dur sangat pulas. Juwi sudah benar-benar tersadar saat suar
angka di depan mamanya Devit,
tidak bermaksud ...," ucap
saya?" tanya mama Devit terlihat tak suk
" tanya mama De
ihan dengan Juwi namun Devit memb
i sambil menahan air matanya. Dia yang tak sengaja ikut tertidur bersama Salsa di ruang depan kont
besan saya kalau tahu hal konyol seperti ini? Apa kamu bermaksud me
ni tidur di sini? Apa kata suami dan keluarganya
iri dari duduknya, menggeser kepala
aya." Juwi mengangguk hormat dan penuh penyesalan. Devit han
Sayup-sayup Juwi masih mendengar omelan mama Devit. Juwi mengunci p
an. Juwi menangis tertahan. Sangat merasa kes
duda muda beranak satu. Perasaan yang tadinya tak ada jadi tumbuh subur mengingat s
pagi, olah raga yang memang sudah ditekuni lama oleh suaminya. Napas suaminya sesak dan langsung dibawa ke rumah sakit. Padahal har
i, hidupnya jungkir balik begitu cepat. Selama sepekan suaminya hanya memeluk dan menciumnya juga menc
ayanginya Salsa, seperti Juwi menyayangi suaminya. Juwi memutuskan akan t
h terlelap. Memegang tangan mun
elan. "Kita akan selalu sama-sama sampai Caca besar,
i. Namun pagi ini warung masih tutup dan sepi. Jadilah Devit hanya menyantap biskuit dan segelas teh, duduk di kurs
mpus, saat melihat ibu Juw
," sapa D
evit," sahu
ngnya tutup y
rang sehat. Mau ke pus
alamualaikum." Devit pamit lalu berjalan menyu
lam?Ah...Devit merasa menyesal karena tak bicara apapun saat mamanya mengom
*
ma Nuri dan Amel. Dengan memakai gamis bewarna pink dan jilbab
dengan ramah kepada Sarah dan teman-tema
etemu calon kamu." ucap
yaa dosen kita i
orang keleeess," uca
mar pak dosen ganteng, sholeh, p
ahut Sarah dengan
ertawa cekikikan. Muka Sarah sudah semerah tomat, entah apa
ia pada temannya yang tengah mengepalkan tangan menahan amarah,
n!" jawabnya ketus
Devit tuh," bisik teman lelaki itu lagi, sea
a Jono itu pergi meninggalkan kantin dengan wajah ditekuk. Tato di tangan kanan da
yakan main dan bolos. Pergaulannya bebas, menabur benih dimana saja dan dengan wanit
ik yang menjadi ibu dari anak-anaknya, dan Sar
kelas. Untuk mata kuliah ekonomi syari'ah sangat ke
elah duren denganku saya
*
pesan singkatnya tak dibalas ataupun dibaca oleh Juwi. Rumah Juwi juga sepi, tak terdengar ocehan
ri sholat di masjid, Devit merapikan teras depan yang sudah dipenuhi rumput dan tanama
na pun perkataan ibunya pasti menyakiti Juwi. Devit mengambil dompet dan ponselnya, kem
am enam seperempat Salsa sudah datang pertama kali. Salsa selalu ingin diajarkan baca iqro' paling pertama. Namun jam sudah menunjukkan pukul s
g selalu memanggilnya papa datang. Sampai adzan isya berkumandang dan mereka sholat berjamaah, tak ada tand
mah Juwi sambil m
yo masuk." Bu Nur
engan perasaan berdebar,
ak?" tanya Bu
Bu," dalihnya, padahal ia i
kan lagi Nak, ga
sahut Devit, sambil menyerahk
apa, Bu?" ta
g ...," jawab
... g
agi sambil tertawa. Devit jadi salah tingk
u?" tanya
sama Juwi, sedang no
bicara denga
Ibu pang
elan tiga buah koyo cabe di keningnya. Bau balsem juga menyeruak begitu Juwi keluar kam
ngan malas. Ibu ke dapur me
na sekarang? sudah ke dokte
inya, malas meladeni.
aaf soal kemaren,
utnya datar kemudian berdiri hendak kembali
, mendekati Devit yang juga tersenyum manis
ya, bukan papa, om Devit bukan
a aja!" rengek Salsa
menuntun tangan Salsa
elum kakinya masuk ke dalam kam
, tidak perlu khawatir
nda, tapi saya