Semuanya berawal dari Silvana yang mengajak Jiyya bergosip ria soal siapa pria yang paling seksi di kampus mereka. Silvana bahkan dengan keras-keras mengklasifikasian pria mana saja yang mumpuni untuk dia bawa ke atas ranjang. Sampai ketika dia menyebut nama Sir Leon, Jiyya kontan panik karena itu nama dosen mereka. Bukannya malu, gadis itu malah punya tekad baja ingin menaklukan sang dosen muda dan mengajaknya one night stand. Tapi sayangnya, Silvana tidak ingin tercebur sendirian. Dia bahkan mendekatkan sahabatnya itu dengan Sir Joan yang juga adalah dosen muda yang punya riwayat sebagai kenalan lama Jiyya. Lantaran dia ingin Jiyya move on dari cinta pertamanya. Mampukah Silvana menaklukan Sir Leon? Berhasilkah rencana Silvana untuk mendekatkan Jiyya dengan Sir Joan?
"Kau tahu siapa yang paling seksi di kampus kita?"
Jiyya enggan menjawab, karena itu dia lebih memilih untuk menghembuskan napas berat alih-alih mau meladeni. Bukan sekali dua kali sahabatnya akan mengangkat topik membosankan ini sebagai pembuka pembicaraan sebelum mengikuti mata kuliah yang memusingkan. Adalah Silvana, teman sejak kecilnya yang doyan sekali mengurutkan siapa orang yang paling seksi dilingkungan mereka dan yang paling mungkin menjadi deretan teratas pria yang ingin diajak tidur olehnya.
Tidak seperti Silvana, meski mereka lengket Jiyya adalah si gadis konservatif yang masih mempertahankan bahwa seks harus dilakukan setelah menikah. Dia tidak bisa membayangkan dirinya berada dibawah seorang lelaki tidak dikenal demi memuaskan hasrat biologi dalam satu malam. Tidak! Jiyya bukan tipikal perempuan seperti itu.
"Ayo tebak!" Sekali lagi Silvana memaksanya.
"Louise?"
"Salah, jawabannya Sir Leon!" sahut Silvana sambil tertawa ketika melihat Jiyya melonjak dengan ekspresi bodohnya.
"Silvana!" Jiyya menegurnya. "Jangan sekali-kali berkata begitu didepan oranglain, atau orang-orang akan berpikir buruk tentangmu," lanjut Jiyya sekali lagi.
"Kau harusnya lihat wajahmu sekarang, lucu sekali." Sedetik kemudian Silvana berhenti tertawa kemudian menyeringai. "Lagipula siapa yang akan berpikir, kan hanya ada kau dan aku disini," tutup gadis itu tanpa dosa.
Jiyya hanya bisa mendesah lelah. Terkadang Silvana akan makin menjadi bila ditanggapi, dia tipe gadis yang terbilang provokatif dan mampu berpikir hal-hal gila diluar nalarnya.
"Terserah, aku tidak mau ikut campur dalam pikiranmu yang diluar antariksa itu."
"Hei, memangnya apa pula pikiran buruk yang muncul dibenakmu saat pertama kali dengar pendapatku mengenai Sir Leon?" Lihat, dia malah makin bersemangat. Dia tidak peduli pada Jiyya yang sudah menyerah lebih dulu karena sudah tahu perangai buruk sahabatnya yang satu ini.
"Dia dosen kita."
"Memangnya kenapa? Toh memang Sir Leon itu orangnya atraktif dia seksi dan menggoda."
"Dia terlalu tua untukmu!" Jiyya memberenggut tidak setuju. Dia hanya punya kesan si perokok berat, dan janggut tipis dari Sir Leon. Tidak lebih dari itu. Makanya Jiyya heran darimana sahabatnya ini mengkategorikan Sir Leon dengan sebutan atraktif.
"Usia bukan halangan untuk cinta, sayangku." Sekali lagi Jiyya melihat seringai tidak menyenangkan dari sahabatnya. "Laki-laki yang lebih tua itu lebih berpengalaman," celetuknya lagi sambil dibumbui tawa. Jiyya menyerah dengan pemikiran liar sahabatnya.
"Laki-laki yang lebih dewasa lebih berpengalaman? Bagaimana kau tahu soal itu?" Jiyya memutar matanya, dia lebih memilih mencemooh kata-kata yang diucapkan Silvana yang menurutnya sangat amat ambigu.
