uguhkan secangkir kopi hitam panas di meja ruang tamu
nin besok ada acara pemberian hadiah, piagam
ahnya. Kedua matanya memanas dan air mata sudah akan tumpa
Dona kembali tampak sem
Sakura yang baru keluar kamar setelah berganti baju. Ia diam
usah, apa anak remaja sekarang begitu?
gomong ke Sakura." Suaminya itu mengangg
tas meja. Lalu ia berjalan ke dalam kamar ia dan Dimas d
ratusan ribu yang setelah Dona hitung ber
anya Mario. Don
ikut atau nggak. Silvi nawarin suruh pake uang dia aja, aku nggak mau, karena--" Dona m
Sakura aja masih tiga juta lagi, malu la
" Mario menunjuk ke a
Tour berap
angan. Aku lagi hitung uang kita, kal
pacaran, menikah, selalu menerima dan tak pernah menuntut berapa pun uang yang Mario hasilkan. Dari be
r pasti naik dan penghasilan kita lebih besar, y
apa aja, yang penting nggak kekurangan, bisa sekolah, bisa makan, tinggal di rumah nyaman, juga, kita
f administrasi. Nilainya pun cenderung pasaran pada umumnya alias biasa saja. Satu hal yang ia syukuri, ia berjodoh dengan Don
aian rumah. Dona selalu memakai daster yang bisa ia hitung jumlahnya dengan d
anak dan suaminya. Tak salah juga Sakura menganggap bundanya norak d
run ya, kamu beli baju buat kamu dul
a beberapa baju juga, kalau Dimas sepatu sekolahnya udah gundul bawahnya, takut licin nanti kepeleset kalau terus dipakai. Akasia kancutnya ud
las pelukan suaminya. "Maaf ya sayang, suamimu bukan di
yang harusnya dikatain sama Sa
, satu-satunya di dunia. Maafin Sakura udah bentak kamu, jang
ura. Aku minta maaf kalau bikin dia m
na dan meminum kopi buat
*
mah F
au Bunda nggak halangin gue, udah gue tabok tuh, Sakura, gue keplak kepala
avorit. Saking favoritnya, lo bisa lihat semua merk mobil bagus bejejer rapi di luar sekola
gil Dimas. Lelaki itu segera beranjak dan mendekat. Mereka me
imas. Fadil jug
s emailnya,"
a kan, tapi?" lirik F
*
n ma
brol Dona tak menjawab, Dimas
ya mulu, Kak!
meja makan. Ayo, nggak ada bahas
a Akasia. Semua mata menatap.
tegur Mario p
dan menuju ke dapur, membuka tutup wajan di atas kompor. Ada empat potong dagi
awar Dona. Ia lalu kembali duduk di meja makan.
rendang?" tanya Dona lembut. Sakura diam. Ia lalu beranjak setelah meng
cap Akasia yang asik memakan nasi denga
hat ibunya dengan tatapan sendu. Ia berkali-kali menghela napasnya. Kakaknya itu su
? Dimas mau keluar sebentar, janji
k uangnya?" Dona beranjak merapikan piring kotor set
elum makan,"
ang aja sayang," lalu Dona berjalan ke dapur sambil mengambil satu buah timun yang ad
ar di dinding dapur sambil memakan timun. Dimas tau, jika bundanya
r ya, jam sembilan udah pulang!" u
i, ya! Satu aja!
banyak?" tanya Dimas sambil
itu." Akas
Dimas sambil berjalan keluar pagar. Dona mas
bisa gan
diri, dan feeli
sam