana dalamny

datang untuk jadi imamku

ak me

nya sudah tegak, berdenyut-denyut liar-besar, bengkok ke atas, ur

rang Bu Livia, tangannya lang

dengan satu tangan sementara tanga

"aku algojo yang akan meng

angsung menyerang puting yang sudah kera

-! Lebi

gah tubuhnya, berhenti di pusar, menjil

a-t

ke dalam tanpa peringatan,

ngsung saja,

lat cairan yang sudah me

ku baru sampai

balikkan tubuh Bu Livia,

isiknya sambil menampar

suk se

asar. Ta

kukunya mencakar

Hancurk

ongan seperti pukulan, pelvisnya mengha

enarik kepala ke belakang. Tanga

mnya, "sebelum kuuba

tang seper

nya sendiri, tubuh berget

mpa, memperpanjang orgasmen

isi ke dalam, erangann

meninggalkan Bu Livia b

Bu Livia, merasakan cai

ang, batang masih seteng

ambil memukul pahanya yang masih g

Suite

ap oleh minyak pijat yang belum kering, memantulkan cahaya keemasan dari lampu gantung. Dua pemuda-Nomor 1 dan Nomor 6-b

egang di bawah kulit sawo matang. Matanya gelap, penuh i

luar dari spa, tapi senyumnya mengungkapkan sesuatu yang leb

m meletakkannya di meja samping. "Hari ini... sandwich,

perlu diund

u Heni, lidahnya menelusuri betisnya yang halus. "Kau suka digigit, Bu?"

menarik tubuhnya ke dalam pelukannya. "Atau kau lebih suka ini?" desisnya, sambi

a jatuh ke belakang. "Jang

dan dengan gerakan cepat, posisinya sudah di antara paha Bu Heni. "Kau mau depan

pasnya berat. "Aku mau lih

orongan kera

or 1, tubuhnya melengkung menyesuaikan irama ya

baru pe

pinggul Bu Heni, menariknya ke arahnya. "Aku ambil belakang," bisiknya,

a, setiap dorongan dari depan dan belakang membuatny

njelajahi mulutnya sambil tangannya meraih payudaran

it keras, suara kulit yang bertabrakan memenuhi kamar. "Kau suka ini, Bu?" d

uk, erangannya terputus-put

a kesempatan untuk m

rong lebih dalam, sementara Nomor 6 menggenggam pinggul Bu Heni,

i lebih keras, tubuhnya gemeta

. "Keluarin suara,

ubuhnya melengkung, suaranya pecah dalam er

snya masih terengah. Nomor 1 bersandar di pahanya, sementara Nomor 6 ma

Bu Heni, senyum puas di bibirnya. "Tapi kali ini,

atanya berbinar. "Kau mau ka

anya serak. "Kau piki

tahu kau sanggup, Bu. Tapi kami

remang-remang, Bu

, dia sud

i b

akan mencoba

Suite

. Otot-otot perutnya tegang, peluh mengkilat di kulitnya yang h

bibirnya sendiri. "Satu jam untukku. Tapi

k menunggu

kan tubuhnya, dan menekan wajahnya ke bantal. "Kau mau dibuka pelan-

uaranya gemetar-bukan karena

emberikannya a

e bantal. Tangannya mencengkeram seprai, tubuhnya melengkung

Siska, menarik kepala ke belakang. "Kau mau sejam

kin dalam, ranjang berderit kencang, suara kulit mereka yang bertabrakan me

teriak Bu Siska

ghadapnya-matanya berkaca-kaca, bibirnya bengkak, rambutnya berantakan. "Kau suka

isa mengangguk,

un menghan

njerit lagi. Tapi kali ini, jeritannya dipotong oleh ciuman Eddy-dala

darah sedikit mengalir, tapi it

mon

," balas Eddy, sambil

ddy tak membiarkannya jatuh begitu cepat. Ia memperlambat

ngan kekuatan penuh, membuat Bu Siska menjerit lagi, kali leb

ecah, tubuhnya gemetar, dan Eddy mengikutinya, m

rat, tubuhnya lemas. Eddy bersandar di sampingnya

Bu Siska, tapi senyum d

lis. "Kau mau per

ranya serak. "Besok.

enyum. "S

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY