/0/15718/coverbig.jpg?v=1e03c644b754f5b984b12c4622ca2b6a)
Lizzie adalah tipikal mahasiswi yang sedang berjuang sendiri tanpa dukungan, karena memilih menjadi calon seniman alih-alih menjadi dokter seperti yang ayahnya inginkan. Putus asa lantaran sang ayah menarik dukungan dana untuk biaya kuliah seninya, Lizzie melemparkan dirinya sendiri untuk menghasilkan uang kepada pria asing tampan. Memanfaatkan kekayaan Daxon si Papi gula bisa jadi opsi terbaik, apalagi jika ternyata si Papi gula adalah seorang bujang, bisa sangat diandalkan dan pintar memanjakan.
Daxon bangun perlahan-lahan, mulutnya terasa aneh dan anggota tubuhnya juga terasa begitu berat. Dia menghadap ke arah samping dan berharap melihat ... yang jelas bukan bantal kosong. Dengan kepala yang terasa pening, pria itu mengangkat sedikit beban tubuhnya dengan siku seraya melihat ke sekeliling ruangan. Dia berada di kamar pribadinya, 'kan? Melihat ada laptop dan beberapa situasi yang familiar Daxon langsung berasumsi bahwa dia betul-betul ada di kediamannya.
Dia memperhatikan sekitar sebelum bola matanya memperhatikan ada dua gelas yang berisi sedikit anggur, botolnya bahkan terguling di atas karpet yang menyebabkan nodanya berada disana. Tapi yang menarik perhatian justru adalah sepasang sepatu bertali yang teronggok dan tak pas diantara seluruh kemewahan rumahnya.
Seketika ingatannya mengalir kembali.
Dia membawa pulang seorang gadis semalam, dia juga mengingat bagaimana wanita itu meleleh hanya dengan sedikit sentuhan darinya. Bagaimana rasa bibirnya ketika Daxon membawanya dalam sebuah ciuman. Ya, ciuman yang begitu hangat dari sekian banyaknya ciuman yang pernah dia rasakan seumur hidupnya.
Perempuan yang dia bawa agak sedikit berbeda dengan tipe-nya. Dia lebih pada tipe yang petite, tapi Daxon bersumpah bersedia melakukan apa saja untuknya. Waktu mereka selesai saja dia masih bisa berguling seraya menggodanya untuk ronde tambahan. "Mau melakukannya lagi?"
Tentu saja jawabannya adalah "Jelas, iya."
Tapi siapa dia dan siapa namanya. Daxon berusaha keras mengingatnya.
Tepat dalam kesulitan itu, pintu kamar mandi terbuka dan seorang gadis melangkah keluar dalam kondisi telah berpakaian lengkap seperti semalam. Celana jeans sobek di bagian lutut dan kaos oblong bergambar metalica dengan kemeja kotak-kotak sebagai outer. Gadis itu tersenyum padanya.
Lagi-lagi kilat itu menyambar Daxon lagi.
"Lizzie," sebut Daxon tiba-tiba tanpa bisa sadari.
"Halo, Om tampan," sahut Lizzie mendekat, lalu dengan acuh tak acuhnya dia mengangkat tangan seperti meminta sesuatu, menodong Daxon tidak peduli dengan tatapan tanya yang pria itu arahkan kepadanya. "Mana uangku?"
"Kau mau langsung pergi sepagi ini?"
Sebuah kernyitan muram melintasi wajah mungil gadis itu. "Aku ada kewajiban yang perlu dilakukan. Harusnya aku pergi sejak semalam, jika saja kau sudah memberikanku bayaran."
"Ah," kata Daxon dilanda kekecewaan yang tidak terjelaskan. Tapi kemudian dia sadar akan sesuatu hal yang penting. Tiba-tiba saja dia bisa membaca bahasa tubuh Lizzie yang tegang. Pria itu menyadari betul bahwa tidak ada gunanya mengulur waktu. Dia kemudian menyeret tubuhnya untuk mengambil sesuatu dari celana yang dia kenakan semalam. Mengeluarkan beberapa lembar uang dari dompetnya tanpa dihitung terlebih dahulu.
