/0/6414/coverbig.jpg?v=4ac4d21ae461a9e2086025a31bc1aae9)
WARNING 21+ !!! Aku terjebak dalam situasiku yang sulit, dan hanya dia yang bersedia mengeluarkanku dari sini. Dia Alister Bagaskara. Pria berumur lebih tua dariku. Dan aku menawarkan diriku untuk menjadi istrinya sebagai gantinya. Hidupku yang, menikahi dengan keadaan terpaksa.
Terkadang karena keadaan, terpaksa atau apa pun itu membawa kita pada perjalanan hidup berlika-liku. Seperti aku berada dalam bubble yang tidak ada ujungnya. Entah jam berapa sekarang, mataku tak bisa terlelap dan pikiranku melayang. Dari waktu ke waktu sebenarnya aku berkesempatan untuk kabur di sini, tapi entah mau kemana.
Di luar sana seperti tidak ada tempat untukku. Namun lebih dari itu aku tidak memiliki apa-apa untuk dijadikan pegangan. Hari-hari yang kuhabiskan di tempat ini tidak jauh berbeda dengan keseharian pembantu.
Suara petir mengagetkanku.
Malam ini hujan lebat, aku menyelimuti tubuhku dengan selimut lalu kulapis lagi dengan handuk. Karena selimut saja tidak bisa menghangatkan tubuhku yang berbaring di atas tikar. Dinginnya lantai menebus tikar menusuk hingga ke tulangku.
Sorot lampu dari cela kayu di atap cukup memberi penerangan di kamarku, setidaknya aku bisa melihat walaupun samar-samar. Kata Tanteku hemat listrik makanya kamarku tidak dipasang lampu. Kututup mataku supaya cepat terlelap, berharap malam cepat berlalu dan aku cepat dewasa. Ah, bodoh bukan! Mana mungkin dalam waktu semalam aku langsung dewasa. Umurku sekarang masih 16 tahun tapi aku ingin cepat dewasa.
Suara petir menggelegar membuatku semakin takut. Tante dan Omku belum pulang, mereka pergi ke acara syukuran saudara. Mungkin tidak akan pulang karena hujan sangat lebat. Ya, aku tinggal bersama Tante Gani, adik ayahku. Orangtuaku meninggal karena kecelakaan mobil.
"Milaaa... " suara Om Danu terdengar kuat, kupingku sangat sensitif jika mendengar suaranya. Kenapa dia pulang? Perasaanku tidak enak. Aku memegang kuat selimutku.
Laki-laki itu kelakuannya tidak bisa dibilang manusia. Suka bermain judi, malas bekerja, suka marah-marah di rumah. Kalau makananku tidak enak dia tidak segan melempar ke arah wajahku.
"Milaaa."
Aku tersentak terbuka tepat pada saat suara pintu terbuka. Melihat pria bermata hitam menatapku dengan mesumnya sambil menyeringai. Aku bangkit terduduk. Kuremas selimutku kuat sangking takutnya. Om Danu bukan pertama kalinya datang ke kamarku dengan seringai seperti itu, untungnya waktu itu ada Tante Gani. Dan sekarang siapa yang akan menyelamatkanku, Tuhan tolong..
Aku semakin mempererat selimutku. "Om, ngapain ke sini? Tante mana?"
"Oh, itu Tantemu nginap katanya. Ndak bisa pulang hujannya kuat. Om kasihan sama kamu makanya pulang." Dia menjawab dengan senyum yang membuatku jengkel.
Aku semakin takut, pria itu berjalan dua langkah dari ambang pintu. Samar-samar aku masih bisa melihat dia tersenyum dan menatapku liar ke seluruh tubuhku, padahal masih tertutup selimut. Aku yakin dia berpikiran mesum.
"Mila, pijitin Om ya. Saya capek, Tantemu nggak ada di rumah jadi kamu aja ya."
Aku menggeleng kuat, dia menyebut namaku lembut tapi membuatku jijik. Namaku Karmila, dipanggil Mila. Tapi aku tidak suka kalau pria itu yang memanggil.
Lihat dia sedang meraba-raba bagian tengah celananya. Mataku dingin melihatnya. Aku menarik selimutku semakin ke atas tertutup hingga ke leher. Sekarang aku yakin yang merusak kunci kamarku pria bandot ini. Tangannya menarik selimutku lalu melemparnya asal.
"Om, saya nggak mau. Tolong keluar dari kamar saya sekarang." Aku berucap tegas ditengah-tengah ketakutanku.
Bukannya pergi dia malah semakin dekat dan matanya menatapku lapar. Aku ingin lari dan berteriak tapi suara hujan seperti menenggelamkan suaraku. Aku tidak tahu mau kemana kalau aku lari dari sini.
"Tolong om saya nggak mau," ucapku lagi bernada panik.
