ah-tengah sedang goreng ikan, listri mati karena token lupa diisi dan pas lihat anggarannya cuma bisa beli yang seratus ribu, kepincut rayuan gombal tukang
ihat Dona berlari sambil menggen
Dona. Silvi melihat kaki Akasia yang merah seperti mengelu
dokter didekat rumah mereka. Hanya berjarak sepuluh rumah. Dua wanita itu ta
angguk. Akasia sudah tidak menangis lagi, karena sudah di bius untuk menghilangkan nyeri saat dijahit. Panjang l
ut sendiri." Dona duduk diruang tung
na?" tanya Silvi yang ju
arang, duhhh... gue nggak becus banget jaga anak, Sil."
jalannya, yang penting Akas udah di
n heran. Silvi sudah sadar. Namun ia masih dalam mode kalem. Tak lama, Akasia berjalan keluar dibantu asisten dokter. Ia lalu m
Dona yang mengeluarkan dompet dari kantung daste
ona mengangguk dan mengeluarkan uang enam ratus ribu. Petugas i
kelas 3 SD itu yang bertubuh tak begitu tinggi seperti saat Dimas seu
ntik pakai daster ya!" sewot Silvi. Dona menarik t
*
entara Silvi mengusap kepala Akasia, i
Sakura bersamaan. Mereka m
panik. Dimas mengambil alih
an plastik obat ke tangan Sakura. Ia dan Putrinya sudah tidak perang dingin lagi, Sakura perlahan juga mulai seperti sedia kala.
an." Silvi memang memanjakan Akasia, karena ia merasa mulai kesepian saat anak satu-satunya memilih
g banyak ya, Akas." lanjut Sil
i, cemilan." S
asia ikut menyahut. Dona menjewer kuping dua anakn
ket, yok!" Ajak Silvi. Do
a. Wanita itu mengangguk. Sakura merapihkan tempat tidur Akasia yang tidur satu kamar dengan
inggir-minggir ya, takut ada serpihan beling! Bunda lagi pung
-anaknya jika sudah memakai atau membawa sesuatu yang berbahan beling atau keramik. Karena presentase kerugian akan lebih besar, apa lag
memang dana kesehatan, tapi awalnya ia ingin gunakan untuk membayar biay
menatap saat mereka melihat Dona berjalan ke dap
letakkan lauk ayam gulai ke piring Sakura.
aja.
i marah kalo gue bilang ke elo. Tapi, jujur ... Kak, lebih
n dulu," u
*
t rumah mereka, keduanya duduk di sana. Bunda sedang mencuci pakaian walau mesin
ini." Dimas menatap Sakura yang membuat kakaknya
bersedekap. "Lo bisa ya, ngomong Bunda norak, kamp
lo!" cele
tu duduk di warung nunggu lo sama ayah. Ada mereka, bagusnya mereka nggak sadar gue adek lo dan wanita y
di Bunda suatu hari nanti. Lo digituin sama anak l
ari sekarang biar gue bisa jadi wanita yang lebih hebat dari Bunda.
korbanin demi anak-anaknya? Lo mikir ngg
Dim. Gue nggak suka lo
a, kalau lo nggak suka sama Bunda kita yang lo bilang norak. Sikap dan ucapan lo jaga. Otak lo cerdas dan pi
Siapa yang lo giniin sikapnya. Dan Algen, gue lihat lo deket atau
aan tentang Algen. Suara mobil yang mereka
Mami dong!"
wab Sakura da
umah Silvi yang di dep
pi kalau lo salah, mau lo lebih tua dari gue. Gue tegor!" Dimas meninggalkan S
*
mah Silvi sambil memakan rujak yang dibeli dekat supermarket. Dimas dan Sakura sumring
k gue lagi kan, Sil, elo bi
ilvi. Dona mendong
terkekeh. Ia akan kalah kalau berdebat
alu lo, lo kasih ke kucing juga ngg
ke Dona sambil mengunyah buah mangga yang asem. Sampai-sampai
t. Diketekin dulu kali ya, sama dia," celetuk Silvi yang mulutny
asa udah sa
ua
n?" Silvi menunjuk ke
ada kesempatan." Dona diam. Ia men
ta tetep rahasiain ini. Gu
antai dua rumah. Silvi beranjak. Ia berj
ai dua. Lantai dua rumah Silvi hanya ada dua kamar. Satu kamar anakny
ajah wanita tiga puluh sembilan tahun itu. "Gue yang atur
h gagal, Sil."
o kangen mereka, kan?" Silvi memasukan kunci ke lo
n kalau pembantu gue udah pada tidur
, kr
n halaman kecil, ia sudah memastikan lebih dulu sup
u. Terang. Ruangan itu terang. Silvi dan Don
Don?" Silvi me
emua dari sepuluh tahu
belum di jalanin, Dona." Silvi menatap raut wajah Dona ya
da yang
. Tenang,"
tang gue ya,
! Greretan gue. Kita mulai lagi demi ketiga anak lo
saling melempar senyum. Dona melangkah menuju ke satu titi
samanya, ya
*
ah. Dimas keluar dari dalam rumah. Bersandar di pintu sambil bersedekap
Dimas duduk
Mamen," ja
lai
ong, mere
ama lo, Dil," ucap Dimas s
nya buat lo semua dan --"Fadil berhenti berbicara sejenak. "Ada
inya?" ta
dil gitu, pak
kalau gitu,
reka, ya. Pegang amplopny
s celingukan, ia memasukan amplop itu ke saku celana pen
inya lumayan juga kan?" Fadil be
baru buat Bund." Mendengar jawaban itu, Fad
kin gue na
anter gue ke toko baju, jang
yang biasa Kakak gue datengin aja. Barangnya bagus ta
sam