Lizzie langsung memberinya sebuah ekspresi riang. Diberinya Daxon kecupan singkat sebelum mengambil lembaran uang itu. "Kau tahu? Tadi malam itu malam yang sangat panas, tapi aku tidak berniat untuk memulai sebuah hubungan. Bahkan hubungan kasual sekali pun. Kalau kau tidak keberatan, aku ingin memikirkanmu sebagai imajinasiku ... dan bukan orang sungguhan yang akan berpapasan denganku di tempat umum."
Itu yang pertama. Daxon merasa kagum untuk sesaat. Biasanya dialah yang berusaha untuk meloloskan diri setelah sebuah one night stand sementara para perempuan akan mencoba mengorek informasi pribadinya. Daxon sebetulnya tidak suka dengan situasi terbalik ini, tetapi harga diri yang dia miliki cukup untuk menahan seruan dan meloloskan Lizzie meskipun dirinya masih sangat penasaran pada gadis itu.
"Aku lumayan suka dengan idemu," sahut Daxon.
Lizzie melemparkan kepalanya ke belakang sebelum akhirnya tertawa, seluruh ketegangan akhirnya mereda. Tapi sebelum benar-benar pergi, wanita itu menyempatkan untuk memberinya sebuah ciuman selamat tinggal yang panas.
"Terima kasih untuk yang tadi malam dan tips-nya. Percayalah itu malam yang luar biasa yang pernah aku rasakan seumur hidupku."
Daxon tersenyum. "Aku juga," katanya. Sesungguhnya saat itu dia betul-betul sedang bersungguh-sungguh.
Beberapa saat setelahnya Lizzie mengambil sebuah tas selempang dan mengenakannya sambil meniupkan sebuah kiss bye. "Dah, Om tampan."
"Dah, baby girl."
Kemudian Lizzie menghilang dari balik pintu kamarnya.
"Selamat datang kembali ke realita, kalau begitu," kata Daxon untuk dirinya sendiri.
***
Lizzie menjatuhkan tas selempangnya dengan malas ke lantai. Tubuhnya begitu tidak bertenaga ketika membaringkan diri di atas ranjang. Suara detik jarum jam berdetak konstan, menghipnotis dirinya untuk bergulir menutup mata. Ada hela napas mengisi jeda sebelum kantuk menyerang. Dia betul-betul lelah setelah digempur nyaris semalaman oleh si om-om tampan yang dia temui untuk mendapatkan uang dengan cara mudah di bar.
Padahal hari ini dia ada kelas, tapi tubuhnya terasa lunglai begini. Mungkin saja bolos bisa jadi opsi pilihan. Lagipula sekarang Lizzie punya cukup uang untuk bertahan lebih dari satu bulan. Pria yang dia temui lumayan royal, bahkan Lizzie kaget bukan main saat dia menyodorkan uang dengan jumlah fantastis untuk satu malam.
"Baru pulang kau?"
Setengah mati Lizzie berusaha untuk tidak marah, tapi tetap saja dia menggeram pada akhirnya. Kantuk yang ada jadi memudar, memaksa kedua kelopak mata membuka melirik pada sosok pria yang menjadi teman sekamarnya.
"Ya, Armant?"
Pemuda itu menghela napas, menggosok batang hidungnya dengan sedikit emosional. "Kenapa kau harus bertingkah begini? Ketika kuberi kau kelonggaran kau malah bersikap makin seenaknya."
"Maksudmu apa? apa tidur dipagi hari tidak diperkenankan?"