Berkali-kali dia berusaha menciumku, tangannya mencekamku saat aku melawannya. Aku tidak akan menyerah, tidak akan rela di sentuh laki-laki bedebah seperti dia. Dia kembali menyentuh tubuhku, bibirnya meluncur ke pelipisku dengan nafas yang bisa kudengar jelas terengah-engah.
"Saya cuma megang bentar, masa nggak boleh." Suara mesumnya membuatku jijik. Dia seperti di rasuk iblis, kekuatannya mencekam tanganku hingga seperti meremukkan tulang tanganku. "Ayolah Mila... kamu jangan ngelawan nanti juga kamu suka."
"Om tolong lepasin saya!" Sekuat tenaga aku melawan hasrat pria brengsek ini.
"Jangan ngelawan kamu! Udah untung saya tampung kamu, ngasih tempat tinggal dan makan. Sekarang saya minta bayarannya."
Dia mendorong tubuhku sampai terbaring di lantai. Tikar yang aku pakai tadi sudah bergeser, bantal juga sudah tergeletak jauh. Aku memukul badannya yang gemuk, tidak ada bau alkohol dalam nafasnya. Dia sadar dengan kelakuannya.
"Om jangan sentuh saya. Mila janji akan bayar biaya hidup Mila di sini." Aku menangis kencang setelah dia menamparku kuat.
"Dari mana kamu duit? Sok mau bayar, udah kamu nggak usah bayar. Cukup kamu puasin saya."
Saat dia sedang membuka bajunya kesempatanku menendang milik berharganya sekuat tenaga. Teriakan kesakitan keluar dari mulutnya dan aku tidak membuang kesempatan. Aku berlari keluar dari kamar itu dengan rambut berantakan menerjang hujan tanpa tujuan.
Tangisku kuat meratapi hidupku, tapi aku yakin tidak ada yang mendengarnya. Tengah malam ditemani hujan seperti ini orang akan lebih memilih untuk tidur. Aku tidak tahu apakah tempatku benar-benar di sini. Aku tidak punya seorangpun untuk diajak bicara.
Aku pernah berharap untuk menghilang saja dari dunia ini. Dunia ini terlihat begitu gelap dan aku menangis sepanjang malam. Apakah aku akan merasa lebih baik jika aku menghilang?
Aku melangkah gontai dikuasai rasa kesal dan lelah, pakaianku mulai mengering di tubuhku. Suara rintik hujan menemaniku hingga ke pondok milik tetangga. Aku sanggup tidur di sini ditemani suara jangkrik tanpa cahaya lampu dari pada kembali ke sana.
"Hidup kok gini banget Tuhan... berat buat Mila," monologku. Menarik kakiku ke depan dada dan memeluknya. Aku tidak mau menjadi objek pelecehan pria hidung belang. Aku bersumpah hanya suamiku yang akan menyentuhku.
Tetanggaku Nia, dia baru pulang dari Malaysia dua bulan lalu. Kami bertemu di pasar pagi tiga hari lalu. Katanya tempatnya bekerja sedang merekrut calon pekerja baru. Belum tahu jelas apa pekerjaan yang akan ditawarkan. Mendengar cerita dia bangun rumah dan punya ATM mastercard, aku berpikir kenapa tidak aku coba.
Perlahan mataku tertutup dan masih sesenggukan. Tapi, entah kenapa aku selalu ingat pesan mama "Mila jangan takut ada Tuhan yang selalu melihat Mila."
Hari itu adalah hari yang besar bagi Camila. Dia sudah tidak sabar untuk menikah dengan suaminya yang tampan. Sayangnya, sang suami tidak menghadiri upacara tersebut. Dengan demikian, dia menjadi bahan tertawaan di mata para tamu. Dengan penuh kemarahan, dia pergi dan tidur dengan seorang pria asing malam itu. Dia pikir itu hanya cinta satu malam. Namun yang mengejutkannya, pria itu menolak untuk melepaskannya. Dia mencoba memenangkan hatinya, seolah-olah dia sangat mencintainya. Camila tidak tahu harus berbuat apa. Haruskah dia memberinya kesempatan? Atau mengabaikannya begitu saja?
