menyantap makananku. Lebih tepatnya tak mau
n kamu, lho." Tiba-tiba ada seorang wanita datang m
alagi muka Rey seketika berubah
nggak anggap aku ada di sini,
Aku be
arahku, pandangan mata
?" tanya
kanan lezat ini, ya nggak? Sayang kan kalau makanannya dibiarin hanya karena wanita yang penampilannya udah kayak orang gila ini. Kenapa aku
ya, ngakunya sultan, tapi beli bahan buat nambal pakaiannya
kanya beli baju-baju yang kelebihan bahan,
ok aku jadi pengen muntah ya. Kresek mana kresek? Eh, ini kan bukan di dalam bus ya, jadi ngapain nyariin kr
us. Sekarang wanita gila ini udah duduk di samping Rey. Elah, siapa yang nawarin dia duduk coba, kan dari tad
. Aah, segar. Kok jadi kenyang ya, padahal masih ada tiga porsi lagi lho. Hei, cacing, kamu harus kuat, jang
duduk deh." Aku menyindir tanpa menatapnya. Memandang wajahku
lo pasti pengemis yang minta makan ke sini kan, dan karena R
adukan dengan celana jeans ini, memang pantas disebut pe
, jangan deh, kalau kaca gue dipinjemin ke lo, takutnya nanti kaget lagi,
, mau dicolok matanya ya, atau mau dicongkel sekalian, boleh, mumpung di meja lagi ada banyak garpu. Eh, jang
ng ngejek, jadi sebagai warga ples enam dua yang rajin balas-membalas, ya g
Kalau ngomong sama aku aja, itu mulut pedes banget, giliran ngomong sama
a di tangan Rey. Wah, tangannya mulai
Rey menepis tangan itu. Wah
" lirih Rey, tapi m
ah tadi, kak Arga tanya, langsung semangat memperkenalkan diri seba
n takut ada orang resto yang denger pengakuan Rey sama wanita gila ini. M
orang gila. Jadi pengen nampol mukanya yang berlapiskan make up tebel plus bibirny
a nanti jadi busung lapar." Si manusia batu bener-bener n
peran gitu, pantes aja gayanya kampungan," cibir si wan
a yang lebih kampungan. Gaya udah kayak telanjang aja bangga." A
iri sambil berkacak pinggang, menatap jengkel
sengitnya, aku layangkan padanya. Biar dia tahu kalau seorang Ke
arah kami. Ada juga dari mereka yang sengaja mengabadikannya di ponsel. Entah d
ntar aku dan wanita gila itu. "Sudah, sudah, ap
tadi jangan disebarkan di sosial media. Pasti si manusia batu takut kal
l masih bercokol di hati. Si wanita gila juga ikutan duduk dengan tampang kesalnya
nku, memang sih aku istrinya Rey, tapi kan istri karena jadi
gila itu. Lalu menatap tajam ke arahku kemudian beralih
ya Rey ke wanita gila yang tadi dia panggi
yang bakal mereka bicarakan. Kupingku senantiasa terpasang buat ngedengerin obrolan
kalau aku ke sini?" Ih, kok aku mual ya d
ugar rambutnya. Kayaknya sih frustasi. I
h basa-basi!" Nah, loh,
i kemarin aku tuh ke sini bolak-balik nyariin kamu, tapi kamunya nggak ada te
ulut manisku. Tatapanku juga fokus ke makanan yang jelas lebih enak dipa
menikah," uc
sama dua makhluk itu, aku langsung aja pergi mencari toilet untuk be
n lari ter
*
tetap terlihat cantik bak bidadari. Jelas menangan aku ke mana-mana kalau dibandingkan wanita gila itu. Ya iya lah, dia make up doang yang te
k. Buktinya ibu-ibu di komplek suka bilang kalau aku mirip artis yang suka
karena kadang aku lupa bayar utang sama mereka. Tapi tenang aja, semua udah aku lunasin kok, waktu
nggak setiap hari juga kok. Tapi setiap ada
esok aku bakal malak suami batuku itu yang udah berani-beraninya berselingk
lingkuh? Ah, bodo ama
sapa karyawan resto yang baru keluar dari bili
a," balas
mpung a
, nama kamu siapa?" Bi
yonya." Dia m
k. "Jangan panggil nyonya dong,
nyonya, apalagi di belakangnya disemat
tapi
tapi-tapian. Pangg
jawabnya t
a aja kali." Aku terkekeh
kin dia ngerasa nggak nyaman a
Aku berbisi
eh, Mbak Key." Lucu
annya dengan lenganku. "Panggil Key,
." Tesa t
ita yang lagi sama
sam