r. Tadi pagi dia melarang dengan marah-marah sekarang mengajak ke
warna gelap, ku pilih rok panjang berwarna hitam dan blus atasan b
lalu memakai baju panjang. Sampai saat ini aku belum bisa
Arsen sudah menungguku. Saat aku sudah sampai did
tiba dia membuka kaca jendela mobil dan berteriak " sam
neriaki ku lagi. Aku menunggu dibukakan pintu bukan mematung, umpatku dalam hati. Biasanya mas R
ya lagi, setelah itu mas Arsen menjalankan mobilnya. Kami be
erty papa ada di Surabaya. Jarak kota ini ke Surabaya bisa di tempuh dengan b
luar dari mobil, tanpa menunggu lama akupun ikut turun. Nanti kena bentak lagi j
ngnya. Tidak butuh waktu lama kami sudah sampai di makam yang masih baru, dengan bunga
nya. Aku sedang bersama suamiku, setidaknya aku harus menjaga perasaannya. Selain itu meratap di pusaran orang juga tidak boleh, seperti itu y
u ucapkan kata-kata perpisahan. Mas Riko, saat ini dunia kita sudah berbeda. Takdir sudah memisahkan kita, suamiku sekarang adal
taku meleleh tidak bisa dibendung, segera aku hapus dengan ujung pasminaku. Aku akan menghab
engan pikiranku sendiri, tiba-tiba mas Arsen berkata d
tahu kapan lagi akan bisa kesini, tidak mau berdebat akhirnya aku memilih untuk be
uah sapu tangan. "Pakailah ini untuk menghapus air mata
erikan bahunya untuk tempatku menangis bukan malah mengejekku.
epertinya mas Arsen tidak berniat untuk mampir
gas naik ke kamar dan menganti pakaian dengan pakaian rumahan, setelah itu mondar-mandir di kamar bingu
didepan pintu dan sudah menggant
u jadi kurus selama tinggal d
program, jadi cara bicaranya s
sudah ada papa disana sendirian, ternya
bertanya setelah kami du
o pah," mas Ars
-biasa saja. Kamipun makan siang dengan tenang. Selesai makan aku lihat bi
yang bawa kesana," a
pi
ih ke Vira ," papa b
era pergi ke kamar mama. Aku mengetuk pintu " Ma, ini
ke kamar mama," jaw
u kemudian masuk begitu saja kedalam kamar. Aku hendak mengikutinya tapi dia
a. Dia juga kehilangan Riko sama seperti kita,"
nnya, mama tidak rela dia hidu
eskan air mata mende
tu istri Arsen sekarang kalau dia tidak
ti embun dingin yang menetes d
membela perempuan itu,
egera berbalik dan berjalan dengan tergesa-gesa menaiki ta
oleng dan jatuh kebelakang. Beruntung sebelum tubuhku jatuh da
annya pandangan kami beradu. "Akankah momen ini akan jadi romanti
*
readin