a manusia yang ada di sini. Kecuali satu, suamiku sendiri. Pria yang mengejarku, bermanis dengan sikap dan rayuan sehingga membuat ku terpesona, kebaikan yang ia perlihatkan semasa kita dekat d
ki berusia dua tahun. Ya, setelah kami berjuang melawan cibiran banyak orang termasuk keluarga yang sempat be
saha retail dan pemilik saham properti besar di tanah air. Kaisar bukan pemilik tunggal, kami belum sekaya itu, tapi, pe
i wanita elegan di drama tersebut. Selain itu, aku juga pemilik dua salon besar di daerah Senopati, jika kalian tahu daerah itu, kalian pasti paham. Satu lagi, aku baru akan membuka Cafe kecil di dekat salon yang akan ku beri nama White House Cafe, terletak di pusat bi
ia juga begitu mencintai putra kami. Keluarga harmonis jika dilihat dari pigura foto besar yang terpajang di ruang tamu rumah ini. Aku tertawa sinis menatap pigura itu. Kurapatkan kimono tidur berbahan satin, jujur saja, aku mengendus gelaga
membuka pintu besar itu, menyambut priaku yang begitu gagah. Supir membukakan pintu bagian belakang, ia turun, menatapku sambil ter
embunyikan wajahnya di ceruk leher jenjangku, menci
u sambil menempe
tanyanya sambil berjalan dengan tetap menggendong tubuh rampingku dengan kaki yang sudah melingkar erat di
yang berbeda. 'SIALAN. Kau bermain dengan siapa, Kaisar!' pekikku dalam hati. 'Tidak akan ku biarkan wanita mana pun merebut priaku.' Begitu geram di dalam hati, aku menatap wajahnya y
tubuh Kaisar yang akan aku bersihkan dengan kedua tanganku sendiri. Sekaligus, memberikan tanda j
*
, karena ingin memancing Kaisar untuk menjawab kecurigaanku. Ia mulai mendongakkan kepala, menikmati apa yang kulakukan pada senjatanya yang berdiri tegak, laki-laki akan begitu, di saat
mendesah nikmat, dengan pinggulku yang juga mulai bergerak menggodanya, ia tak bisa menahan untuk tak memasukiku. Baiklah, aku mengalah, aku membiarkannya mulai berger
panasnya. Aku mulai terbawa permainannya, tapi aku tak boleh
ial, ia tau posisi kesukaanku. Kami terus bermain, seolah tak peduli pagi akan menjel
airan hangat itu di dalam, kemudian ia ambruk di atas tubuhku dengan napas terengah-engah. Aku belum s
Kaisar," pan
dengan dehaman, ta
uncur dari bibirku. Kaisar tertawa, ia mengecup ujung dada,
alau aku susah payah dapetin kamu, kenap
aannya belum tuntas, aku mendapatkannya, Kaisar tersenyum, tapi kemudian efek sihir itu sel