"Lizzie, kau tahu betul aku sedang membicarakan hal lain. Kau pergi ke bar semalaman dan baru pulang di pagi buta. Aku mengkhawatirkanmu. Kau bisa saja terluka, Lizzie. Kau bahkan tidak menelepon salah satu dari kami untuk mengatakan lokasimu. Kau bisa saja mengalami hal-hal buruk. Tolong kurangi kebiasaanmu itu! tidak baik bagimu untuk keluar malam apalagi kau itu perempuan. Kejahatan kali ini sedang-"
"Oh ayolah Armant!" Lizzie tidak tahan untuk mengeluarkan suara rintihan panjang dan agak keras. Dia seorang pria tapi kenapa omelannya melebihi ibunya sendiri? terkadang ada dimana Lizzie merasa tak tahan dengan sikap Armant yang seperti seorang kepala di rumah ini. Dia tidak banyak berharap sebenarnya, hanya ingin pagi yang damai tanpa harus mendapatkan penghakiman dan omelan yang malas untuk dia dengarkan.
"Aku tidak mabuk-mabukan oke? Aku juga tahu untuk tidak menerima minuman apapun dari orang asing. Kau selalu berulangkali mengatakan hal yang sama padaku sampai aku bosan. Aku bukan orang tolol, Armant, oh ... sial! Kau menghancurkan moodku."
"Kalau begitu berhentilah bertingkah seperti ini."
"Bisakah kau tidak ikut campur dalam kehidupan pribadiku? Aku sudah memiliki orangtua menyebalkan, aku tidak ingin kau juga mengisi daftar itu dihidupku. Aku sudah dewasa! Aku tidak perlu kau yang harus mengasuhku setiap saat!"
"Tapi kau masih saja membuat keputusan yang kekanak-kanakan," kata Armant lagi yang tampaknya masih ingin mendebat Lizzie.
Sungguh, Lizzie tidak pergi ke bar untuk mencari masalah atau setidaknya apa pun yang dipikirkan oleh Armant tentangnya. Dia hanya berakhir disana karena terlalu stress atas penolakan yang diberikan oleh sang ayah dan hendak menarik seluruh dukungan dana untuk keperluan kuliahnya. Dia hanya mencoba untuk melupakan masalahnya sejenak dan mencari nafkah dengan cara yang mudah. Bukankah setiap orang punya titik dimana tidak kuat menahan banyak tekanan dan punya cara untuk masing-masing untuk mengatasi stress? Itulah yang Lizzie sedang lakukan tapi Armant jelas tidak akan bisa mengerti hal itu.
"Kau tidak akan pernah mengerti. Persetan! Sudahlah, jangan ganggu aku!" ungkap Lizzie seraya bergumam, mencoba menghapus sisa amarahnya.
Tapi hanya selang beberapa lama saja Lizzie ditarik dari belakang dan dipeluk dengan lembut. Kedua mata Lizzie membelalak. Tapi dia tahu siapa pelakunya. Orang yang sama yang memberinya luka. Armant. Pria itu memeluknya dengan erat dan membenamkan kepalanya di bahu Lizzie, jika sudah begitu Lizzie hanya bisa menghela napas.
"Maafkan aku, Lizzie aku tidak bermaksud membentakmu. Aku hanya khawatir," ujar pria itu penuh kasih. Sekali lagi Lizzie melebur dan kembali memberi maaf padanya seperti biasa.
"Tidak apa-apa," gumam gadis itu. "Justru aku yang harusnya minta maaf karena telah berteriak padamu."
"Tidak apa-apa." Dia mencium puncak kepala Lizzie dengan sayang lalu melepaskannya. "Aku akan pergi bekerja, semoga harimu menyenangkan ya, Lizzie."
"Ya, terima kasih."
Bukankah selalu seperti itu? bahasa cinta dengan saudara dan keluarga memang terkadang tidak bisa dimengerti. Saling berteriak, saling memaki dan menghakimi lalu diakhir berbaikan kembali. Sebuah pola yang sama dan sudah Lizzie hafal diluar kepala.
Meskipun Armant tidak terhubung karena hubungan darah. Tapi kedekatan mereka justru jauh lebih dari itu. Dia selalu menjadi pelindung untuknya dan sikapnya yang seperti itu adalah bukti bahwa dia menyayanginya. Walau kadang berlebihan dan Lizzie muak juga.
