pa lagi. Setiap malam, Pandu rutin video call ke istrinya itu, jangan bayangkan hal romantis,
aya - tetangga sebelah - yang katanya, masker gold itu bagu
ia taruh di meja yang ada di kamar
Goda Pandu sembari cekikikan. Ia hanya memakai kaos
ihkin wijih." Susah ngomong Zita kar
silau karena wajah istrinya bersinar terang ngalahin lampu sorot kapal." Kembali Pandu cekikikan, me
, siapa tau ada laki-laki lain yang ngelirik, kan?" Ledek
ok itu aku seret ke sini, aku l
ungkapkan apa yang aku pikirin
uk aku? Hm?" Pandu melembut nada bicaran
ini-ginian, baru di sini aja, ngobrol sama Kak Maya dan gabung ke grup Ibu-ibu komplek
i istrinya itu. Ia merasakan menahan rindu terhadap seseorang yang menunggunya pulang ke rumah, merasakan ge
na cara Zita bercerita, dan cara Zita menatapnya. Wa
?" Pertanyaan Zita me
ja. Suami kamu kaya
erja di mini market, deh, boleh ya?"
ni duduk di atas ranjang, bersandar sembari memangku laptop b
internet, makanan banyak, tetangga baik,
ngin lakuin yang lebih lagi." Kedua mata Zita menatap
ul itu pun ditolak Pandu. Ia tak mau istrinya bekerja, intinya itu. Dengku
kunciin, Zit?"
ya ketus denga
mata Zita menatap ke layar laptop,
rnya bisa aja kalau kamu mau aktif bareng Ibu-ibu lainnya, mereka suka bikin kegiatan sosial, kok, coba tanya
coba main ke rumah Mbak Dety pas lewat beli sayur. Udah jam satu malam
lang, aku nggak di rumah terus juga, diminta da
gya?" tanya Zita dengan kedua
buk banget, aku juga belum ke Pak RT kan, buat minta surat nu
juga tidur, ya." Zita merebahk
ek Zita dengan kelopa
Zita terlelap. Pandu mengusap layar laptop miliknya. Ia tersenyum. "Sleep tight, Zita cantik, sayangku." Lirih Pandu diakhiri senyuman. Ia j
*
as ke pasar, selain jauh harus keluar komplek, ia kikuk kalau sendirian, apalagi harga belanjaan di kota itu
rtemu di jalan. Zita mengerem mendadak, meminggir
tan kita bungkus-bungkusin untuk bingkisan anak-anak yatim piatu, bulan ini ada s
Mbak,
nggak? Bagian pendataan anggota sama bikin notulen hasil kita kumpul-kumpul, kamu kan yang termuda nih, boleh
pot juga mau, BT juga di rumah terus." Sahut Zi
sekolah anak-anak, nggak pa-pa ya kita demprok di
aja. Mbak Dety asli mana?" tanya Zita yang j
nya sarapan sambil mengobrol, komplek karyawan itu memang cukup besar, dan sepi, jadi duduk santai di pinggir jalan
acungi jempol. Semua orang juga kenal Pandu itu karyawan yang ulet, tekun, agak galak kalau kata
nal itu, Mbak?" Z
erlalu ramai. Kita nggak tau Pandu pernah pacaran, kerjaannya ya kerja beneran, jarang pulang ke Solo juga.
caran, Mbak?" Zita memasti
asan sama suami kamu aja. Eh iya, kamu masak nggak, kala
nggak repotin," jawab
mu mau belanja sayur? Nggak usah l
masing menuju ke kendaraan mereka untuk pul
ayaknya. Ucapnya dalam hati sembari mengulum senyum, akhirnya ia