mil
MI DARI
.D. Le
n? aku hila
sudah putus asa mencarimu. Bapak mengadakan tahlilan tuj
mengusap pipiku dengan tangannya yang kul
orang. Mereka semua berbondong-bondong menuju rumahku karena t
sewaktu perjalanan pulang ketika aku berjalan, banyak orang yang meli
hitam dengan memakai peci mengintrogasiku, aku ke
" aku mengangguk guna memastik
ni benar anak s
gan Nak Indri, kita jadikan sebagai pelaja
mberi perintah. Tangannya mengibas menyuruh semua orang pulang. Aku s
Aku makan dengan lahap. Ibu tak henti memandangiku, ya, aku tahu Ibu takut kehilangan
*
pus pun heboh dengan kedatangan kami bertiga. Mereka menganggap kami h
ya. Bukannya senang, aku malah teram
tapi aku melihat gelagat aneh pada diri Rena. Entah k
elidiki sikap Rena yang berubah menjadi pen
u, In...," ia menjawaena menatap ke arah seberang kampus dengan tajam.
pertanyaan beberapa wartawan di halaman kampus. Diantara ka
ika ia menghentikan wawancaranya dan b
in?" Sri menatap k
ihat Rena yang tak merespon ucapa
ergetar hebat. Mata nya melotot ke atas
ua orang panik hingga berbondong-bon
. Ku pandangi seseorang itu, seorang lelaki bertubuh tinggi.
ak Firman , a
luk halus," pemuda itu mengerutkan
rang tua dan keluarganya jika tak mau b
keluarga Rena, biar a
dari saku celananya. Ia mencari ruang yang lebih lapang agar bi
semakin panik ketika mata Rena tiba-tiba ter
*
cemas. Ibunya tak henti meraung memeluk Rena. Rena di gendong
h mundur ketika sorot mata tajam keluarganya tertuju pad
*
penting soal keadaan Rena. Aku harus seg
. Nanti aku kabari,ya," ia menjawa
an kita ke gedung di hutan itu? kenapa aku tak merasa
, In, biasa sa
n, ya? kok bisa kita hilang se
nnya . Yang penting kita sekarang selamat,"
adaan kami tidaklah baik-baik saja. Keadaan Rena pasti ada
*
njalari tubuhku. Mataku amat mengantuk dan tak lama kurasakan lelah itu mengg
beraneka warna. Wangi bunga semerbak memanjakan indra penciuman. Di atas, langit berwarna ji
eh ketika seseorang memanggil n
*