Setelah sendirian di rumah, tiba-tiba Lizzie mendapati notifikasi dari ponselnya. Dia membuka dan menemukan pesan yang masuk ke kotak masuknya.
Jangan lupa hari ini ada kelas psikologi kriminal. Aku dengar hari ini professor mengundang narasumber khusus untuk studi kasus dan katanya, dia sangat tampan. Kau pasti akan terkesima saat sudah melihatnya nanti.
Siapa pun orangnya, sepertinya tahta pria maskulin paling tampan dalam memori Lizzie masih dipegang oleh Daxon. Si om-om senangnya yang sudah memberi dia uang tunai dengan jumlah fantastis.
"Kalau hari ini aku bertemu dengannya lagi, kurasa akan lucu. Aku tidak pernah dapat pengalaman begitu, hah ... apa kami bisa bertemu lagi ya?"
WARNING MATURE CONTENT!!! Setelah mengalami silent treatment dari pacarnya. Satu waktu Angga diberi kesempatan bertemu. Pemuda itu langsung bersiap all out saat itu juga. Membeli bunga untuk sang kekasih dan juga menyiapkan cincin untuk melamarnya. Namun tidak dia duga, harapan untuk menjadikan sang kekasih sebagai miliknya sirna sudah lantaran dia justru meminta putus. Putus asa dengan kehidupannya, Angga dihubungi oleh Doni sahabat yang usianya sedikit lebih tua. Dia menelepon untuk meminta bantuan. Tapi siapa sangka, bantuan tersebut justru malah menyeret Angga dalam sebuah petualang yang tidak dia pernah sangka. "Pekerjaan ini cocok untuk pria yang sedang patah hati," kata Doni padanya saat pertama kali menawari Angga. "Kau pikir aku gigolo?" "Coba dulu saja, bayarannya menggiurkan. Dengan ini kau bisa punya banyak uang sekaligus kenikmatan. Jadi kita sepakat?"
WARNING!!!! MATURE CONTENT Setiap malam Lucy mengganti identitasnya menjadi Rose sang primadona klub malam di pinggiran kota. Meski dia dicap sebagai pelacur tetapi faktanya, Lucy tidak pernah tidur dengan pria mana pun meski dirinya ditawar dengan harga cukup tinggi. Sementara itu Rookie sang playboy yang tidak pernah ditolak tidur dengan siapa pun merasa tertantang untuk menaklukan sang primadona klub. Tetapi kemudian tidak disangka mereka berdua justru dipaksa untuk menghadapi sebuah kenyataan, pilihan takdir. Melanjutkan kisah lama yang tidak sempat dirajut atau melanjutkan hidup dengan melepaskan perasaan masing-masing.
WARNING MATURE CONTENT! AREA 21+ Pembaca di bawah umur dilarang mampir, harap menepi dan lebih bijak mencari bacaan lain. Jeff seorang Playboy jatuh cinta pada pandangan pertama saat pesta topeng di kafe-nya. Hubungan keduanya terjalin setelah mereka terlibat situasi panas dan menjadi sepasang kekasih pada akhirnya. Namun Anna rupanya tidak cukup waspada terhadap Jeff, sebab pria itu sudah menyiapkan serangkaian daftar hal yang akan mereka lakukan sebagai sepasang kekasih yang tentunya akan menyalakan gairah satu sama lain di setiap kesempatan yang tidak pernah Anna duga.
Warning 21+ (Mature content) Chika adalah seorang gadis yang baru saja direkrut untuk bekerja sebagai asisten untuk seorang penulis novel romantis terkenal bernama Jack Jeagerjaques. Tetapi siapa sangka kesan pertama pertemuan mereka diluar dugaan, karena Chika mendapati bos barunya sedang bercinta dengan seorang wanita di dapur. Kejadian itu menjadi cikal bakal bagi Chika menandai Jack sebagai seorang pria mesum yang haus belaian. Dia terancam akan menjadi mangsa selanjutnya jika saja Chika tidak berhati-hati dan waspada terhadap pesona maskulin yang Jack miliki. To : Chichi My love, My life, My Inspiration.
