mu jawab?" Kedua mata Dona menatap lekat ke Sakura yang sedang duduk bersamanya
s menit s
u anter mami ke bandara. Bahaya mi!" Ucap Dimas panik. Silvi
.. ti
k kebanggan Mario itu datang dan langsung
yetir," ucap Dimas seraya
enoleh ke Dona terlebih dulu. Dona mengangguk, Dimas lalu member
put, gue lupa Dimas belum punya SIM, lo aja ya Mar,
ngsung keluar dari garasi rumahnya menuju ke
a jemput Akasia dulu Dim!" Teria
mobil milik Silvi. Ia duduk di teras, menatap langit yang mulai berubah senja dengan warna Jingga y
r. Putri sulungnya itu menatap Bambi yan
cium tangan Bundanya. Dona mengang
" Tanya Dona seraya merapihkan sepatu Sakura
a sambil berjalan m
Gerakan tangan Sakura yang hendak membuka
gerah," Lalu Sakura m
seka
sambil memainkan kuku-kuku jari
pai kapan Kakak diemin Bunda?" Pertany
ak B
i Silvi yang telfon, kamu, jawab," Dona menatap lekat Sakura, ia ingin
t, jelas, padat dan s
ia duduk menghadap Sakura, dengan
f sama kamu, Bunda belum jadi orang tua yang bisa kamu banggain, tapi, jangan diemin
na terkejut. Ia beranjak dan
m, GUNTAR!" pe
*
pi, sengaja memang tak memberitahu maminya itu. Just
tampak gagah. Sakura cuek, ia malah masuk kedalam rumah ka
, dua jagoan keluarganya pulang kerumah bersamaan," Guntar terkekeh, Bunda begitu s
h, ia lalu men
itu?" Dona menatap Guntar, l
selalu nyambut Guntar hangat kalau Guntar pulang," Dona
dan tak banyak tingkah. Tidak sep
, sebentar ya, Bunda buatin teh manis hangat, kamu m
a keluar dari kamar. Ia berjalan cuek tak menyapa Guntar. Betapa sombongnya putri ca
am kem
banyak mangkuk yang sudah terisi potongan daging
embantu menata piring dan memasak nasi
pa Dona. Sak
unda belum bisa jadi Bunda yang keren dimata kamu, yang penting, belajar yang rajin ya, kejar beasiswa kamu untuk kuliah, B
tak mau menjawab apapun. Entah bingung
*
jut saat ia melihat Guntar yang juga ada dirumahnya. Ia terus
ng mencuci semua mangkuk dan piring, tadinya, Dona yang mau membereskan, namun pelototan ma
merah yang baru diberikan Candra saat satu k
pegang Dimas. Anak kedua Dona itu membukanya. Senyumnya sem
leh ke Candra dan Silvi bergantian. Sepasang suami istri itu
" bisik Dona. Silv
keduanya terkikik geli. Ca
Dimas ... " uca
o sepatu disana, pingin aja be
m," bahu Dimas di tepuk-tepuk
ia. Bapak sama Ibunya, besok aja kita
bos minyak, sekalian aja l
a si Bambi," celetuk Candra diakhiri d
rahnya banyak," bela Mario
pa kali lo ajak gue pergi sama Bambi, mo
kembali terdengar. Dona begitu bahagia, keluarga S
mah
bil mengetuk pintu kamar putra-putranya it
nggak? Udah jelek kan alasnya?" Dona berdiri me
ya, udah malam.
