saja membuat Panca merasa sedikit nostalgia. Dahulu, ialah penyebab kehancuran dari sekte Pedang Suci. Sekarang ia sadar akan satu hal, dirinya tidak menyusut tanpa alasan yang
dirimu?" teriak Asih-masih setia menyeret Pa
i dapur!" sahut ibun
akangnya. "Ibuu! Lihat, aku dapat teman bermain! Dia juga tidak punya rumah, bisakah
imu? Ke mana dia?" tanya balik ibu Asih berusaha men
satu giginya yang tanggal di bagian tengah. "Kami meninggalkannya di hutan depan. H
nya. "Nak, memang itulah tugas Jaka. Ia mendapat perintah dari ayahmu untuk menjagamu," jelas ibu Asih berusaha member
lkan diri dengan kikuk pada ibu Asih ya
. "Halo, anak manis. Aku ibunya
ulu. Wanita yang sering ia khayalkan akan menjadi ibunya di masa lalu itu kini
sini, kan, Bu?" desak Asih menggo
ilnya itu. "Sabar ya, Nak. Ibu tidak bisa mengambi
ula rasa bencinya pada sekte Pedang Suci. Tanpa sadar, ia mengepalkan kedua t
lang, Bu?" ren
pat kakekmu, Nak," jawab Ratna dengan pe
gi ke tempat ka
sendiri ketika ia mendengar Asih menyebut se
Ia melepaskan genggaman tangan pada ibun
," jawab Panca penuh horm
berubah sopan ini tak tahan untuk tidak menyeletuk. "Tumb
hut Panca sambil meringis memaksakan senyum dan mengatakan sesuatu pada gad
aneh Panca hanya mengerutkan keningnya
kan sangat tidak etis dilihat oleh Ratna-orang yang begitu ia kagumi. Jadi, untuk sa
yang telah merubahnya menjadi seperti sekarang ini tinggal. Mungkin itulah yang menjadi alasan kenapa si kakek tua itu murka kepadanya, karena ia tela
ek pada ibunya untuk mengijinkan Panca tinggal agar bisa menem
h dan mengelus puncak kepala anak semata wayangnya itu. "Baiklah. Tapi kalau
a tahu, ayahnya pastilah tidak ak
atkan apa yang diinginkannya, Asih menyeret paksa
h bertingkah sopan karena mereka masih dala
at biasa para murid-murid ayahnya berlatih, Panca langsung berhe
a? Kenapa kau bersikap begitu padaku, Panca? Apa salahku?" tanya Asih sedih. Ia melepaskan
rumah! Dia menggusur tempat bernaungku demi kepentingannya sendiri!' jawab Panca dalam hati. Ia tahu bahwa
sih-yang pada saat itu menggusur pemukiman pengemis demi membangun sebuah cabang perguruan sekte p
pengemis lainnya mengambil upah dan jatah milik Panca sehingga Panca berakh
nca." Asih melambaikan satu t
erusaha mengalihkan kebencian dalam benaknya. Saat ini, fokusnya adal
uan sekte pedang suci, maukah kau?" pint
diri pada usia kepala dua. Sekarang, mungkin aku harus mulai lebih awal. Jika memang benar ini
kadang ia terlihat melotot tajam, tertawa, lalu sedih secara be
tur sesuatu sehingga ia