liling gratis dengan Asih sebagai pemandunya. Sedikit banyak, Panca mengingat seluk beluk
ia hormati-adalah karena wafatnya sang ibu khayalan Panca tersebut. Kabar menyebar begi
ng membuat Panca semakin murka dan membumi hanguskan tempat ini sampai tak bersisa. Soal keberadaan Asih, ia me
gur Asih yang ikut duduk b
latih. Tapi, aku harus mulai dari mana?'
an, Asih kembali memanggil Panca dan menye
Y
p tangan dan memanyunkan bibirnya, pura
Aku tadi sedang mel
gembira. Mudah sekali bagi gadis manis se
tidak ter
ru
ya yang keroncongan. Asih tertawa terbahak-bahak mendengarny
tu tidak lucu sama seka
tak dan perutmu tidak selaras?"
cil cerewet di depannya itu. "Kau ingin ter
Panca tadi memukulnya. "Tidak pa
lalu saja men
k! Ayahmu
i bukan itu yang membuat Panca terdiam, melainkan karena k
a datang jug
belum makan, ayo kita sambut ayahku dul
h, i
ngga Kusuma dan para prajuritnya yang baru saja tiba setelah
h! A
uda mereka, Asih berlari dengan cepat dan mengangk
endahkan tubuhnya dan menya
bisa tersenyum maklum. Jika Asih sudah bertemu ay
'kan, Nak?" ucap Erlangga membela
ah. Aku selalu bersik
n para pelayan hanya bisa tersenyum dip
Panca." Asih lalu menoleh ke belakang, di mana Panc
ya memasang wajah serius lalu tersenyum lembut kepada Panca. Panca
beberapa langkah lalu memberi sikap hormat
s, Nak," ucap Erlangga
ibu, dan bahkan tempat untuk bernaung. Apa boleh Panca ting
atapan memelas yang tentu saja membuat ha
kening Asih. Erlangga lalu menatap Panca kembali. "Kau boleh tinggal di sini, tapi kau akan aku jadikan pengawal Asih. Mengingat usiamu ya
n. Namun kali ini Panca lebih berkepala dingin,
baikanmu ini pasti akan aku balas dengan
n menyentuh itu keluar dari mulut anak sekecil Pan
erlatih dengan murid yang lainnya. Jaka, tolong tunjukan kamar khusus murid unt
lu mengisyaratkan Pan
ah Asih sekali. Gadis manis itu melambai
i dia tahu betapa kejam ayahny
ca sama sekali tidak berniat berbicara seperti anak kecil aktif di usianya karena ia sebenarnya memang bu
liling sekte dan melihat-lihat sekitar
mar kosong ini di pojok. Biasanya para murid akan tidur bertiga dalam satu kamar, tapi untukmu akan jadi pe
g beralaskan tikar, satu lemari pakaian tiga tingkat berukuran ke
k. Bahkan ini lebih mirip d
ini semua pakai. Sekarang, sebaiknya kita ke ruang makan.
n menuju ruang makan, sementara
l lemah seperti ini. Tapi, ada keuntungannya juga aku bisa mengulang hidup.
enapa kau
ntas menatap pria berpakaian sederhana ala kasim itu. "A-A
ukakan pintu yang menurut Panca
gga, Ratna, dan Asih duduk bersebelahan dengan raut bahagia terpancar jel
ya dari kematian kali ini,' ucap Panca