g duduk disebelahnya (yang sepertinya pemuda bobrok itu tidak memahami situasi sama sekali) dan Jiyya yang duduk disebelah Dean. Gadis itu tidak banyak bicara dan hanya mengaduk-ngaduk kuah
pan bersalah kearahnya, seakan dia baru saja melaku
an itu terus memaksaku untuk mengik
engenal orang yang di maksud sebab bisa dibilang pria itu memang menjadi guru pribadi dari
cokol dengan kisah-kisahnya supaya bisa membantunya keluar dari situasi dimana dia terlalu peka untuk paham bahwa sejak tadi Jiyya terus saja melemparkan pandangan tak biasa. Pandangan yang membuat Joan merasa ada yang
matanya yang penuh dengan binar cerah. Alis Joan berkerut, mata mereka bertemu tapi secepat kilat air muka gadis itu
emiliki banyak pengalaman mengajar sejak dia berusia dua puluhan, dan meskipun sikapnya acuh tak acuh tapi bukan
ampus sudah tahu, bila Joan tidak akan pernah masuk dalam perhitungan sebagai seorang laki-laki yang akan Jiyya
pnya. Jujur saja Joan lebih sering menghabiskan malam yang panas dengan yang lebih tua. Sebab dengan yang lebih tua Joan lebih bisa mengatasi nafsu mereka. Tapi dengan yang lebih muda? T
bahkan dia bertaruh dia akan menjadi seorang wanita matang yang mempesona dalam beberapa tahun kedepan. Sorot matanya yang penuh kebijaksanaan dan perhitungan, bersanding dala
kecil. Bangir? Barangkali itu penggambaran paling mendekati, pipinya terlihat be
nnya. Joan punya tugas untuk membantunya meraih masa depan yang lebih gemilang. Alih-alih menatapnya dengan tatapan mesum dan menatapnya dari sudut pan
i bahwa ya, dada gadis itu memang lebih kecil daripada segelintir mahasiswi yang pernah kedapatan menggodanya. Tapi ketidaksempurnaan itu tidak mengurangi nilai
gah jalan kemudian memandangi gadis yang duduk d
justru suka dengan efek ini terhadap gadis itu. Joan
nya dan berdiri. Sebelum Joan maupun Dean
an Jiyya dengan ekspres
u saja terjadi? Apa kit
n bangun dari kursinya juga. "Kamu akan membayar
nggil untuk acara reuni kecil-kecilan mereka. "Tapi bagaimana dengan bagianmu
amu. Kamu bisa menyelesaikannya bah
yakan soal perut padaku. Sir Joan." Dean mengangkat jempolnya kemudian mulai
api gadis itu punya sesuatu yang mudah untuk dikenali, rambutnya yang pendek sebahu dan hoodie kebesaran yang se
a. Sejujurnya Joan sendiri tidak yakin dengan langkah apa yang akan dia lsayakan selanjutnya. Tapi
nnya didepan dada. Wajahnya masih bersemu merah seperti di kedai tadi. Matanya menatap kearah tana
Jiy
. Nampaknya dia benar-benar tidak menyadari bahwa sejak tadi dia
hkan kepalanya. "Kam
ini. Joan tidak tahu setan apa yang sedang merasukinya sekarang, tapi yang jelas saat dia ber
sulitan mengatakan apa yang ada dibenaknya. "T
-apa. Hanya saja kamu tiba-tiba keluar, Dean terlihat khawatir, begitu juga saya. M
alasan sang dosen muda. "Ya, saya yakin Dean lebih mengkh
ataan Jiyya. "Begitukah? Kalau beg
h Joan. Jiyya benar-benar sangat tidak ahli menyembunyikan perasaannya itulah kesimpulan yang Joan dapatkan dari Jiyya. Joan malah
membuatmu kabur beg
gkan kepalanya
k mendekat dan menempelkan
langsung membulat menatap langsung kearah Joan. Tapi Joan malah semakin ingin melsayakan hal yang lebih, dia
enakannya. "Sebenarnya menurutku suhu tubuhmu sedikit panas. Dan lihat-" Dia menarik tang
ah untuk dapat menutupi apa yang sebenarnya t
ya kalau kamu tidak enak badan kamu bisa menolak ajakan Dean
uk berkata-kata. Angin dingin yang tiba-tiba melewati m
kata yang ingin dia sampaikan dengan lebih normal. "Mungkin kau benar Sir Joan, saya akan...
ganggukan kepalanya meng
in menyeringai menyadari bahwa barangkali mahas
bukan karena hal lain. Umm... selamat tinggal Sir Joan, saya pulang dulu!" gadis itu menggumamkan ka
yya." Joan beru
hnya pada pintu yang telah tertutup rapat. Apa yang sebenarnya terjadi padanya? Silvana benar-benar sudah me
arik wajahnya sendiri dengan gemas. Dia merasa bahwa dia sudah tidak w
a tahu bahwa Jiyya juga memikirkannya? Kenapa Jiyya harus terus memikirkan pria yang lebih tua darinya saa
Jiyya tidak lagi bisa jadi mahasiswi yang dapat menghadapi Sir Joan den
ya memutuskan untuk bergerak dan merebahkan dirinya diatas tempat tidur.
an. Tapi bukan berarti dia tidak tah
ganti dengan piyama namun niatan itu urung seketika. Wel
perlahan tangannya merayap turun untuk menikma
mengejutkan dan kenikmatan langsung menyebar keseluruh tubuh. Gadis itu menutup mata untuk meli
malah membayangkan Sir
kan ini sembari membayangkan do
ng baru saja aku perbuat? Ya Tuhan! Ya Tuhan!" Jiya berjalan mondar-mandir di
boleh berimajinasi nakal tentang seseorang yang dia lihat se
ana s
h sekali!" Jiyya menghempaskan
an kalau Jiyya kedapatan melakukan hal ko
uh dosa yang baru saja dia perbuat. Dia harus mandi untuk menjaga