ari wanita incaran yang kabur saat ia tertidur. Bahkan belum sempat mengatakan maaf atau menyapa di pagi hari, Brielle sudah menghilang. Sungguh, pera
eminyak, jarak yang ditempuh kurang lebih 12 kilometer, ata
ika harga rumah tersebut tidaklah murah. Keluar dari mobilnya, ia pun tak melepas kacamata dan menuju ke pagar putih yang
h Leonathan menoleh padanya. "K
rielle yang tak lupa ia bawa. "Saya mencari teman lama, kebetulan KTP Elle tertinggal. Ingin saya kembalikan padanya," ucap Leonathan yang tentu saja berbohong. Beruntung
i lesu sampai mengeluarkan napas panjang menahan emosi. "Setahu saya Putri diusir karena masalah harta di keluarga besarnya, Bli." Sembari menyodork
e di
ngkinan rumah ini juga sudah dihak milik sama salah satu keluarga tertua dari neneknya. Putri pergi mun
dan masuk ke BMW Z4 hitamnya. Begitu ia masuk, orang yang memberikan informasi itu juga melanjutkan jalannya. Sampai perempuan itu masuk ke rumah besar, selisih tiga rumah dari rumah keluarga Brielle di hadapa
basa-basi dengan mengirimkan pesan yang kemungkinan akan lama dibalas oleh sahabat yang pernah ia cint
eberang. "Ada apa denganmu, Nath? Santailah," tambah Alice yang merasa kesal karena pria
g sekali, rumah itu sudah tidak ditempatinya selama satu tahun lebih." Meski penjelasan singkat, pasti Alicebisa mencerna dan memahami secara cepat.
au ke toko bunga keluarganya. Selama duduk di bangku sekolah du
tidak mungkin membiarkan Elle melakukan hal yang tidak-tidak setelah kita bercinta
h!" teriak Alice yang hampir saja memecahkan gelas di geng
mati. Ia bangkit dan mengayunkan kaki ke kamar tidur sembari melanjutkan, "yang aku inginkan hanya informasi Naomi. Aku yakin, dia pasti tahu kedi
ajakmu ke toko bunga orang tua Naomi. Selamat malam, Nath. Sampai jumpa beso
ti celana jeansnya dengan celana tidur. Sedangkan kaos polos hitam dibiarkannya melekat di tubuh. Sesudah itu membanting
wajah Elle dan berakhir membawanya ke alam mimpi. Meski cuma mimpi, setidaknya dia bisa menyampaikan kalimat maaf, perasaan menyesal yang benar-benar be
an otot-otot kencangnya tengah menyetir. Duduk di balik kemudi, Leonathan masih memakai kacamata hitamnya dengan tatapan fokus ke depan dengan
ni kau juga tidak pernah mempermasalahkan apa yang aku kerjakan di kafemu, kenapa sekarang kau lebih heboh?" Menyilangkan tangan di depa
cinta pertamaku itu, ak
a pertamamu. Dia bukan cinta pertamamu
a, hanya dia yang pernah tidur denganku." Menoleh dan menatap lekat-lekat perempuan berambut pirang di sebelah kirinya, Leonathan t
a sejati lebih berarti dari cinta pertama, Nath. Percuma kau memiliki cinta pertama, jika ujung-ujungnya cinta pert
nta sejati itu. "Bukan mengincar fisik, tetapi murni karena kau memang mencintainya, berdasarkan
g. "Jika aku tidak tulus padanya, aku tidak mungkin mencarinya sampai pusing se
perasaannya. Tetapi kau tahu sendiri, kemarin sampai detik ini aku sedang mencari cint
erasakan cinta yang lama kudambakan." Alice sudah tidak berkomentar, ia membungkan mulut dan
patkan dengan jelas, Leonathan sampai mencarinya ke seluruh Bali dengan mengandalkan tempat-tempat yang biasa digunakan Naomi untuk melepas penat.
li bersama orang tuanya. Alice sebagai sahabatnya hanya mengetahui bahwa Naomi tinggal di Jogja sendiri, dan ke B
rian tanpa bantuan Alice. Parahnya, kabar apartemen itu tidak bisa diandalkan
perintahku." Leonathan kembali membahas betapa leganya dia ketika ada jalan keluar yang bisa ia ambil. Begitu terkejut saat pagi jam tujuh kurang, dia dikabari bahwa ada karyawan bernama Brielle yang sudah
kali aku akan memerhatika
." Membuang napas sambil mencengkeram setir kuat-kuat, pria ini berusaha menahan emosi. Leonathan
karyawan? Terlebih, Elle bekerja di kafe yang kau tangani? Mengapa bisa kau tidak mengenalnya ketika bersalama
ta maaf karena tidak pernah memerhatikan seluruh karyawanmu. Lagipula, wanitamu itu juga cantik ketika datang ke La Favela
Brielle. Bukan cemburu karena cinta, tetapi aneh sekali menurutnya. Kenapa seorang Leonath
erpercayanya. Andai teman dekatnya ini menghapal betul wajah Brielle, pasti ia akan menemukan tempat tinggal wanita itu secepatnya, tanpa menghitu
bergegas turun dari mobil setelah turun dari kendaraan roda empat yang hanya terdiri dari dua kursi saja. Baru menutup pintu dan berja
ada yang ingin aku bicarakan," ujar Leonathan tanpa m
longo dengan mata terbelalak. Masih menatap Leonathan dengan melotot, Naomi dengan kencang menyahut, "GAR
u untuk meladeni pria berengsek dan kurang ajar sepertimu!" Melemparkan tatapannya sekilat cahaya pada sahabatnya yang lain, N
ih, dibuat tercengang dengan kalimat terakhir Naomi. "Kau tidak tahu di
eberapa hari lalu dan belum pulang." Melewati tubuh Leonathan, Naomi melambaikan tangannya pada taksi online yang sudah ia pesan. Masuk melal
at ke kendaraan roda empat miliknya. Kembali masuk dan duduk di kursi semula, kedua tangannya yang terkepa
isa mencari Brielle di seluruh Bali. Ak
tinggalnya. Naomi bahkan tidak tahu di mana Elle berada!" Mengusap pipi yang kena tamparan, Leonathan sedikit meringi
g kau bi
lajukan kendaraan mahal itu dengan kecepatan rata-rata. Pikirannya sudah melayang ke ma