img Ibu Pejabat di Balik Tirai  /  Bab 4 Acara Tambahan | 57.14%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 4 Acara Tambahan

Jumlah Kata:1572    |    Dirilis Pada: 15/04/2025

wah, tersembunyi dunia paralel di mana jam dinding berhenti berdetak, dan

ya-tergeletak lelah di karpet Persia. Bu Heni sendiri terbaring di ranjang seperti Cleopatra setelah pesta Dionysian, rambut ikaln

nakan kembali sorbannya dengan gerakan malas-tapi matanya masih gelap, masih lapar. "Next time," bisi

tu, Bu Siska berdiri di balkon hanya mengenakan dasi Eddy, menatap Jakarta yang tak pernah tidur. "Aku mau kamu bawa teman

ereka bukan

mbol kes

an mungkin

anita yang me

palin

uh yang ta

uite, Pu

teh mawar, parfum mahal, dan sedikit aroma tub

undar. Di sebelahnya, Bu Heni masih mengunyah stroberi dengan sensual, sementara Bu

pun. Kuda liar! Dari awal udah nggak pake p

ya anggun): "Model Arab-ku... ya Allah. Mukan

etap juara. Dia itu ibarat anggur l

Hanya wanita-wanita yang sudah kenyang harta, kekuasaan, dan sekarang.

r yang bisa bikin aku rebahan sampai gemetar itu cum

rlu milih. Yang satu keras, yang satu lembut.

h liar dari anak-anak muda jaman sekarang. B

pelan, suara "cling" kecil ja

m sebelas. Tapi kayaknya aku izin telat. Kalau bisa, di

vorit buat jadi 'pembantu spa'. Sekalian polling,

emakin

harus bikin acara kayak gini tiap bulan.

a, glowing dan.

uasana penuh tawa dewas

elah diam

omong, kamu jadi pindah ke rumah din

irjen pulang dari luar negeri. Paling lambat minggu depan

.. ajudannya? Sudah mulai masuk

dapat kabar dari orang dalam. Namanya Fadly sama Heri. Du

ka bakal langsung ke rumah dinas, dan men

Yang katanya ganteng itu y

wajahnya tajam tapi adem. Banyak yang bilang auranya kayak ak

mm... Fadly... Fadly...

lau yang sat

ak dengar. Namanya baru disebut sekilas. Mu

mengguncang. Hati-hati loh. Kadang yan

n, dan sedikit kompetisi tak kasat mata. Karena di dunia para ibu-ibu kelas atas, kadang yang

mereka sudah mulai kerja... kita

ang satu masih akan jadi ajudan pribadi Pak Dirjen... ya

menyapu wajah-wajah yang biasanya terlihat sempurna di halaman society magazine

rak seperti bayan

mbar pola tak kasatmata di atas kulitnya yang masih berkilau oleh minyak pijat. "Kau

i Bu Heni, tangan mereka di atas paha terbuka sang nyonya, seperti penganut setia di

hanya matanya yang berkata-kata, hitam dan dalam seperti sumur terlarang. Saat ja

main biasa,"

angkal. Hany

asia – Pu

ing kerasnya, menghisap dengan ganas sementara tangannya merobek celana dalam sutra it

yang sudah menetes ingin segera masuk. Tanpa basa-basi, dia menyelipkan ujungnya ke celah pantat yang masih keri

cepat dan dalam, setiap dorongan membuat tubuh Bu Livia terguncang. Suara kul

mkan wajahnya di antara paha dari belakang. "Dasar anjing! Jangan berhenti!" teri

. Ferhart tak mau kalah-dengan satu hentakan, dia masukkan dua jari ke pantat Bu Heni, merenggangka

pagar, punggung telanjang menghadap ke kota di bawah. "Lihat, semua orang bisa m

a menembus dalam sekali dorong. Bu Siska menjerit, tangan mencengkeram pagar besi, tapi Si Misterius hanya tertanya. "Jerit leb

ran, dan cipratan ca

utut, mulutnya terbuka lebar untuk mereka berdua. Si Misterius masih belum puas-dia membalikka

riak Bu Siska, matanya berkaca-kac

alah ketika semua

ke kamar mandi. Bu Siska? Dia memerintahkan Adrian dan Ferha

bisikan kotor, setiap sentuhan meninggalkan bekas panas di atas kain yang mahal. Denting gelas kristal terjatuh ke lant

k siapa, semua larut dalam desah yang sama. Jeritan Bu Siska yang tercekik nikmat, rintihan Bu Livia yang dipaksa

lagi k

a lagi

ling menghukum, dan nafsu

gan amplop tebal dan

udah berantakan, rambut mereka berantakan, tapi m

kan rokok, "...kita baru saja menc

lah satu-satunya hal yang memb

akarta mul

hangat, masih penuh dengan rahasia

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY