amnya. Axel terus mengamati nama Camelia sambil membayangkan setiap adegan yang mereka lakukan semalam. Padahal, di atas meja kerjany
gas dan tak suka melihat bawahannya membuang waktu saat bekerja. Walaupun, hanya untuk sekedar menyapa satu sama lain. Hal itu pula yang membuat anak buahnya takut akan soso
turan ketat yang membuat anak buahnya sulit bernapas lega. Karena terus dituntut dengan berbagai pekerjaan ya
gannya dari benda itu. Saat Axel sedang fokus dengan tag name itu tiba-tiba pintu ruan
riga dengan sikap Axel. Axel seket
h satu diantara berkas-berkas yang bertumpuk-tump
" Axel menutup kembali berkas tadi. Lalu ia me
agi. Ketuk pintu dulu kek," omel Axel samb
en tau. Katanya semalem Mil
as Axel tak
ndar. Pasti dia udah merencan
h sama dia. Karena dia, gue jadi bertemu sama wanita itu," ujar
tak langsung menjawab. Ia malah tersenyum misterius. Dan saat ia hendak membuka mul
Tok
menghentikan g
angan ruangan itu pun segera membuka pintu ruangan Axel y
r lelaki itu. Sembari men
timpal Ax
sebuah amplop Map coklat dengan size C3. Axel yang sudah tak sabar menunggu benda itu sejak tadi. Sege
ekarang!" kata Axe
it lelaki itu. Ia kembali menundukk
pa dia?" tanya Rendi deng
Saat ia hampir meninggalkan meja kerjanya. Mendadak langkanya kembali terhenti. "Tolong
ana?! Sel! Axel!" teriak Rendi ya
rdekat dengan langkah riang. Dalam hati ia su
ift yang tertutup. Ia bahkan, mengusap rambutnya yang sudah tertata rapi. Kemudian mengedipkan salah satu matanya dengan genit. Di saat yang sama pintu lift terbuka. Beberapa karyawan yang melihat tingkah aneh Axel hanya bisa
" ujar mereka sambil menu
Axel tanpa meno
ia sibuk memasak untuk bekal makan siang Sunandar. Sementara sang ayah sudah ia antar tadi pagi-pagi sekali agar mendapatkan giliran pertama. Meskipun begitu ter
kotak makan yang sudah terisi dengan nasi dan mie goreng. Mel
r
ya. Dengan senyum yang terus mengembang. Mel berjalan keluar. Ia memutar kunci di pintu k
angnya. Namun, betapa terkejut Mel dia saat mendapati dia s
n wajah ketakutan. Ia yakin sudah melunasi hutangnya pada rentenir kemari
h satu diantara lelaki itu samb
nggak mau!" ujar Mel
kitimu," ujar lelaki satunya. Namun, ucap
ak minta tolong. Mendadak mulut Mel dibekap dari belakang. Tubuh Mel pun langsung terkulai
tika terbelalak saat menyadari dirinya sedang berada di dalam sebuah mobil mewah. Mel terus menatap memandangi desain interior m
sa dinaikinya. Mel menggerakkan badannya naik turun untuk menikmati gaya pegas dari dalam jok mobil itu. Gerakan Mel pun
ak senonoh?" ujar lelaki itu setengah berbisik di telinga Mel. Mel
teriakn