menengok Abigail. Semakin hari, makin banyak waktu pula yang dilalui Leonathan bersama bayi perempuan menggemaskan tersebut. Pria yang mendadak suka dengan
ngit-langit kamar dengan dua tangan bergerak-gerak. Dua kakinya juga aktif digerakka
l pelan-pelan dari kasur bayi kelambu tema kuda poni. Di saat sudah benar-benar ada dalam dekapannya,
itu malah menatap Leonathan. Seperti pengamat, Abigail mel
ajahku?" tanya Leonathan dengan
a tanpa mengalihkan pandangan. Benar-benar menatap wa
wa kecil. "Hei, Gail ... kenapa? Kau ingi
eonathan menggunakan dua tangannya yang terbungkus pakaian lengan panjang juga sarung tangan. "Aku tampan, ya
r sontak berlari dan sediki
lah satu daging bulat itu, apalagi kalau bukan pipi anaknya yang
protes sekali lagi, "jangan katakan apa yang buruk
dak ber
sahabat karena tangan kirinya digunakan untuk menggendong Abigail. Leonathan yang masih maklum pun tak berpikir jauh. Ia me
mengecup kening Abigail. "Dia mulai
kan setelah dia kenyang dan tidur." Leonathan yang mengikuti ucapan Alice pun setuju dengan berdeham singkat dan setelah it
justru tak ingin tidur. Bahkan ketika diletakkan ke tempat tidurnya, Abigail justru menangis. Leonathan yang sudah kenyang itu pun
tuk perhatianmu
aah tampan pria bermata biru itu. "Aku melakukannya karena aku memikirkan Abigail, bukan semata-mata karena pe
sinar di matanya meredup. "Apa tid
tidak, i
ar walau tanpa melayangkan telapak tangan di pipinya. Hatinya harus merasakan kekecewaan s
Aku tekankan lagi, hanya sebatas t
cinta Leonathan untuknya yang sudah sirna gara-gara kehadiran Brielle. Sampai detik ini pun Leonathan masih mengunci hat
us?" Membuang napas beratnya, Leonathan melirik Abigail s
than tanpa emosi karena dia sedang men
tak mau anak ini menangis karena kaget dan ketakukan. "Kau selalu saja membahas
gembalikan perasaanmu itu, N
kat kening Abigail, ia menambahkan dengan nada yang begitu memohon pada Alice
encintai perempuan lain setelah aku menyadari perasaanku, Nath? Apalagi
at menyadari, tetapi kena
ena
Semua itu karena dirimu sendiri yang menolakku, Alice. Kau tidak bisa egois se
itu sahabatnya sejak lama. "Jika kau terus membahas ini, aku benar-benar akan menjau
dengar penuh keseriusan itu langsung angkat kaki dari ruang makan. Leonat
a sayangku untukmu tetap ada, Gail. Jadilah anak yang baik," ujar Leonathan sembar
tanya. Ia menatap punggung Leonathan dengankesedihan. Meski begitu, mulutnya tetap
masih bersembunyi. Bahkan dia sudah meletakkan satu tangannya di pi
I DAPAT! AKU MEMERINTAHMU UNTUK MENDAPATKAN KABAR BARU, TAPI TETAP SAJA TIDAK ADA HASIL! TI
N MEMECATMU!" Sesudah itu Leonathan mematikan pangg
ang masih gelap dan hening di luar sana persis seperti suasana hatinya saat ini. Meski ada anggota baru yang membuatnya sedikit ceria, tetap saja Leo
Apa kau masih ada di bumi ini atau s
ng menahan tubuhnya sendiri, serta kaki jenjang diluruskan memanjang. Leonathan siap berolahraga, push up sebanyak tiga puluh kali, untuk me
dengan muka yang sudah diguyur air dari shower. Mendongak, Leonathan memejamkan mat
nya pun tercetak jelas. "Aku yakin, kau sangat terpukul, Elle. Tapi bisakah kau membicar
gin yang mengalir. Pikirannya masih setia mengingat wajah manis Brielle yang memberikan senyum untuknya. B
ang berhasil membuatku tertarik dan
ran wangi nan licin itu ke rambut cokelatnya yang sudah basa sejak tadi. Memija
ku, tapi kaulah yang sangg
enuju ke lemari pakaian dengan hitam membalut tubuh bawahnya, membiarkan otot perutnya tercetak. Belum s
u baru saja mandi. Aku akan menjemputmu lima belas menit lagi." Membuang na
u," lirih pria itu sesudah melempar kembali gawainya ke atas ranjang sebelum ia berba
ima sampai empat belas hari. Sebelum umur Abigail dua minggu, Alice meminta pada Leonathan dan memohon-mohon agar anaknya itu memiliki kenanga
, berwarna hitam. Sengaja tidak sarapan karena Alice pasti menyediakan makanan untu
selalu merindukannya. Jika bukan anak menggemaskan itu, Leonathan lebih memil
mobil. Bahkan ia melambai dan hampir memeluk Leonathan jika saja pria itu tidak memu
k mau sar
gi dari hadapan Alice. "Hubungi aku kalau kau sudah selesai mand." Alice hanya mengangguk ketika Leon
ang yang dipakai untuk pemotretan seperti lampu, background polos, serta beberapa properti yang nantinya ak
a aku dan kau ha
ingin ikut, ikut saja. Aku tidak." Leonathan yang sedang berusaha membuat Abigail tertawa itu tak ingin marah dan kesal, terlebih lagi bukan cuma d
n menghela napas panjang sebelum mengangguk. "Terima kasih, Nath! Aku juga sudah menyiapkan kostum yang serasi untuk
yang berwarna putih. Abigail sendiri sudah siap dengan sayap bulu dan bando yang berwarna putih, sama seperti Alice dan Leo
ali jadi papa
an jadi suamimu," balas Leonathan yang b
dengan kaos cokelat susu yang sebelumnya melekat di tubuhnya. Karena sesinya s