Tak ada satu pun cara menjadi ibu yang sempurna. Namun ada banyak cara untuk menjadi ibu yang baik. Jika merayumu dapat mengembalikan putraku dan membuat mereka aman, maka aku akan melakukannya tidak peduli resiko seperti apa yang harus aku tanggung. Kamu harus tahu bahwa aku bukanlah seorang perempuan berhati emas yang pantas untuk kau cintai sepenuh hati. Aku hanyalah perempuan egois jika menyangkut kedua anakku. Lagipula bukankah sebelumnya kita memang tidak saling mengenal? Jadi ketika kita kembali asing itu bukanlah masalah. Malah, mungkin lebih baik begini. Melepasku adalah cara terbijak bagimu untuk mencintaiku. Bencilah aku karena aku sudah memperalatmu, dan lupakanlah aku. Kau seorang pemuda yang baik, karena itulah kau pantas bersama dengan gadis yang sama baiknya. Bukan janda beranak dua yang licik sepertiku.
Saat itu tahun 1941, untuk pertama kalinya Jean menginjakan kaki di halaman depan rumah seorang janda bekas istri orang Belanda. Untuk pertama kalinya pula, Jean mendapatkan firasat bahwa dia tidak perlu berkelana kemana pun lagi. Sebab wanita Bernama Camila tersebut memberikan dia sebuah kesempatan untuk merasakan kembali menjadi manusia seutuhnya dengan penerimaan yang hangat meskipun Jean telah mengaku bahwa dia adalah seorang mantan narapidana atas kasus pembunuhan. Sayangnya, Camila tidak tahu bahwa orang yang dibunuh oleh Jean adalah suaminya sendiri. Saat dia tahu justru, segalanya sudah serba terlanjur. Jean terlanjur menganggap Camila sebagai rumah yang dia cari dan dia rindukan. Sementara Camila terlanjur menganggap bahwa Jean adalah seorang ayah pengganti yang pantas untuk anak-anaknya
"Tanda tangani surat cerai dan keluar!" Leanna menikah untuk membayar utang, tetapi dia dikhianati oleh suaminya dan dikucilkan oleh mertuanya. Melihat usahanya sia-sia, dia setuju untuk bercerai dan mengklaim harta gono-gini yang menjadi haknya. Dengan banyak uang dari penyelesaian perceraian, Leanna menikmati kebebasan barunya. Gangguan terus-menerus dari simpanan mantan suaminya tidak pernah membuatnya takut. Dia mengambil kembali identitasnya sebagai peretas top, pembalap juara, profesor medis, dan desainer perhiasan terkenal. Kemudian seseorang menemukan rahasianya. Matthew tersenyum. "Maukah kamu memilikiku sebagai suamimu berikutnya?"
Setelah menyembunyikan identitas aslinya selama tiga tahun pernikahannya dengan Kristian, Arini telah berkomitmen sepenuh hati, hanya untuk mendapati dirinya diabaikan dan didorong ke arah perceraian. Karena kecewa, dia bertekad untuk menemukan kembali jati dirinya, seorang pembuat parfum berbakat, otak di balik badan intelijen terkenal, dan pewaris jaringan peretas rahasia. Sadar akan kesalahannya, Kristian mengungkapkan penyesalannya. "Aku tahu aku telah melakukan kesalahan. Tolong, beri aku kesempatan lagi." Namun, Kevin, seorang hartawan yang pernah mengalami cacat, berdiri dari kursi rodanya, meraih tangan Arini, dan mengejek dengan nada meremehkan, "Kamu pikir dia akan menerimamu kembali? Teruslah bermimpi."