k, bayar study tour Akasia, Bu
pa?" Dona
udah Dimas
kamu aneh-aneh ya, kamu bukan kurir narkoba atau nyopet kan?" Don
i, oke Bunda, Dimas tadi udah ke gurunya Akas, udah Di
a cerita, secepatnya Dimas cerita kok, Bunda tidur ya, istirahat," Dimas membuk
, karena tahu, uang study tour Akas kurang, sekarang malah kamu
sesuai kebutuhan kita, jangan maksa yang penting," Dimas me
kura sana, kakak kamu malah
p pintu kamar orang tuanya. Ia tersenyum karena beban orang tuanya bisa ter
mbaca email masuk yang baru ia terima. Dengan
rjakannya? Mengapa i
sam
DASTER
mu jawab?" Kedua mata Dona menatap lekat ke Sakura yang sedang duduk bersamanya
s menit s
u anter Mami ke bandara. Bahaya, Mi!" ucap Dimas panik. Silvi
.. ti
k kebanggan Mario itu datang dan langsung
nyetir," ucap Dimas seraya
menoleh ke Dona terlebih dulu. Dona mengangguk, Dimas lalu membe
t, gue lupa Dimas belum punya SIM, lo aja ya, Mar, ana
gsung keluar dari garasi rumahnya menuju ke s
a jemput Akasia dulu, Dim!" teria
mobil milik Silvi. Ia duduk di teras, menatap langit yang mulai berubah senja dengan warna Jingga y
r. Putri sulungnya itu menatap Bambi yan
cium tangan Bundanya. Dona mengangg
depan, kan?" tanya Dona seraya merapihkan sepatu
a sambil berjalan m
Gerakan tangan Sakura yang hendak membuka
gerah," Lalu Sakura m
seka
sambil memainkan kuku-kuku jari
pai kapan Kakak diemin Bunda?" pertany
n," jawab
i Silvi yang telfon, kamu, jawab." Dona menatap lekat Sakura, ia ingin m
t, jelas, padat dan
ia duduk menghadap Sakura, dengan
sama kamu, Bunda belum jadi orang tua yang bisa kamu banggain, tapi, jangan diemin
na terkejut. Ia beranjak dan
m, GUNTAR!" pe
*
pi, sengaja memang tak memberitahu maminya itu. Just
ar tampak gagah. Sakura cuek, ia malah masuk ke dalam rumah
ua jagoan keluarganya pulang ke rumah bersamaan," mendengar itu Guntar terkekeh, Bunda b
h, ia lalu men
gitu?" Dona menatap Guntar,
selalu nyambut Guntar hangat kalau Guntar pulang." Dona
dan tak banyak tingkah. Tidak sep
h, sebentar ya, Bunda buatin teh manis hangat, kamu
ura keluar dari kamar. Ia berjalan cuek tak menyapa Guntar. Betapa sombongnya putri c
i, menyiapkan banyak mangkok yang sudah terisi potongan
embantu menata piring dan memasak nasi
pa Dona. Sak
unda belum bisa jadi Bunda yang keren di mata kamu, yang penting, belajar yang rajin ya, kejar beasiswa kamu untuk kuliah, B
tak mau menjawab apapun. Entah bingung
*
ut saat ia melihat Guntar yang juga ada di rumahnya. Ia terus m
ng mencuci semua mangkok dan piring, tadinya, Dona yang mau membereskan, namun pelototan ma
merah yang baru diberikan Candra saat satu k
ipegang Dimas. Anak kedua Dona itu membukanya. Senyumnya se
oleh ke Candra dan Silvi bergantian. Sepasang suami istri itu
," bisik Dona. Sil
keduanya terkikik geli. Ca
Dimas ... " uca
oko sepatu di sana, pingin a
m," bahu Dimas di tepuk-tepuk G
ia. Bapak sama Ibunya, besok aja kita
minyak, sekalian aja lo beliin g
a si Bambi," celetuk Candra diakhiri d
rahnya banyak," bela Mario
li lo ajak gue pergi sama Bambi, mogok melulu
awa kembali terdengar. Dona begitu bahagia, keluarga
umah
bil mengetuk pintu kamar putra-putranya it
nggak? Udah jelek, kan. alasnya?" Dona berdiri m
ya, udah malam.
tuk, bayar study tour Akasia
pa?" Dona
s bayar Bun," ucapny
kamu aneh-aneh ya, kamu bukan kurir narkoba atau nyopet, kan?" Don
ki, oke Bunda, Dimas tadi udah ke gurunya Akas, udah D
a cerita, secepatnya Dimas cerita kok, Bunda tidur ya, istirahat." Dimas membuk
, karena tahu, uang study tour Akas kurang, sekarang malah kamu
sesuai kebutuhan kita, jangan maksa yang penting," Dimas mel
akura sana, Kakak kamu malah
up pintu kamar orang tuanya. Ia tersenyum karena beban orang tuanya bisa te
mbaca email masuk yang baru ia terima. Dengan
rjakannya? Mengapa i
sam