ak tanggung-tanggung, lima ratus bingkisan disiapkan para perkumpulan ibu-ibu itu. Dety ju
ng rumpi masal. Selain memang mereka mau membahas acara sunatan masal yang menjadi agenda selanjutny
nghentikan gerakan tangannya mencatat di b
k?" Zita
u, dari Pandu!" Dety yang kalau bicara tak b
adul banget caranya," ledek salah satu ibu-ibu itu. Zit
. Kesal sekali Zita. Ia duduk kembali
ta
n komunikasi bisa terputus sementara. Ini salah satu resiko lainnya, Zit. Biasanya nggak s
at ini sampai di kamu, di sini semua komunikasi untuk ke
Pa
eketika. Ia sudah kesal duluan pa
gi ada badai, komunikasi keputus
uk kasih tau hal itu ya?" Rima menatap Zi
cuma bisa berdoa yang terbaik untuk suami kita di tengah laut. Tenang, jangan khawatir, ya." Rima
strik. Zita mengecek perlengkapan jika listrik padam seperti lilin, senter dan lampu emergency jika dibutuhkan. Ia juga m
ma sore, ia sudah di rumah, duduk di ruang ta
k sulung Maya. Zita kelu
a?" tanya Zita de
a, Tan, langitnya serem!" pekik Ado sembari berlari. Meletakkan mangkuk berisi s
dalam rumah ia juga mengunci pintu. Televisi ia nyalakan,
elevisi tak terdengar. Zita mengintip lagi, awan begitu pekat, membuatnya bergidik.
atau belum, ia memastikan sekali lagi lilin, korek, senter, dan lampu emergency. Siaran televisi tak ada yang seru, salah, Zita yang men
kedar bercerita, namun, sinyal pun padam, apa badai
*
endirian, tapi mampu menerangi area sekitar. Jangan tanyakan ke mana lampu emergency, karena lampu lu
nkan game candy crush yang sudah membuat Zita jenuh karena levelnya nggak se
ta sok-sok'an gaya foto di tempat hits kota itu yang ia sambangi sekedar numpang foto, bukan ikut nong
andu justru menatapnya sembari tersenyum. Jelas tampak suaminya itu bahagia. Bergeser ke foto lainnya, yang membuat ia t
engong yaitu. Saat Pandu selfie dengan Zita yang sedang terlelap tidur. Pandu tersenyum tampan, mendadak senyuman itu menular ke Zita
o, saat Zita berjongkok, menanam bibit bunga mawar, rerumputan baru dan mendongak sembari berkacak
PS 5, ternyata diam-diam suaminya itu merekam adegan itu. I
*
ala kembali dan jam menunjukkan pukul tiga dini hari. Ia duduk, memadamka
ni hari, ia memutuskan menonton saja sembari membuat kopi susu hangat, ia juga masih punya rot
suaminya, mendadak debaran jantungnya berdetak
ka hidupnya mulai terbiasa dengan adanya Pandu. Pria itu membawa sua
saan Zita ketar ketir, tak bisa membayangkan sepanik apa para pekerja di tengah laut mengatasi masalah itu. Gelombang di dalam laut bisa saja membahayakan kegiat
arinya, helaan napas gusar
enetes. Zita menangis? Sedih karena Pandu. Fix ia jatuh cinta dengan suaminya yang tak a