jadi membayangkan apa yang sedang dilakukan Om Berend dan Tante Luna malam ini. Apa mereka akan berhubungan lagi? Apa mereka melakukan itu se
dulu, selalu saja aku yang duluan menghubunginya. Lihatlah, dua hari aku tidak menghubunginya, dua hari juga ia tidak menghubung
alahnya. Aku juga jadi curiga, siapa tahu ia ke luar kota bukan untuk urusan pekerjaan. Siapa
langsung dan mengetahui dia sedang berada di mana serta dengan siapa. Tidak lama kemudian, pa
Lagi di ma
Kamu ada apa video call malam
l, semenjak pergi ke luar kota, Mas belum pernah menghubun
kan untuk menemui satu orang klien saja, tapi ada beberapa
ngekku dengan nada manja. "Em
Besok aku pulang dengan penerbangan pukul tiga dini hari. Habis meeting
.! Tu
mat malam atau selamat tidur untuk istrinya ini. Ah, aku benar-benar kesal. Sudah sering Mas Dion memperlakukanku seperti
asti tidak pernah mengabaikan Tante Luna seperti Mas Dion mengabaikanku. Aku melirik ja
u gunakan saat ikut kepanitiaan semasa kuliah. Ponsel itu memang khusus untuk urusan kuliah maka kuyakin Om Berend tida
menghubungiku kembali. Aku tidak ber
apa, ya?" tan
sayup-sayup kudengar suara Ta
dari siapa sih ma
ak t
aja. Mana tadi lagi enak-enaknya," rengek Ta
mereka memang sedang bersenang-senang. Om Berend mengakhiri panggil
is Om Berend tanpa bisa menyentuhnya. Ah, aku mer
*
tidak perlu karena ia sudah menuju pulang dengan menggunakan sebuah taksi. Meski kesal dengan sikap dingin Mas Dion tadi malam, sebagai seorang istri, a
embukakan pintu. "Mas..." Aku mendekati suamiku itu sambil menci
i kok sudah rapi aja?" tanya Mas
cantik untuk menyambut suamiku pulang dari luar
Dion justru menanyakan Bi Surti. "B
s malah nany
g mandi, trus sarapan, dan langsung ke kantor. Banyak hal yang h
stirahat dulu? Memang
empat tidur," jawab Mas Dion. "Oh ya, kamu bilangin Bi Surti untuk nyiapin sa
. Setelah meminta Bi Surti untuk menyiapkan sarapan, aku pun menyusul Mas Dion ke kamar. Aku
apain?"
etelah ini kamu juga mau ke kantor, kan?"
pa, sih? Kamu kan tah
enar kangen." Aku merapatkan tubuh pa
n kasar. Mas Dion membalikkan badan dan balas memelukku. Ia melayaniku dengan terburu-buru,
nya Mas Dion sambil menger
s," sahutku yang masih sibuk m
in kali kalau kamu ingin bermanja denganku, harus liat situasinya dulu. Sudah tahu aku sedang bu
a panas, tapi aku tidak ingin menangis di hadapannya. Setelah Mas