Silvana hanya menggelengkan kepalanya sambil menjulurkan lidah. "Kau tidak akan paham sampai kau melepaskan keperwananamu itu. Terima saja kenyataannya kalau kau itu seorang perawan kesepian."
Jiyya mendengus. "Menjadi perawan lebih baik daripada menjadi seorang pelacur," jawab Jiyya sarkas.
"Oho! Apa itu?" sindir Silvana. "Mau berlagak jadi so suci didepan mukaku?"
"Kau kan tahu sendiri prinsip hidupku."
Silvana memutar matanya, sambil mendecakan lidah. "Ya, aku tahu. Tapi aku hanya merasa hidupmu terasa begitu membosankan. Maksudku cobalah untuk bercinta dengan seseorang."
"Ogah!"
"Bilang saja kau cuma mau melakukannya dengan si Bestian-mu. Itu kan maksud ogahmu?" Silvanna mencela lagi, membawa nama pria yang adalah cinta pertama sahabatnya yang masih menjadi pria pemegang tahta dihati Jiyya. Tapi setelah itu dia menyeringai jahil sambil mengangkat alisnya. "Tapi kau yakin tidak ingin menjadi berpengalaman untuk Bestian?"
Wajah Jiyya kontan memerah. "Hei, kau terlalu frontal! Gila ya!"
Silvanna terkekeh. "Well, begini-begini kau sebenarnya bisa menjadikan aku gurumu. Aku kan gadis yang telah berhasil tidur dengan sebagian besar pemuda hot di kampus kita. Cara terbaiknya ya kau harus tidur dengan orang yang lebih tua untuk mendapatkan pengalaman yang lebih memuaskan dan tidak terlupakan."
Jiyya mendongak, memberikan tatapan tak percaya terhadap Silvanna. Pria tukang angkut, petugas kebersihan kampus, tukang parkir, dan beberapa pedagang kaki lima langganan mereka, malah berenang dikepalanya sebagai gambaran. Jiyya bergidik ngeri, sementara Silvana yang sudah paham mengenai isi otak sahabatnya cuma bisa menghela napas panjang.
"Jiyya, jelas aku sedang tidak membicarakan soal pria tua bangka atau kakek tua. Maksudku seseorang yang menarik, seseorang yang kau kenal dan kau hormati. Biar aku coba bantu memberikan gambarannya untukmu." Silvana terlihat serius, tapi sebelum gadis itu mengatakan apa yang ada didalam kepalanya. Jiyya sudah lebih dulu tahu siapa yang dia maksudkan.
"Sir Joan!"
"Tidak!"
"Ya, dia sempurna."
"Tidak!" Jiyya mengulang.
"Kenapa tidak?" tanya Silvana. "Kau harus memberikanku alasan yang bagus, kalau bisa kuterima aku akan diam."
"Dia dosen kita."
"Next."
"Dia sudah tua."
"Tua sama dengan berpengalaman."
"Tidak selalu!"
Silvana mengangkat sebelah alisnya. "Apa kau sedang mencoba meyakinkanku bahwa Sir Joan belum pernah menjelajahi tubuh perempuan dengan performanya yang segahar itu?"
"AH!" Jiyya menutup kedua telinganya dengan tangan. "Silvana!"
Silvana hanya tertawa sembari menyenggol bahu sahabatnya lagi. "Ada alasan lain? atau kau sudah menyerah?"
"Sudahlah!" Jiyya protes, dia tidak mau mengalah tapi dia memang kehilangan alasan yang bagus untuk menolak fakta itu.
"Nah, sekarang kau punya alasan untuk mencari tahu. Anggap saja sebagai sebuah percobaan."
Jiyya menggeleng tegas. "Aku tidak peduli tentang apa yang kau katakan. Intinya aku tidak akan mengejar Sir Joan!"
"Mengejar saya? Apa ini Jiyya? Kamu punya rencana apa sampai mau mengejar saya?"
Mampus! Tepat ketika Jiyya mendengar suara halus dibelakang punggungnya, gadis itu langsung menegang. Bahkan Silvana si kompor juga tidak mengira akan mendapati Sir Joan langsung saat mereka sibuk menggunjing soal dosen tampan mereka.
