t Tia
gila, tapi usaha lelaki itu tak kunjung mendapatkan titik puncaknya. Keringat dingin semakin membanjiri tubuh atletisnya yang terasa sa
elakang. Tentu saja lelaki tampan itu terkejut dan menghentikan ger
but dan menggoda. Tanpa Axel sadari kedua tang
hal itu tidak berlangsung lama. Karena sedetik kemudian wanita tadi menghentikan gerakannya. Axel berniat untuk melayangkan protes. Hanya s
puasan. Lalu perlahan ia menurunkan badannya. Sampai di depan batang yang sedang tegak menjulang itu ia berhenti. Tan
n nikmat yang baru dirasakannya. Kedua tangan Axel terangkat dan menggenggam ujung atas cermin besar di depannya. Ia mengempiskan perutnya yang rata agar mem
han lagi. Axel memegang kepala gadis itu. Tentu saja hal itu membuat gerakan gadis tadi langsung berhenti begitu saja. Ia melayangkan tatapan penuh tan
enuh gairah. Tak mau kalah dengan Axel. Sang gadis pun membalas setiap cumbuan A
. Sementara si gadis sesekali mengalungkan tangannya di leher Axel dengan manja. Axel menuru
ar si gadis pun menjadi tempat pendaratan bibir Axel selanjutnya. Dengan ganas dan penuh nafsu ia memainkan kedua gunung daging itu secara bergantian. Bulatan di puncak gunung semakin mengeras. Mem
itu yang setinggi lutut. Jemarinya menyibakkan rimbunnya
a yang sudah dibanjiri cairan cinta. Hasrat Axel semakin menggila. Ia mendorong tubuh gadis itu hingga punggungnya menempel ke
urangi kecepatan sodokkannya. Hingga saat si gadis mulai tenang, ia kembali menyodok dengan
e
mat sangat di goanya yang kini mengeluarkan darah segar. Gadis itu mengeluarkan
nurunkan ciumannya. Sampai di depan bibir ia kembali memagutnya. Tak disangka si gadis yang sudah kembali on pun membalas setiap gerakan bibir Axel. Seakan memberinya siny
unung gadis tersebut dengan gemas. Sementara satu tangan yang lain menyangga paha gadis itu untuk mempermudah batangnya menyodok goa itu dengan bertubi-tubi. Sungguh, Axel tak mau melewatkan satu kenikmatan pun p
membalik badan gadis itu hingga menghadap ke dinding. Gadis itu hanya menurut saja. Tapi, bibirnya mendesah hebat saat menyambut batang Axel yang kembali masu
gan kecepatan penuh. Sungguh, ia tak bisa menahannya lebih lama lagi. Sesuatu di dalam batang
akkan kepalanya di pundak gadis itu sambil memeluknya dari belakang dengan erat. Sedang di depannya, kedua tangan si gadis tampak mencengkram dinding dengan kepal
orong tubuh lelaki itu hingga terduduk di toilet duduk. Lalu m
orang diri. Axel berniat mengejarnya, tapi ia baru sadar jika pakaiannya belum terpasang benar. Axel segera menaikkan celananya, hingga tak