l tiga sore, saat melewati pasangan suami istri yang memakai pakaian resmi kebaya dan batik, seketik
a dengan calon istrinya nanti? pasti sangat kecewa dengan dirinya yang tidak memberikan kabar.
dulu ada urusan mendesak,"
papa?" tanya J
dengan calon istri saya, saya pamit ya." Devit c
ar cukup jelas yang
a Devit. Gara-gara kita, dia lupa
tak enak dengan Devit. "Semoga calon Pak Devit gak marah ya, Bu,
*
elit. Taksi menurunkannya tepat di depan rumah Sarah. Sambil mengucapkan sal
it masuk setelah mengonfirmasi ke
rsebut sedikit terbuka, tak lama tampaklah seorang gadis cantik dengan gam
a dengan nada suara lemah. D
sofa besar ruang tamu. Sarah duduk di seberang Devit sambil
, Kakak t
pur. Hati Devit semakin was-was. Sarah kembali dengan dua cangkir kopi
hkan,
ngangguk
pati janji hari ini?" ucap Sarah tegas tanpa menatap w
ya membantu mereka. Karena terburu-buru, saya juga melupakan ponsel. Jadi ini saya dari ruma
menolong mereka, tolong maafkan saya ya," terang Devit dengan menatap
langi lagi. Kecuali kakak memang tidak berniat meneruskan acar
bermain-main dalam memper
evit penuh kelegaan saat raut wajah Sarah berubah teduh. Inilah salah satu yang membuat Devit menyukai Sarah. Gadis y
ik tante, ayo temani, Ma," ucap Sara
membantu tetangganya dibawa kerumah sakit mah dan ponselnya tertinggal
, tunggu sebenta
pa model. Pakaian yang akan dipakai saat akad maupun resepsi. Sarah memutuskan untuk membuat gamis br
memperhatikan dirinya, Devit menutupi senyumnya. Setelah selesai fitting baju, Devit mengajak Sarah dan calon mertuanya makan di sebuah warung lesehan d
embicarakan perihal undangan yang sudah siap cetak, setelah
ndang, begitu juga dengan teman-teman dari orangtua Sarah. Ada beberapa pe
a. Sedangkan Sarah dan ibunya kembali ke rumah dengan mobil mereka. Devit memandang lan
e
t baik-b
serta Caca sudah sanga
esan WA yang di
wi, bagaimana Sa
lillah. Sekarang s
irahat dulu ya, besok
, terim
hir dari Juwi Devit pun menutup mat
t gembira menyambut kedatangan tim mak mak rempong kampungnya. Aneka makanan dan buah dibawa ole
arpit ternyata udah punya
pok tahu?" ta
ke kemeja kotak-kotak merah sama celana bahan warna coklat. Rambut belah pinggir, klimis, bau minyak kemi
n ke rumah
pelin janda muda
r kupingnya. Kata perempuan itu. "Bagus lu ya ... pamitnya rapat RT, rupanya lu ke rumah si Juwi. Pulang gak
ya Mpok, kalau gak mah, bi
senyum aja, lagi mikirin apa
in dikit lagi belah d
Devit?" t
it dengan wajah bersemu merah. Juwi me
" ledek Bu Nana sambi
a?" Juwi menanggapi
mah sakit. Akhirnya ibu-ibu bubar setelah berpamitan pada Juwi dan Salsa.
i penanten?" tanya Sals
enyum mendengar ucapan Salsa. Na
kena
a ce
" Devit mem
ggelengk
pinte naji tama catep," ucap Salsa sam
at pemandangan yang begitu indah. Sals
tong celananya, lalu memotret Salsa
*
i Devit sudah menyelesaikan biaya pengobatan Salsa. Juwi membawa pulang Salsa dengan taksi on
ahu siapa, ia hanya bisa mengintip dari jendela. Tak lama berselang Juwi dan Sals
hatikan mobil tersebut hingga hilang dari pandangannya. Tiba-tiba sudut hatinya resah,
itunggu tiba. Devit kian resah, memegang ponselnya dengan gemetar. Memencet nomor Juwi. Dua kali Devit m
dan gerah. Saat menyaksikan Salsa turun dari mobil dalam gendongan pria tersebut. D
saya cemburu," gumamnya d