lagi dong, ini hari b
ekarang kita keluar yuk, Re
iska, karena tubuhku sekarang rasanya ingin limbun
*
n ... bangun
o bangun, ini ha
ante Mariska bersahut-sahutan menyebu
a untuk membuatku siuman, seperti pada waktu aku pingsan pertama tadi. Entah berapa lama aku hilang kesa
" tanya Tante Mariska. Ak
ngun." Elah, si mama, nggak bisa apa y
arap mama mengerti kode yang kuberikan, bahwa an
u rebahan, udah buruan bangun." Bener-bener deh mama nggak ada pengertiannya sama sekali,
sa rapihin make up sama tatanan rambut kamu." Ini juga tante Mariska main n
sama tante Mariska langsung membantuku bangkit dari ranjang dan menuntunku b
tatanan rambutku yang di sanggul sederhana dan tentu saja make up-ku pun turut diperbaiki
seperti mimpi. Dulu aku selalu berkhayal jika di hari pengantinku nanti aku akan mengenakan kebaya pengantin khas jawa seperti ini, namun tentu
ngalaminya saat ini. Benar-benar seperti mimpi. Si
mau membantuku untu menolak tawaran tante Mariska, mungkin
a mencariku, atau paling enggak ya ngikutin aku waktu diseret tante Mariska tadi. Padahal dia itu si ratu kepo, lah kok tumb
la, yang berhasil membuatku terperanjat dan sadar dari
cepet b
an saja neng," timpa
ruh sembari memegang lengan kanank
an berdampingan dan tentu saja mama me
gapain sih," bi
ar, K
i berada di kamar ini, tapi rasanya enggan jika harus
untuk dituntunnya, sedangkan lengan kananku masih dituntun mama. Diapit dua
ngsan m
nggu dari tadi. Kamu harus tanda tangani surat nikah," ujar tante
tempat akad. Meski diapit oleh dua orang wanita yang telah berpengalaman menikah, tetap saja diriku gugup
yang berarti tetanggaku juga. Sisanya mungkin para keluarga dan kerabat Rey. Difi melongo ketika melihatku. Mungkin dia terkejut
at ... tampan, tak seperti sebelumnya yang terlihat frustasi. Ia memakai setelan jas hitam yang
ak boleh terpesona sama pes
oba mengenyahkan pikiran-pikiran tak
epala gitu?" Ternyata ekspresiku tak
kinkan bahwa aku baik-baik sa
jadi istri Rey, kamu jangan malu-mal
mm
pembawa acara, kamu harus nurut ya, dan jangan pingsan
bener nggak ngerti si
uannya sudah datang,"
ebelah pengantin laki-lak
uai yang diinstruksikan pak penghulu tadi. Rey berdiri menyambut,
ia memghadiahuku tatapan maut. Entah apa maksudnya, mungkin penglihatannya sudah rabun kali ya? Pas
ergi menyingkir. Sebenarnya tadi aku sempat menahan lengan
a tangani buku nikah ini." Pak penghulu meny
ikku masih saja tak luput diperhatikan oleh Rey. Bukan karena aku grogndekatkan kembali buku nikah sert
nyetorkan fotonya ke KUA ya, biar bisa diurus. Jangan terburu-buru, nikmati saja dulu bulan madu kalian
ala. Ya masa mau mendebat pak penghulu dan memberi tah
cincin nikah. Mau tidak mau aku pun mengikuti arahan konyol itu. Kenapa kubilang konyol, ya karena pasti ukuran cincin ta
Key." Entah sejak kapan tante Marisk
kotak beludru, kemudian memasangka
n juga. Apa mungkin ukuran jarinya mantan calon pengantinnya Si
incin yang baru saja tersemat di jariku. Aku tersenyum melihat cincin ini, me
mataku, dasar
h, apaan sih mama, masa nyuruh salim sama si k
g masih saja menatapku tajam. Padahal kan aku ing
. Sesuai perintah mama tadi, aku pun salim dan mencium tangan Rey. Eh, kok
ra pun mengir
ey, tapi entah kenapa seperti ditahan oleh Rey. Hmmm ... pasti nya
ah tante Mariska, kemudian menatap Rey sambil memberi kode agar tidak m
i permintaan ibunya. Bisa copot jantungku dari tempatnya, apalagi in
u
a menciumku lama. Oh, aku baru sadar sekarang, kamera masih setia mengambil gambar
ling keras memenuhi ruangan. Dasar kaleng rombeng. Awas aja kalau gilira
kses membuat orang-orang tertawa sambil melesek. Seketika pipiku te
derhana untuk berfoto-foto bersama keluarga,
ya ke arahku. Tanganku juga terpaksa bergelayut di lengan Rey. Kalau saja bukan
masih setia memperlihatkan wajah datarnya, padahal sudah berulan
kan Rey mencari tempat duduk. Rasanya pantatku
uan kue. Nah, kebetulan aku laper, jadi langsung aja
my ... enak
bodoh lah, yang penting perutku terisi dan nggak menjerit-jerit lagi. Perut kenya
tiba.
..
ang ganggu a
sam