Mereka berdua kini berbalik untuk menyaksikan sosok pria itu secara utuh. Mata Sir Joan benar-benar hanya tertuju pada Jiyya saat ini.
Wajah Jiyya kontan merah padam, dia tidak tahu harus berkata apa. Sehingga sebagai gantinya Jiyya meminta pada Silvana untuk membantunya.
"Bantu aku," bisiknya putus asa. Tapi Silvana seolah acuh tak acuh. Membuat Jiyya harus angkat bicara untuk menyelamatkan reputasinya sendiri.
"Uh, saya tidak akan mengejar Sir Joan sampai ke toilet meski saya butuh tanda tangan Anda?" Silvana tidak bisa menahan diri mendengar Jiyya yang sedang membuat alasan pada Sir Joan. Gadis itu berusaha keras untuk tidak tertawa, tapi dia gagal. Jiyya berharap dia bisa menggali lubang ke dasar tanah karena ini benar-benar sangat memalukan. Apalagi ketika mereka berdua melihat Sir Joan hanya mengangkat alisnya.
"Begitukah?" tutur pria itu halus. "Jiyya, bisakah saya bertanya kenapa kamu harus membicarakan tentang perumpaan yang seburuk itu?"
Jiyya membeku, melihat sahabatnya hampir mati karena dipojokan oleh dosen tampan mereka. Silvana yang sudah bisa menguasai dirinya, kembali mencoba untuk mencairkan suasana yang terlanjur jadi canggung. "Maaf Sir Joan, tapi Jiyya adalah seorang wanita dewasa. Sangat tidak sopan untuk bertanya soal hal personal padanya, lagipula dia tidak berkewajiban untuk bicara terus terang tentang apapun yang ada didalam benaknya pada anda meskipun anda sangat penasaran tentang itu." Sebelum Sir Joan mencoba untuk buka suara, Silvana cepat-cepat mengganti topik dengan sangat smooth. Mengalihkan pembicaraan juga adalah sisi baik dari gadis itu. "Dan apa yang sedang Sir Joan lakukan? Anda baru datang ?"
"Ya, begitulah. Tapi ada barang saya yang ketinggalan jadi saya bermaksud mengambilnya lagi di mobil saya."
Sungguh, saat Sir Joan bicara. Jiyya diam-diam memperhatikannya. Dosen-nya itu punya tubuh yang tegap dan tinggi ketika sedang berdiri dihadapan mereka sekarang. Terlepas dari kenyataan bahwa saat ini pria itu mengenakan masker yang menutupi sebagian dari wajahnya. Tapi, cukup jelas bagi Jiyya untuk mengkategorikan bahwa rahang pria itu begitu kuat tegas. Begitu pula lehernya, lengannya, dan tubuhnya yang terisi dengan otot-otot sempurna yang sedikit tercetak dibalik kemeja berwarna hitam yang dia kenakan.
Wajah Jiyya mendadak merah apalagi menyadari saat rambut pria itu sedikit acak-acakan pagi ini. Sebuah visualisasi dalam imaji penuh kekurang ajaran langsung terlintas didalam pikirannya. Tapi Jiyya yang waras kontan menepisnya cepat-cepat. Dia tidak boleh memikirkan wajah dosen tampannya ini dalam keadaan 'itu'.
"Jiyya?"
"Ah ya Sir?"
"Saya dengar dari Dean dia ingin mengundang kita untuk makan malam bersama. Saya harap kamu bisa datang."
Ah? Dia tahu? Meski bertanya-tanya darimana dosennya ini tahu soal itu. Jiyya hanya menganggukan kepalanya. "Saya akan usahakan."
Sir Joan menelengkan kepala seraya memejamkan matanya setelah itu dia kemudian pamit dan kemudian meninggalkan mereka berdua.
Silvana menunggu beberapa saat sampai dia memastikan Sir Joan berajak agak jauh dari mereka berdua. Dia tidak mau kedapatan sedang menggosip lagi, walaupun tentunya bukan hal yang penting bagi seorang dosen yang punya urusan lebih penting dibandingkan mendengarkan gossip diantara para gadis. Tapi setidaknya ini untuk meminimalisir kejadian yang baru saja menimpa mereka.
"Sialan kau Silvana!"
Jiyya mengumpat, tapi Silvana malah tersenyum lebar.
