ng sabuk pengaman. Setelah di rasa siap, mo
ra. Sampai akhirnya Rey menanyakan s
pangg
em
pa kamu?" Dih
enapa?" Aku
iapanya kamu. Kelihatannya
jawabku
ja apa susahnya,
lasan kak Arga, kenapa sekarang tanya-
lut kamu." Ni orang kenapa sih seben
arahnya, dan tanpa diduga pandangan
unakan untuk menyetir. "Penting sih tidak, tapi saya perlu tahu siapa saja la
tau soal gue, itu k
sekarang udah jadi istri saya, j
i calon istri lo itu." Aku menjeda kalimatku. "Jadi lebih baik lo nggak usah sok kepo tentang siapa aja laki-laki yang
ementara kita telah terikat janji suci di hadapan Alloh. Tidak baik jika saya membiarkan kamu berhubun
na coba? Eh, bukan kerasukan setan, tapi kerasukan jin muslim. Apa kare
k ustadz dada
annya, aku sumpel mulutnya dengan beberapa tisu yang sedari ta
au dia bakal selucu gini, bakal sering-sering kukerjain aja. Tapi, kalau aku sering ngerjain dia,
cu!" ha
#
g bahwa kami dulu berteman dan bertetangga. Dulu rumahku persis berada di sebelah
ble membuatku nyaman berada di dekatnya. Dia selalu melindungiku dari ga
at dekat, hingga kedekatan itu mampu menumbuhkan benih-ben
k Arga adalah cinta pertamaku. Mungkin orang-ora
a kak Arga juga mempunyai perasaan sama sepertiku. Buktinya ia selalu lebih
ekat dengan tempat tinggal kami waktu itu. Tam
menemuiku, mengapa tak jua kunjung datang? Dia juga bukan tipe orang yang su
ajahnya tampak berbunga-bunga bagai habis memenangkan
ucap kak Arga. Senyum di waj
jatuh cinta, mana mungkin aku bisa marah dengan dia. Ter
lalu ingin tahu tentang orang yang dicinta. Begitu jug
taman. Sedetik dua detik ia masih diam, namun seny
ya sambil menatapku. Dan senyu
aan yang mulai gelisah. Bukan aku tak tahu akan ma
ejak masuk SMA, dan beruntungnya dia nerima cinta aku, jadilah seka
nya aku terlambat untuk mengatakannya. Dia telah menjadi milik orang lain. Hati dan ragany
u tak mau mengacaukan suasana hati kak Arga yang tengah berbunga-bunga. Aku tahan air mataku.
napa cuma sendirian, teman yang lain mana?" Kak Arga me
tahu kak, tujuanku
a menampilkan senyuman semanis mungkin seperti biasa, tak ingin ia
raktir apa?"
kali ini tiga ya, Kak, a
sambil meng
#
ulang aja sih," protesku ketika mobil Rey
nya tidur beberapa jam saja. Eh, tapi nggak papa kalau mau ditraktir
tak terisi. Untung nggak sampai membuatku frustas
wa, kalau enggak, mungkin aku sudah
dia. Eh, tapi kan dia emang punya beberapa restoran, seperti yang selal
sok tak percaya. "Mana mungkin
u percaya atau tidak, yang penting saya sudah memb
storan punya siapa," ujarku masih gengsi
n, sarapan, ka
nggak mau mengeluarkan duitnya untuk sarapan di hotel, makanya lebih memilih ke sini yang katanya resto
Malangnya yang jadi istrinya. Lah, kan aku ya
ing-cacing di perut gue uda
saya juga
manusia batu bisa denger? Jangan-jangan waktu jantungku mainan bedu
obil kemudian turun
rbaris. Sepertinya mereka mau menyambut kedatangan R
salah satu karyawan, kemudian menunduk membe
. Kok rasanya geli banget ya,
anggapi anggukan oleh Rey. "K
dan istri dan kami sekali lagi menguc
kan semua ini hanya untuk menya
y, pasti aku sangat tersanj
ma ka
ong? Bener-bener
wati para karyawan itu. Ia membawaku ke suat
i sini atau di luar
aan di ruangan ini sama lo. Gue juga pengen
li menarik tanganku. Entah apa motifnya.
duduk di hadapannya, kemudian membuka buku me
an apa, Key?"
enak semua." Baru melihat gamba
mentang dia yang punya resto. Tapi nggak papa sih, ini saatnya bua
memicingkan m
banyak, gratis. Enak-enak lagi. Nggak b
bisa bangkrut restoran saya nant
ke buku menu. Tak lama kemudian salah seorang wai
da sekitar lima porsi menu, dan tiga gelas minuman. Tak apalah, anggap saja l
n ponsel. Rey juga demikian, tampak
i kan ini resto punya Rey, besar kemungkinan aku bakal sering ke sini, apalagi aku istrinya. Iih
ngsung saja eksekusi, maklum dari tadi makh
menyantap makananku. Lebih tepatnya tak mau
n kamu, lho." Tiba-tiba ada seorang wanita datang m
alagi muka Rey seketika berubah
nggak anggap aku ada di sini,
sam