doh!" Panca menggeram panik. Ia t
. Bukan karena hujan, tapi karena sesoso
Panca mendongak dengan wajah panik melihat sosok ba
ala
ucap sosok tersebut begitu
aha G
di?" ulang Abiyasa yang langsung men
a sadar berlari ke hutan. Saat aku menca
culi
engangg
yasa yang sudah tidak bisa memper
a apa adanya. Ia juga sekalian ingin memberitah
kalimatnya, tiga orang tak dike
bergelar yang bersama anak dari Erlan
cunguk bususk yang berani merencanakan sesuatu yang jahat untuk menangkap put
ni rasanya berhadapan langsung
gung Abiyasa di depannya. 'Jadi dia ... ya. Selama ini, aku tidak mengh
langsung ke nirwana." Abiyasa sama sekali tidak gentar meski ia seo
ntuk mengalahkanmu, tapi kalau hanya
pala itu maju menyerang dengan tangan kosong
, bawa pergi Asih sebisamu. Akan aku kirim
ntas menyeret Asih dengan satu ta
juknya ke langit. Dan bunga api meledak di sana. Sebuah siny
emberitahuka
itu kita h
kan senjata bertipe pedang, sedangkan yang satunya lagi hanya mengandalkan tangan
. Kalian cuk
a memang tidak membutuhka
cap salah satu pencul
ng itu lantas kembali maju dan bertukar serangan dengan Abiyasa. Saat Abiyasa berhasil memojokannya, penculik
kar
enyabetkan pedangnya ke tubuh Abiyasa. Meski sempat menghindar, tapi luka yang dit
bah s
H
rah. Wajahnya yang menghitam karena debu aneh tadi makin terlihat garan
a benar-benar
penculik. "Kita mundur perlahan. Setidakny
ahut kedu
rtukar serangan untuk yang
ndekati aura milik Abiyasa meski masih di bawahnya beberapa tingkat. Ia lanta
iru terang menyelimuti tangan kanan Abiyasa dan menciptakan siluet pedang. Dengan pendar
benar-bena
karang!" titah salah satu penculik yan
an lembut, asap hitam itu menghilang. Dan bersam
idak tangguh, tapi kombinasi serangan mereka sangat mematikan. Aku
lanan, ia melihat beberapa murid sekte yang ikut bersamanya dalam pencarian su
*
udah b
anya Panca yang mera
h kembali
hal-hal yang Panca alami kemb
si
ang dalam pengobatan tabib t
dan menatap api unggun di hadapannya. Ia lalu kembali
un. Ada satu hal yang ingin aku tanyakan padamu," ucap Abiyasa tanp
Maha Guru?" tanya
hwa satu penculik dikalahk
ngangguk
pa kepala sebab kepalanya sudah hancur menjadi bubur ...." Abiyasa lalu menjeda kalima
uatan putri Asih?" tanya Abi
uga tidak perc
sa memanggilku guru. T
ucapannya dikoreksi. Ia sebenarnya kesal, tapi apa da
jutk
ua itu terjadi begitu saja. Asih-maksudku putri As
pengakuan Panca. Ia lantas bangkit berdiri
n chakramu juga sudah kembali stabil. Butuh waktu sekitar tiga hari untuk sembu
yang saat ini ia duduki. Ia menatap tangannya y
s mulai serius besok. Tidak
li ke kamarnya untuk mengisitarahatkan tubuhnya. Namun
ntar. Ketua sekte ing
ti
saya sedikit sibuk. Dan saya harap, para pembaca masih setia m