rid sekte pedang suci sedang berlatih. Dari sikap para murid yang langsung menghentikan segala aktivitasnya ketika pria yan
ak!" teriak pria tersebut yang Pan
tiba-tiba datang dan memberikannya pakaian murid sekte pedang su
yi ringkih meski memiliki segudang ingatan dalam be
ng Suci." Pria itu lalu menoleh ke arah Panca. "Nak, perkenalkan
aha mungkin untuk bersikap baik saat memperken
itu riuh berbisik-bisik akan kemunculan Panca. Hanya dengan sa
ak yang
mikiran dari sebagian
Pantaskah orang baru sepertimu bersikap begitu?
gat susah payah menarik kedua sudut bibirnya untuk naik ke atas. "Salam kenal para senior semua
is, ada yang berubah menilai Panca sebagai pribadi y
tawanya saat Panca memperkenalkan dirinya tadi. Dia-dengan ditemani
an melihat anak dari majikannya itu tertawa ter
perkenalkan dirinya!" seru Asih menarik
h penyebab Asih tertawa begitu kerasnya. "Lantas, k
Panca yang seperti itu Jaka. Itu bena
ya pun sepertinya sadar kalau ia tengah menjadi
Panca yang masih berusaha mempertah
aru, maka aku akan sedikit mengula
ak kesal. Mungkin mereka kesal harus mengulang pelajaran dari awal. Namun, bagi se
atu di sana," tunjuk pria itu ke barisan murid yang
Terima kasih,
ari oleh seorang praktisi bela diri adalah seb
aku sudah ta
ang dasar dari bela diri. Dan sialnya, Abiyasa melihat reaksi menguap dari Panca sehingga ia langsung
ga kau menguap atau perkataanku terdengar s
ja beberapa menit bergabung ke dalam p
uru!" jawab Panca meyakinkan seraya menyatukan
r lima tahun itu sebelum akhirnya
d di sana mulai berbisik-bisi
bis dipermaluk
anak berbakat yang lah
andingkan Arya anak e
depan dengan penuh percaya diri. Bocah berparas tampan karena ia sudah bisa melatih alir
uk ikut ke depan. Ia menunjukan ekspresi ramah yang
Panca memberi h
Abiyasa memulai skenarionya. "Aku akan memberimu sebuah tantangan, jika kau bisa melakukannya, maka
ali ini mereka bertaruh bahwa Panca tidak a
Panca sopan meski dalam hatinya ia mengumpa
ekat seakan ia hendak memakannya hidup-hidup. "Kau
nca dalam hati. 'Kalau saja aku tidak membutuhkan pengetahuanmu di tingkat
h, saya
gan dari Abiyasa. Dan tentu saja Abiyasa memasang senyum ke
uci yang akan Arya peragakan sebentar lagi," ucap Abiyasa. Ia lantas menoleh pad
ya di depan dada dan membungk
a lalu mulai mengatur napasnya dan memasang kuda-kuda yang begitu kokoh. Dan dal
ia melirik ke arah Panca berharap mendapatkan ekspresi terkejut dari bocah itu. Namun, ia semakin
lesaikan gerakannya, P
an itu