: M
tuk pertama kalinya aku pergi dari kampung halamanku. Aku terus mengikuti Omku yang berjalan di depanku. M
ku memutuskan mengikuti kemauan mereka. Kata Omku, aku tidak perlu khawatir tentang tempat tingg
i tunjuk kursi kosong. Entah aku ingin sekali memakinya, dia tidak pa
bisin uang aja." Seorang laki-
lang-ulang kali. Ikhlasin ajalah. Di
in kuat, lampu kelap-kelip membuatku pusing. Mataku dari tadi memperhatikan orang-cekat mendengar ucapan laki-laki itu, lalu mengalihkan mataku saat wanita yang menerima uang melirikku. Tapi tetap saja
ini. Aku mulai gusar. Kepalaku menoleh kanan-kiri.
ti dengan Omku. Persetan dengan Tanteku, aku tidak ingin menjadi wanita pe
mu!" suara itu milik Om Danu, aku
a! Tang
bersama Om Danu, kami seperti sedang main film action. Aku berlari kuat dengan terisak, semoga saja aku tidak terta
laki-laki berkepala botak menangkapku
laki lagi yang tadi mengejarku berucap. O
mau di sini Om!" teriakku dan
kata Om Danu, dan aku menoleh mendapati wajahn
🥀
anita berjongkok di depanku dan mendapati mataku menatapnya tajam
akang, sampai dia terbiasa dengan tempat in
dengannya. Aku masih berlutut, dengan mata berkaca-kaca. Setidaknya dia bilang aku b
ato menarikku kasar. Memba
ganku, memohon padanya. Tapi laki-laki itu semakin keras mencekam lenganku hi
pasin saya!" T
ual," suara gadis di belakang mengejutkanku. Dijual? Laki-laki bedebah itu menjualku. Saat ak
ja, ini tempat kamu sekarang. Kalau kamu bersikap baik dan penurut. Tanaka pasti nggak maksa
saja tangisku tak henti malah semaki
a masih muda." Dia memandangku dari
puan ini tertawa seakan pekerjaannya tidak membuatnya malu. Dan inilah tempatku sekarang. Aku terduduk lemas
k aku berucap. Dia tersenyum datar. Aku meneliti wajahnya,
atu?" Ujar Meira. Dia tahu is
i kasih uang terus disuruh makan pil K
pku yang masih bingung dengan pertanyaanku. Apa dia tersinggung? Tapi ken
nya masih tertawa. "Aku masih ada job, ini cuma istirahat bentar.
ku tidak membawa baju. Aku memperhatikannya yang sedan
taku tumpah tanpa bisa kubendung lagi. Aku tida
🥀
rk minuman alkohol, penciumanku sudah terbiasa dengan aromanya. Kalau soal bersih-bersih aku jagonya, tidak perlu dimentor. Aku suka rela mengerjaka
idak mau dengan keadaan seperti ini. Sama sepertiku. Kata mereka pijitanku enak, malah mereka ngasih tips. Lumayan buat beli p
kampung tukang pijit
g minta sama pemilik pub ini supaya aku tinggal di kamarnya. Aku sangat berterimakasi
a kalau aku panggil Mbak, nama saja biar kelihatan seumuran katanya. Meira sama s
lu mengangguk cepat. Mereka semua baik padaku, karena semua yang mereka suruh aku kerjakan
nya," pesanku tak tahu malu. Kedua
di butuh banyak tenaga," lanjut Meira. Aku meneguk salivaku. Gila aja double
le job? Kamu nggak bisa nolak satu aja
ka marah. Lagian uangnya lumayan Mil," ujarnya. Aku berpikir sambil tan
awan kayak kamu bisa puluhan juta, apalagi cakep mulus bisa dilelang sampe
u rela jadi babu di sini seumur hidup asal jang
Kamu denger
Aku denge
ggak menderita ngelakuin perkerjaan ini? Kamu kan
n mendengar perasaannya. "Awalnya aku kayak kamu, tapi lama-kelamaan terbiasa
gak kita suka." Mulutku terlalu lancang, u
kan sama-sama puas." Kata Meira dengan tawa tengilnya. Akupun ikut tertawa dengan gaya cer
ek
baksonya. Ternyata Tanaka. Ia memandangku lalu melihat ke arah Mei
ng bagus," ucap Tanaka lalu pergi tanpa berucap padaku.
ini aku tidak pernah dipaksa untuk melayani laki-laki. Teman-temanku di sini bersedia menggantika
pa yang kam
ngelakuin itu," ucapku dengan bibir gemetar. Meira diam saja tanpa ekspresi. Aku t
ja aku bakal gantiin kalau urusannya udah sampai sana." Meira memegang tanganku hangat,