ah di mana Brielle tinggal meski hanya kamar sewaan. Wanita itu keluar dari mobil Leonathan dengan tampang
diri Naomi keluar dari rumah dua lantai itu. Bahkan di saat diri
ejutnya dengan Alice. Bingung ketika temannya itu datang ke l
engembalikan
sudah tidak ada di sini," jawabnya yang membuat Alice mengge
ang tinggal di sini. Elle pergi entah ke mana dan semua itu karena sahabatmu. Salahku suda
capan Naomi, ia mendapat tarikan di lengan kiri. Siapa lagi kalau bukan ulah Leonathan yang t
ketika Leonathan menggiringnya kembali menuj
an bahwa Brielle benar-be
ndiri, aku s
enuh percaya diri, "kalau kau beralasan seperti ini, aku semakin
rsebut. "Saya ingin bertemu dengan pemilik KTP ini, bisa ibu tunjukkan kamarnya? Dia teman saya yang sudah lama tidak
dorkan Alice padanya. "Sudah lama saya enggak lihat Putri. Sepertinya ada masalah ke
in ini o
cerita sedikit sama saya kalau la
sihkan tempat kos tersebut, tetapi Leonathan juga mendengar. Bahkan dia tak lagi meminta Naomi untuk menunj
tunjukkan
i dan meminta Alice serta Naomi untuk masuk ke d
u tidak akan melihat wajahku lagi dan tidak bisa mencurigaiku lagi." Tentu tak ketinggalan dengan tatapan kesal terarah pada pria sok tampan itu. Masih belum puas bersuara, Naomi melanjutkan, "jangan terpuruk jika Elle memang sudah hil
ng?" Belum sempat Naomi menjawab, Leonathan menoleh ke sopir yang menampakkan diri setelah diam di balik kemudi. "Pesanannya dibatalkan, saya akan mengganti." Dikeluarkannya uang lima puluh ribu rupiah dari do
ingin sekali menjambak rambut cokelat karamel Leonathan dengan sekuat-kuatnya. "Kalau bo
aya ini ke kaf
Nath!" teriak Alice yang berla
mang, dan jangan buat aku marah. Aku perlu informasi tentang Elle yang belum bisa aku temukan selama ini." Leonathan melambai ke arah sopir tersebut dan beliau pun mengangguk. Pria itu segera berlalu
asaran para pengunjung kafe tak mungkin sirna begitu saja. Mereka yang duduk dekat dengan meja Leonath
ngannya untuk berpamitan. Kau pikir aku tidak khawatir?!" semprot Naomi yang ditenangkan Alice, mendapat elusan di punggungnya tetap mampiu memberikan bentakan untuk Leonat
n, yang terpenting sekarang adalah Brielle. Bukankah kau ingin Brielle ketemu? Lebih
sahabatmu itu, aku tahu ya
aha bangun dan ingin melayangkan tamparan. Namun kecepatan Alice patut diacungi jempol, berhasil menggagalkan Naomi. Sontak saja,
ergi dari hadapan dua wanita yang terus memanggil namanya. "Aku sudah mengha
, pria penyuka aroma maupun rasa dari kopi sudah mulai pelan-pelan membuatnya. T
uat minuman berkafein itu. Aroma pekat dan sedap dari kopi menyeruak dan men
am hati Leonathan, jatuh cinta dengan seorang gadis bukanlah perkara mudah. Beg
tentang fisik? Leonathan lebih suka wanita yang sama seperti ibunya, memiliki kulit sedikit g
ada di samping kanan tubuh Leonathan. Sedangkan sang bos yang term
agai pikirannya tengah tersesat, pria yang setia melamun itu tak kunjung menoleh. Ditepuknya pundak k
m satu lagi, dan berdiri tegap dengan berkali-kali mengerjapkan mata. Mengembalikan fokus, pria berambut lurus kecokelatan itu
eonathan memastikan, bisa kena
elirik karena dia sendiri takut mem
sannya untuk dinikmati. Melihat kopi buatannya dihirup dan diseduh, Leonathan tersenyum. Ia baru bisa be
t jika lelah. Jam makan
arus makan siang. Aku
singkat barista tersebut dan membiarkan Leonathan melewatinya. Bukan
ok ke etalase makanan. Dia memilih beberapa roti di sana, seperti kroisan yang bentuknya seperti bulan sabit, juga memili
minuman favoritnya itu ketika makan malam saja. Untuk siang ini ia hanya ditemani dengan air mineral dingin
onathan yang tidak tahu siapa pelakunya pun bertanya, usai menelan roti kroisan. "Iya? Siapa
. Bisakah
fe? Untuk apa dia datang ke sini tanpa mengabarinya lebih dulu. Mengesampingka
sang penghuni ruangan mengizinkannya pula untuk memosisikan diri di sebelahnya. Meletakkan tas merah yang sewarna dengan gaun di p
kkan kepala. Pergerakan dan pertanyaan itu malah membuat Leonathan semakin bertanya-tanya dengan
ia justru mengajukan pertanyaan yang diangguki Leonathan dengan santai. "Sejak kapan kau mulai mengabaikan sahabatmu sendiri? Kau bahkan jarang me
mpai membatalkan niatnya setelah mendengar pertanyaan aneh Alice. Ya, menurutnya itu aneh karena Alice terdengar
ce yang mulai menggebu-gebu dan matanya mulai berkabut. "Mana janjimu yang selalu ingin menjaga dan memerhatikanku? Kau lupa akan semuanya itu, Nat
anita yang tampak ingin menangis itu. "Bukankah selama ini kau sendiri yang ingin aku bahagia bersama wanita yang aku cintai dan berhenti mengganggumu berpacaran?" tany
alau kau terlalu
saku lagi. Jika kau kekasihku, mungkin aku akan menerimanya
, apa kau
u ham-
agi? Atau sedikit saja menyinggung hubunganku dengan mantanku. Tapi, kau tidak melakukannya, kau selalu fokus dengan Brielle!" te