"Hei, rambutnya Sir Joan terlihat berantakan ya." Dia mulai cekikikan. Membuat Jiyya teringat kembali atas visualisasi kotornya beberapa saat yang lalu. "Sepertinya Sir Joan terlihat seperti habis melakukan itu, dia juga terlihat lebih cerah dan tampan hari ini. Wah... aku jadi ingin tahu siapa wanita yang beruntung merasakan kehangatan tubuhnya semalam."
Jiyya kontan menjerit memukul lengan Silvana dengan buku tebalnya. "Diam! Jangan ajak aku bicara lagi. Dasar perempuan mesum!" Jiyya mendengking, namun tanpa dia sadari lirikan matanya justru malah mengarah pada sang dosen yang kini sudah memasuki bangunan kampus.
Yeah, siapa kira-kira wanita yang beruntung itu? pikir Jiyya.
Namun sebelum dia menghayal lebih jauh lagi. Satu tamparan Jiyya berikan pada dirinya sendiri. Hebat. Baru beberapa menit bicara dengan Silvana dia sudah tertular kemesuman temannya.
Silvana berhasil mempengaruhi akal sehatnya.
"Hei kenapa kau menampar wajahmu sendiri?"
"Supaya tetap waras."
WARNING!!!! MATURE CONTENT Setiap malam Lucy mengganti identitasnya menjadi Rose sang primadona klub malam di pinggiran kota. Meski dia dicap sebagai pelacur tetapi faktanya, Lucy tidak pernah tidur dengan pria mana pun meski dirinya ditawar dengan harga cukup tinggi. Sementara itu Rookie sang playboy yang tidak pernah ditolak tidur dengan siapa pun merasa tertantang untuk menaklukan sang primadona klub. Tetapi kemudian tidak disangka mereka berdua justru dipaksa untuk menghadapi sebuah kenyataan, pilihan takdir. Melanjutkan kisah lama yang tidak sempat dirajut atau melanjutkan hidup dengan melepaskan perasaan masing-masing.
WARNING MATURE CONTENT! AREA 21+ Pembaca di bawah umur dilarang mampir, harap menepi dan lebih bijak mencari bacaan lain. Jeff seorang Playboy jatuh cinta pada pandangan pertama saat pesta topeng di kafe-nya. Hubungan keduanya terjalin setelah mereka terlibat situasi panas dan menjadi sepasang kekasih pada akhirnya. Namun Anna rupanya tidak cukup waspada terhadap Jeff, sebab pria itu sudah menyiapkan serangkaian daftar hal yang akan mereka lakukan sebagai sepasang kekasih yang tentunya akan menyalakan gairah satu sama lain di setiap kesempatan yang tidak pernah Anna duga.
Warning 21+ (Mature content) Chika adalah seorang gadis yang baru saja direkrut untuk bekerja sebagai asisten untuk seorang penulis novel romantis terkenal bernama Jack Jeagerjaques. Tetapi siapa sangka kesan pertama pertemuan mereka diluar dugaan, karena Chika mendapati bos barunya sedang bercinta dengan seorang wanita di dapur. Kejadian itu menjadi cikal bakal bagi Chika menandai Jack sebagai seorang pria mesum yang haus belaian. Dia terancam akan menjadi mangsa selanjutnya jika saja Chika tidak berhati-hati dan waspada terhadap pesona maskulin yang Jack miliki. To : Chichi My love, My life, My Inspiration.
Tak ada satu pun cara menjadi ibu yang sempurna. Namun ada banyak cara untuk menjadi ibu yang baik. Jika merayumu dapat mengembalikan putraku dan membuat mereka aman, maka aku akan melakukannya tidak peduli resiko seperti apa yang harus aku tanggung. Kamu harus tahu bahwa aku bukanlah seorang perempuan berhati emas yang pantas untuk kau cintai sepenuh hati. Aku hanyalah perempuan egois jika menyangkut kedua anakku. Lagipula bukankah sebelumnya kita memang tidak saling mengenal? Jadi ketika kita kembali asing itu bukanlah masalah. Malah, mungkin lebih baik begini. Melepasku adalah cara terbijak bagimu untuk mencintaiku. Bencilah aku karena aku sudah memperalatmu, dan lupakanlah aku. Kau seorang pemuda yang baik, karena itulah kau pantas bersama dengan gadis yang sama baiknya. Bukan janda beranak dua yang licik sepertiku.
