kakeknya. Karena, kedua orang tuanya sudah meninggal. Jadi, dialah yang harus secepatnya menggantikan posisi Ben Xavier yang sudah semakin tua. Karena terlalu banyak tuntutan untu
menolak perjodohan yang diatur oleh kakeknya sendiri. Padahal, wanita-wanita itu nyaris sempurna. Sudah cantik, pintar, elegan dan juga berasal dari keluarga terpanda
dari teman Kakeknya. Tentu saja, acara ini sudah dirancang dengan matang oleh si kakek t
ap satu sendoknya harus dihitung dulu berapa kali kunyahan. Sungguh, hal itu benar-benar membuat Axel menjadi bosan. Namun, ia tak bisa berbuat banyak. Karena wanita itu terus mengawasi sambil senyam-senyum tak jelas. Axel
ngan posisi tengkurap. Lalu ia segera meraih tis
a kasih makan malamnya. Sampai jumpa," u
kanan aku kan belum habis. Bisa nggak kamu nungguin aku sebentar. Mau ya, please!" ujarnya dengan nada manja dan kedua tangan yang mengelendot d
lebih penting," timpal Axel ketus dan wajah dat
dak mengejar. Sayangnya langkah gadis itu ha
engurungkan niatnya. Ia menghentakkan kakinya ke lantai. Lalu kembali ke kursinya. Tak lupa ia segera mengeluarkan ponsel pint
Nagita pada seseor
at langkahnya hampir mendekati mobil seorang lelaki yang sudah b
kan malamnya, Pak
ngsung menutup pintu mobil itu lagi. Kemudian ia menyusul masuk ke dalam
g sopir langsung menjalanka
langsung mengarahkan mobil yang dikendarainya ke teras Cafe. Belum se
edatangan si pelanggan VIP sekaligus salah
Seperti biasa, setiap Axel malas pulang atau ada masalah. Tempat ini selalu menjadi pelariannya. Ia i
san Axel sambil dud
wine yang sudah terisi. Tanpa membalas sepatah kata pun Axel segera meraih gelas itu lalu menenggak isinya hingga habis. Namun, belum sempat meletakkan gelas kecil itu mendadak ponse
a?" ujarnya dengan
ar nada suara lelaki itu yang hampir memekakkan telinga. "Seharusnya, Kakek yang bertanya padamu. Kamu ini kenapa, hah?! Kenapa kamu tinggalkan Nagita sendirian di res
ra lain sekarang. Kakek sih maksa aja b
amu pikir Kakek bisa kamu bodohi. Kakek tau betul kamu nggak ada jadwal ketemu klien malam ini.
ti udah menghubungi si
ama lagi. Kakek hanya ingin melihat cicit Kakek saja rasanya susah sekali. Kakek hanya ingin memastikan generasi keluarga Xavier itu
gitu, Kek
hin banyak alasan. Lalu mau sampai kapan kamu melajang
sa cari cewek sendiri. Kakek nggak per
idak bisa membawa calon istri kamu ke rumah. Mending Kakek jual semua harta Kakek. Lalu Kakek sumbangkan ke Badan Amal N
itu. Ia menatap benda itu sesaat. Kemudian bergumam sejenak. "Tapi, k