A
bahan makanan yang sedari tadi bingung mulai dari mana ia bekerja. Ini Pertama
y" gumam Dea. Dea berusaha keras
n yang memprihatinkan. Bahan makanan mulai berserakan di atas meja sebelum memasak di mulai. Raka
a masak tidak sih?"
geleng,
isa masak? Sok masak stea
, Dea mau bua
ilang saja" Raka mengamb
ar mas seneng" ucap Dea. Dea melangkah men
ngomong sesua
apa?" Tanya
jangan m
ak marah" Raka
inta sa
a !
an wanita di hadapannya ini, ia selalu menampilkan lekuk leher, paha yang mulus, kulit yang bersih dan ia terlalu fashionable, sehingga bajunya terlalu terbuka. Raka pasti sangat mudah melepaskan seluruh p
dah punya pacar" Rak
kan Dea menyentuhnya, Raka mencoba bertahan agar tidak terangsang. Sungguh ia adalah lelaki normal, yang haus bela
ul berlangsung, mas masih milik bersama" gumam Dea
lopak matanya, Dea begitu dekat denganya. Raka dapat mencium harum vanila dari tubuh Dea. Raka dapat melihat jelas, mata bening, hidu
u
sebuah kecupan. Bibir itu lalu menjauh. Bibi
a enggak masalah kok untuk mengulangi
anak rambut Dea menutupi sebagian matanya. Raka
aya pria dewasa, dan saya normal. Oh Tuh
a. Raka menghimpit tubuh Dea ke dinding. Raka menyesap bibir atas dan bawah. Helaan nafas semakin cepat. Dea membalas kecupan Raka. Raka merasakan bibir tipis Dea menyesap bibirnya. Walau Dea cukup amatir m
ik Dea, menjatuhkan tubuh Dea di sofa. Raka kembali menciumnya, kali ini l
ah di lepaskannya. Bibir Raka mulai berpindah di bagian leher jenjang Dea. Lidahnya tidak berhenti menyesap. Suara serangan dari mulut Dea, membuatnya
n semua ini. Hati dan pikiran saling bertolak belakang. Raka dapat merasakan tonjolan lembut di tanganya. Sang
i dengan cepat menarik bibirnya. Menatap Dea yang berantakan oleh ulahnya. Ra
apa?" Ta
apa-napa kan? Dea enggak
daan Dea maha dahsyat. Ham
*