ah, seperti tirai tipis yang menutupi rahasia-rahasia kecil yang belum sempat menguap dari semalam. Burung-burung belum sepenuhnya
pukul 07.00. Jam itu warisan dari ayahnya, tak pernah rusak, namun selalu lima menit lebih lamba
hitam dengan emblem kecil di dada-simbol dari instansi tempat mereka bernaung. Keduanya baru saja direkomendasik
ama, dua latar belaka
bersih yang kontras dengan mata tajam dan rambut hitam bergelombang. Ia menginga
r dalam cahaya pagi yang samar. Matanya tenang, nyaris tak menunjukkan emosi, namun dari diamnya justru terpancar daya
an celana bahan abu-abu yang disetrika nyaris tanpa lipatan. Senyumnya khas-tenang namun penuh
dly, Heri. Silaka
h suhu udara di sekitar. Bu Siska. Istri sang pejabat, terkenal bukan hanya karena kecantikannya yang tak puda
ing dengan rok pensil hitam yang menonjolkan lekuk pinggang. Tak ada yang vulgar dari penampilannya, namun justru karen
uh perhitungan. Ia tersenyum, senyum yang menyimpan banyak mak
Semoga kalian bet
menunjukkan ketajaman yang sulit disembunyikan. Ia mengamati kedua pria muda itu dengan sorot mata yang menyimpan tanda tanya. An
hari ini, mereka akan bantu kita. Mereka akan bergantian naik shift setiap
bu kalau
ngguk, tapi masing-masing menangkap pesan di balik kata-kata itu. Bu Siska tersenyum lagi, kali
tu kali lagi. Suaranya pelan, namun
lum kalian dibawa keliling oleh Bi Inah,
dan berirama. Ruang tamu itu seperti panggung-didekorasi dengan citarasa Eropa klasik, namun ada sentuhan tropis dal
Heri memilih duduk sedikit menyamping, dekat rak buku. Ia membaca judul-judul di rak dengan cep
istri pejabat," gumamnya dalam hati. Tapi He
ya tajam, namun tidak menghakimi. Ia terbiasa memindai-menilai
tanya Bu Siska, nadanya ringan namun tak
oler kementerian," jawab Fadly dengan suara tenang
er
e Jakarta dua bulan lalu. Sebelum
amik Inggris, lembut dan sedikit hangat di tangan. Ia menyesap perlahan.
sesuatu berubah. Ibunya tersenyum terlalu lama hari ini. Ayahny
alik pintu-pintu tebal dan kaca patri yang menyaring cahaya pagi, sesuatu mulai bergerak perlahan. Bukan rahasia besar, bukan skandal ins
rdiri di depan pohon kamboja yang sedang berbunga. Bunga-bunga putihnya jatuh ke tanah,
. Tentang semua hal yang tak bisa dikata
h skandal besar, melainkan keheningan
ningan itu telah m
Siska dengan nada lembut. "Se
"malam nanti, setelah makan malam keluarga s
, dan hanya dibuka saat-saat tertentu. Bukan ruang kerja Pak Budi, bukan pula ruang kel
yapu wajah mereka satu per satu. "Terutama untuk urusan di dalam rumah dinas
an intensitas yang tak bisa diabaikan.
kan, pelan, sepe
rumah ini dari orang luar. Tapi juga da
ubuh mereka menyerap kata-kata itu seperti kain menyerap
n meng
wab mereka ha
erti senyum patung dalam galeri k
ampai nan
tidak tergesa, tidak lambat. Seperti w
ngan di dalam rumah menjadi lebih panjang dan lebih pekat. Seakan rumah itu sendiri menant
dampingi Pak Budi ke kantor kementerian. Sementara itu, Heri berkeliling rumdis di