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Aku, Rina, seorang wanita 30 Tahun yang berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja di kapal pesiar, meninggalkanku untuk sementara tinggal bersama kakakku dan keponakanku, Aldi, yang telah tumbuh menjadi remaja 17 tahun. Kehadiranku di rumah kakakku awalnya membawa harapan untuk menemukan ketenangan, namun perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahku. Aldi, keponakanku yang dulu polos, kini memiliki perasaan yang lebih dari sekadar hubungan keluarga. Perasaan itu berkembang menjadi pelampiasan hasrat yang memaksaku dalam situasi yang tak pernah kubayangkan. Di antara rasa bersalah dan penyesalan, aku terjebak dalam perang batin yang terus mencengkeramku. Bayang-bayang kenikmatan dan dosa menghantui setiap malam, membuatku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan beban ini. Kakakku, yang tidak menyadari apa yang terjadi di balik pintu tertutup, tetap percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik di rumahnya. Kepercayaannya yang besar terhadap Aldi dan cintanya padaku membuatnya buta terhadap konflik dan ketegangan yang sebenarnya terjadi. Setiap kali dia pergi, meninggalkan aku dan Aldi sendirian, ketakutan dan kebingungan semakin menguasai diriku. Di tengah ketegangan ini, aku mencoba berbicara dengan Aldi, berharap bisa menghentikan siklus yang mengerikan ini. Namun, perasaan bingung dan nafsu yang tak terkendali membuat Aldi semakin sulit dikendalikan. Setiap malam adalah perjuangan untuk tetap kuat dan mempertahankan batasan yang semakin tipis. Kisah ini adalah tentang perjuanganku mencari ketenangan di tengah badai emosi dan cinta terlarang. Dalam setiap langkahku, aku berusaha menemukan jalan keluar dari jerat yang mencengkeram hatiku. Akankah aku berhasil menghentikan pelampiasan keponakanku dan kembali menemukan kedamaian dalam hidupku? Atau akankah aku terus terjebak dalam bayang-bayang kesepian dan penyesalan yang tak kunjung usai?
Pada hari Livia mengetahui bahwa dia hamil, dia memergoki tunangannya berselingkuh. Tunangannya yang tanpa belas kasihan dan simpanannya itu hampir membunuhnya. Livia melarikan diri demi nyawanya. Ketika dia kembali ke kampung halamannya lima tahun kemudian, dia kebetulan menyelamatkan nyawa seorang anak laki-laki. Ayah anak laki-laki itu ternyata adalah orang terkaya di dunia. Semuanya berubah untuk Livia sejak saat itu. Pria itu tidak membiarkannya mengalami ketidaknyamanan. Ketika mantan tunangannya menindasnya, pria tersebut menghancurkan keluarga bajingan itu dan juga menyewa seluruh pulau hanya untuk memberi Livia istirahat dari semua drama. Sang pria juga memberi pelajaran pada ayah Livia yang penuh kebencian. Pria itu menghancurkan semua musuhnya bahkan sebelum dia bertanya. Ketika saudari Livia yang keji melemparkan dirinya ke arahnya, pria itu menunjukkan buku nikah dan berkata, "Aku sudah menikah dengan bahagia dan istriku jauh lebih cantik daripada kamu!" Livia kaget. "Kapan kita pernah menikah? Setahuku, aku masih lajang." Dengan senyum jahat, dia berkata, "Sayang, kita sudah menikah selama lima tahun. Bukankah sudah waktunya kita punya anak lagi bersama?" Livia menganga. Apa sih yang pria ini bicarakan?
Setelah tiga tahun menikah yang penuh rahasia, Elsa tidak pernah bertemu dengan suaminya yang penuh teka-teki sampai dia diberikan surat cerai dan mengetahui suaminya mengejar orang lain secara berlebihan. Dia tersentak kembali ke dunia nyata dan bercerai. Setelah itu, Elsa mengungkap berbagai kepribadiannya: seorang dokter terhormat, agen rahasia legendaris, peretas ulung, desainer terkenal, pengemudi mobil balap yang mahir, dan ilmuwan terkemuka. Ketika bakatnya yang beragam diketahui, mantan suaminya diliputi penyesalan. Dengan putus asa, dia memohon, "Elsa, beri aku kesempatan lagi! Semua harta bendaku, bahkan nyawaku, adalah milikmu."
Yahh saat itu tangan kakek sudah berhasil menyelinap kedalam kaosku dan meremas payudaraku. Ini adalah pertama kali payudaraku di pegang dan di remas langsung oleh laki2. Kakek mulai meremas payudaraku dengan cepat dan aku mulai kegelian. “ahhhkkk kek jangannnhh ahh”. Aku hanya diam dan bingung harus berbuat apa. Kakek lalu membisikkan sesuatu di telingaku, “jangan berisik nduk, nanti adikmu bangun” kakek menjilati telingaku dan pipiku. Aku merasakan sangat geli saat telingaku di jilati dan memekku mulai basah. Aku hanya bisa mendesah sambil merasa geli. Kakek yang tau aku kegelian Karena dijilati telinganya, mulai menjilati telingaku dengan buas. Aku: “ahhkkk ampunnn kek, uddaahhhhh.” Kakek tidak memperdulikan desahanku, malah ia meremas dengan keras payudaraku dan menjilati kembali telingaku. Aku sangat kegelian dan seperti ingin pipis dan “crettt creettt” aku merasakan aku pipis dan memekku sangat basah. Aku merasa sangat lemas, dan nafasku terasa berat. Kakek yang merasakan bila aku sudah lemas langsung menurunkan celana pendekku dengan cepat. Aku pun tidak menyadarinya dan tidak bisa menahan celanaku. Aku tersadar celanaku sudah melorot hingga mata kakiku. Dan tiba2 lampu dikamarku menyala dan ternyata...