mil
DARI AL
.D. Le
mah Rena, I
tut-
rsiap kerumah Rena.Ibu sempat heran melihatku yang amat
bu ketika aku hendak mela
Aku menghentikan langkahnya sejenak seraya menatap
bai padaku. Aku hanya mengangguk pelan dan mengayunkan
um
Rasa gusar menyelimuti diriku. Sebe
iii
nit saja. Aku segera turun dan berlari menuju rumah Rena, hampir saja
egitu melihat banyak orang sudah berkerumun di ruang tengah rumah R
erpasang mata melih
juga Sri yang sudah berada di tempat. Ia menangis pilu di
galir bulir bening. Tubuh nya kaku dan terkadang bergetar hebat, seperti seseorang yang sedang me
ngga semua orang yang berada
seketika aku teringat pada mi
dan ikut bersamaku ke sudut ruangan.
at ada yang aneh deng
pa?" Ibu bal
a menebak. Jika benar apa yang aku pikirkan, sudah pasti a
l di kamar Rena. Ibu pun tak tahu tas s
ku? aku yang harus mengantarnya ke tempat yang di maksud Bima.
yak waktu. Nyawa Rena dalam bahaya!" desakku. Tanpa banyak bertanya Ibu langsung menuju kamarnya da
tu. Uwentira, kota yang di sebutkan Bima barusan bukanlah kota, melainkan huta
kamu mau
enoleh ke arahnya dan ia segera mendeka
usahaku ini berhasil, jika aku lama tak kembali, jaga
cam, kamu," Sri mencengkeram lenga
at jika ingin nyawa Rena selamat," aku melepaskan tangan Sri. Seluas sen
t Sulawesi sudah amat mengenal kota itu. Kota gaib yang hanya orang-orang tertentu dan punya
adalah penghuni d
ika di persimpangan ada lampu merah, tetap ku lajukan motor maticku dengan kencang. Beruntung Tuhan sepertinya mas
*
nampak amat mencekam di ujung sore, di mana langit be
ku untuk maju dan masuk ke dalam hutan yang penuh pepohona
tambah sunyi hanya aku yang berada dan berjalan sendirian di dalati ku, aku semakin takut. Peluh mengucur deras sebesar biji j
drap-
sedang menungganginya. Seketika hatiku merasa tenang s