mas Arsen. Arseno Candra Wijaya laki-laki yang beberapa jam lalu menikahiku berkat
sedang terjadi padaku. Harusnya hari ini adalah hari yang bahagia buatku, aku akan
idak kunjung datang. Sampai waktu sudah molor satu jam dari jadwal mereka masih belum datang,
datang dengan kabar duka, dia bilang mobil yang ditumpangi mas Riko dan mama
nya. Sejujurnya aku tidak bisa menerima keputusan ini, bagaimana bisa kami menikah disaa
nunggu, semua berjalan dengan cepat dan disinilah aku seka
💕
di kota kami. Papa dan pak Candra Wijaya adalah teman de
ra, tapi juga dengan istri dan anak-anaknya. Pak Canda memiliki tiga orang put
mas Riko anak ketiga mereka. Sebenarnya mereka hendak menjodohkan ak
serius dan dingin. Mungkin karena dia anak pertama yang dari kecil sudah disiapkan untuk menjad
knya padaku, dia begitu dingin dan irit bicara siapa yang mau menghabiskan hi
ri pasangan hidupnya. Beda dengan mas Riko yang hangat, dan sopan, cara bicara lembut dan san
amaku yang suka dimanja dan disayang tentu lebih tertarik
*
ndi yang terletak didalam kamar, membersihkan diri berganti pakaian dan turun kelantai satu menuju dapur
Sumi yang membantu uru
? biar aku bantu," a
antuin bibi," bi Sumi berkata sambil menunjukkan kursi
aku gak ada kerjaan
jus di pagi hari," bi Sumi mengatakan hal itu sambil menunju
apa makanan kesukaan laki-laki itu, bagaimana aku akan melewati hidup bersamanya,"
irahatan terakhirnya, bo
sedangkan aku berinisiatif pergi untuk memanggil mas Arsen. Ku k
aos berkerah lengan pendek. Sepertinya dia sudah mandi juga, ji
o makan," Aku berkata untuk
uan mendahului ku menuju ke ruang makan.
rtua sudah duduk disana. Melihatku datang
a mah?" pa
a dengan wanita itu," mama ber
ian kalau anak pertama tidak boleh menikah dengan anak ke tiga, tapi kalian tetap memaksa dan semua akan baik-baik saj
gambarkan. Aku juga sedih kehilangan mas Riko dan aku disalahkan a
ama ke kamar dulu, biar mama sarapan dikamar."
tidak terjadi apa-apa, sedangkan aku masih ber
ah," mas Arsen berka
air mata. Bagaimana kehidupan rumah tanggaku setelah ini, bahkan ibu mertuaku
*