Lizzie adalah tipikal mahasiswi yang sedang berjuang sendiri tanpa dukungan, karena memilih menjadi calon seniman alih-alih menjadi dokter seperti yang ayahnya inginkan. Putus asa lantaran sang ayah menarik dukungan dana untuk biaya kuliah seninya, Lizzie melemparkan dirinya sendiri untuk menghasilkan uang kepada pria asing tampan. Memanfaatkan kekayaan Daxon si Papi gula bisa jadi opsi terbaik, apalagi jika ternyata si Papi gula adalah seorang bujang, bisa sangat diandalkan dan pintar memanjakan.
Saat itu tahun 1941, untuk pertama kalinya Jean menginjakan kaki di halaman depan rumah seorang janda bekas istri orang Belanda. Untuk pertama kalinya pula, Jean mendapatkan firasat bahwa dia tidak perlu berkelana kemana pun lagi. Sebab wanita Bernama Camila tersebut memberikan dia sebuah kesempatan untuk merasakan kembali menjadi manusia seutuhnya dengan penerimaan yang hangat meskipun Jean telah mengaku bahwa dia adalah seorang mantan narapidana atas kasus pembunuhan. Sayangnya, Camila tidak tahu bahwa orang yang dibunuh oleh Jean adalah suaminya sendiri. Saat dia tahu justru, segalanya sudah serba terlanjur. Jean terlanjur menganggap Camila sebagai rumah yang dia cari dan dia rindukan. Sementara Camila terlanjur menganggap bahwa Jean adalah seorang ayah pengganti yang pantas untuk anak-anaknya
Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."
Kemudian Andre membuka atasannya memperlihatkan dada-nya yang bidang, nafasku makin memburu. Kuraba dada-nya itu dari atas sampah kebawah melawati perut, dah sampailah di selangkangannya. Sambil kuraba dan remas gemas selangkangannya “Ini yang bikin tante tadi penasaran sejak di toko Albert”. “Ini menjadi milik-mu malam ini, atau bahkan seterusnya kalau tante mau” “Buka ya sayang, tante pengen lihat punya-mu” pintuku memelas. Yang ada dia membuka celananya secara perlahan untuk menggodaku. Tak sabar aku pun jongkok membantunya biar cepat. Sekarang kepalaku sejajar dengan pinggangnya, “Hehehe gak sabar banget nih tan?” ejeknya kepadaku. Tak kupedulikan itu, yang hanya ada di dalam kepalaku adalah penis-nya yang telah membuat penasaran seharian ini. *Srettttt……
Seto lalu merebahkan tubuh Anissa, melumat habis puting payudara istrinya yang kian mengeras dan memberikan gigitan-gigitan kecil. Perlahan, jilatannya berangsur turun ke puser, perut hingga ke kelubang kenikmatan Anissa yang berambut super lebat. Malam itu, disebuah daerah yang terletak dipinggir kota. sepasang suami istri sedang asyik melakukan kebiasaan paginya. Dikala pasangan lain sedang seru-serunya beristirahat dan terbuai mimpi, pasangan ini malah sengaja memotong waktu tidurnya, hanya untuk melampiaskan nafsu birahinya dipagi hari. Mungkin karena sudah terbiasa, mereka sama sekali tak menghiraukan dinginnya udara malam itu. tujuan mereka hanya satu, ingin saling melampiaskan nafsu birahi mereka secepat mungkin, sebanyak mungkin, dan senikmat mungkin.
Jeslin pulang untuk mengunjungi orang tua dan dan menghadiri pernikahan kakak perempuan nya, tapi siapa sangka malam pertama yang seharusnya menjadi malam pertama kakak perempuan nya menjadi malam pertama diri nya dan Kakak iparnya, dia di rudalpaksa dan kehilangan keperawanan nya, dia dipaksa melayani gairah kakak ipar nya yang gila. Setelah malam itu hidup nya tidak baik-baik saja, dia ingin melupakan nya tapi kakak ipar nya tidak mengizinkan dia melupakan nya, semakin dia mencoba untuk lepas dari genggaman kakak ipar nya, semakin gila laki-laki tersebut menggenggam dirinya.