Lizzie akan kena masalah. Padahal kelas itu tidak ada hubungannya dengan jurusan seni yang diambil. Hanya buang waktu
ara untuk kelas kali ini, Lizzie merasa kelasnya padat dan sesak. "Oh sial ... apa aku harus duduk dilantai sekarang? kenapa pula tiba-tiba ora
zzi
, ekspresi mukanya langsung meringis be
kat. Senyuman gadis itu terlalu menawan, membuat Lizzie tidak sanggup menolak ketulusannya yang murni. Alhas
ya gosip itu benar. Kelas ini jadi ses
ah Levin yang membuat wajah setengah bosan. "Hei, a
ia tidak mau ikut kelas ini, tapi aku memaksa karena aku pikir justru ini akan bermanfaat baginya. Apalagi dari yang kudengar mereka
itu," kata Levin menjawab kekasihnya sambil menguap. "M
cukup menarik perhatian si pemuda kepadanya. "Lagipula aku benar-benar penasa
g lebih tahu apa yang dipikirkan oleh si pemuda disebelahnya. Kira-kira seperti 'Kalau aku
a boleh dibilang. Marie memang bukan tipikal mahasiswi yang masuk jajaran terpintar se-universitas, tapi semua orang menyukainya. Lizzie pernah dengar
al itu didepan kekasihnya tapi di depan Lizzie jelas-jelas Levin menyatakan keras-keras soal impiannya itu. Obrolan yang mengalir begitu saja setelah mereka tidur bersama. Ya, Lizzie tahu bah
ah. Gadis itu menggigit bibir bawahnya malu-malu sambil melirik wajah kekasihnya. Le
setelah sang Professor menempati posisinya di depan. Samar dia mendengar wanita itu bilang tentang pembicara yang akan mengisi kelasnya
hkan perhatianmu
urkan, mulai dari ujung rambutnya yang di semir rapi hingag ujung sepatu kulitnya yang mengkilap. Bagaimana bisa pria itu berdiri dikelasnya sebagai pembicara pula? Lizzie menatap pria i
. Apalagi pagi ini dia sudah bersikap seperti seorang femme fatal, padahal kenyataannya
at kedua tangannya seraya bersandar di meja. Pembawaan pria itu agak berbeda dengan y
da meja yang mereka tempati. Oh, sial. Lizzie tidak punya pilihan selain m
s meja sebelum kemudain menghantamkannya ke atas buku sketsanya. "Kenapa, jad
ndangannya ke depan. Saat itulah, pandangan mata mereka bertemu. Lizzie tidak ingin berperasangka bahwa Daxon memang sejak awal menatapnya dan bukan pada Ma
emutar film. Daxon yang membelikannya minuman, Daxon yang menyeret dia kerumahnya, Daxon yang dihisapnya, Daxon yang menyentuhnya seolah dia adal
ngga usai. Semua orang mulai mengemasi barang mereka. "Sampai jumpa nanti, Lizzie sayang," ujar Marie yang langsung beringsut d
a berdiri dalam p
dirinya sendiri untuk menetralisir kegugupan
i sukarelawan untuk itu, ak
zie, menatap kea