Aku mengira, kalo ini hanya mimpi. Atau kalo enggak, ini hanya prank sebagai kejutan ulang tahunku yang ke delapan belas. Tapi ternyata, ini realita pahit yang harus kuterima. Aku terpaksa menerima pernikahan ini, dengan seorang laki-laki berumur yang sama sekali belum kukenal sebelumnya. "Kamu bisa masak?" tanyanya. "Bisa." "Saya jarang masak disini. Jadi kamu bisa masak kalo lapar, atau kamu bisa delivery. Ini kartu kredit dan ATM buat kamu," Aku menoleh, melihat David meletakkan dua kartu itu di atas meja rias. "Aku nggak butuh kartunya deh," kataku sambil bangkit. David mengernyit. "Kasih duit aja. Keperluanku nggak seberapa. Susah juga kalo pake itu buat beli pentol, abangnya bingung mau gesek kemana," "Kamu bisa ambil pake ATM, berapapun kamu mau, kapan pun. Zaman sekarang tuh udah mudah, nggak perlu lagi bawa duit kemana-mana," "Kamu janji mau ngurusin aku kan?" tanyaku. "Itu emang janji saya," "Kalo gitu jangan nyusahin aku. Tinggal kasih aku duit nyata, apa susahnya sih," dengusku. Apa yang bisa kuharapkan dari pernikahan yang nggak kuinginkan ini? Bahagia, atau aku hanya sengsara. Apalagi, seorang laki-laki bernama Dinar datang dan dengan bangga mengatakan kalo dirinya sanggup menungguku sampai aku menjanda.
"Jodoh itu rahasia Allah. Allah pertemukan kita pada orang yang salah pada awalnya dan mempertemukan kita dengan jodoh yang sesuai pada akhirnya. Itulah tanda Allah sayang pada hamba-Nya." Ini kisah tentang Sabrina. Seorang gadis yang selalu menyelipkan nama seseorang dalam doanya. Berharap bahwa nama itulah yang akan menjadi imamnya kelak. Namun takdir berkata lain saat sang ayah memintanya untuk menikah dengan seorang lelaki bernama Agam. Ya. Sabrina dan Agam. Dua orang yang sebelumnya tidak saling mengenal. Namun dipaksa saling mencintai karena sebuah ikatan yang bernama pernikahan. Pada akhirnya, bisakah Sabrina melupakan masa lalunya dan mulai mencintai Agam? ***** Kepoin instagram author juga : @iney_calysta
Pelan tapi pasti Wiwik pun segera kupeluk dengan lembut dan ternyata hanya diam saja. "Di mana Om.. ?" Kembali dia bertanya "Di sini.." jawabku sambil terus mempererat pelukanku kepadanya. "Ahh.. Om.. nakal..!" Perlahan-lahan dia menikmati juga kehangatan pelukanku.. bahkan membalas dengan pelukan yang tak kalah erat. Peluk dan terus peluk.. kehangatan pun terus mengalir dan kuberanikan diri untuk mencium pipinya.. lalu mencium bibirnya. Dia ternyata menerima dan membalas ciumanku dengan hangat. "Oh.. Om.." desahnya pelan.
Setelah malam yang penuh gairah, Viona meninggalkan sejumlah uang dan ingin pergi, tetapi ditahan oleh sang pria. "Bukankah giliranmu untuk membuatku bahagia?" Viona, selalu menyamar sebagai wanita jelek, tidur dengan om tunangannya, Daniel, untuk melarikan diri dari pertunangannya dengan tunangannya yang tidak setia. Daniel adalah sosok yang paling dihormati dan dikagumi di kota. Kabar tentang petualangan romantisnya beredar, beberapa mengatakan mereka melihatnya mencium seorang wanita di dinding dan yang lain menyebutnya gosip. Siapa yang bisa menjinakkan hati Daniel? Kemudian, yang mengejutkan, Daniel ketahuan membungkuk untuk membantu Viona mengenakan sepatu, semata-mata demi mendapatkan ciuman darinya!